Sepucuk Surat untuk Kekasih - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Jumat, 08 Desember 2023

Sepucuk Surat untuk Kekasih


ANETRY.NET
– Suatu ketika nanti, akan tiba masanya tak ada lagi yang memintamu menuliskan kalimat-kalimat rindu. Akan datang waktunya, ketika tanganmu ingin menulis, air mata pun turut mengairi lembaran-lembaran itu.

 

Dia yang kini seperti pengemis, meminta satu bait puisi untuk mengobati kerinduan, telah pergi dan tak akan pernah kembali. Dia akan meninggalkan jejak di hatimu. Hati yang selalu ingin diselaminya dengan segala cinta, kasih sayang, dan harapan.

 

Di saat itu, kau akan mengerti betapa dunia menjadi suram. Terik mentari pun akan kau anggap mendung. Bahkan, saat kau dengarkan nyanyian di pinggir jalanan, hatimu akan teriris seperti disayat sembilu.

 

Begitulah perumpamaan hidup. Tidak seorang pun ingin tiba di hari-hari yang penuh kesakitan. Tapi tahukah kau? Mungkin saja dalam gelak tawamu, ada hati yang sedang merintih, memohon, melangitkan doa-doanya untuk hidup bersama. Sedang kau selalu menyatakan, ‘hadapi saja apa yang ada di hadapan, tidak perlu berpikir tentang masa yang jauh di depan, masa yang kita sendiri belum tahu seperti apa.’

 

Hal itu bertolak belakang dengan pemahamanku. Kusebutkan padamu, bila hanya doa yang terus terucap tanpa ada upaya menuju harapan, semua itu sia-sia. Dan aku, sudah berhenti sejak lama melakukan kesia-siaan. Karena hasilnya hanyalah rasa sakit, kecewa, dan pupus harapan.

 

Aku telah melihat semua gejala alam. Dalam hal ini, tidak sepertimu yang masih berkutat dengan kedangkalan pemahaman. Kalimat ini, kuyakin akan membuatmu tersinggung, seolah aku meremehkan hidupmu. Tidak, sekali lagi tidak demikian.

 

Hidup bukan sekadar tentang bagaimana menjalani keseharian dan kenyataan. Hidup bukanlah persoalan menatap apa yang ada di depan mata. Hidup tidak sesederhana itu.

 

Bukankah pernah kukatakan, bagaimana hari tua, bagaimana masa-masa di mana kakimu mulai giyah, lenganmu tak lagi kuat untuk berpegang menopang tubuh? Setiap kita akan melaluinya. Di saat itu, kita butuh seseorang yang benar-benar tulus, walaupun ia juga ada dalam kondisi yang sama.

 

Setidaknya, tempat bersandar akan terus ada. Tempat untuk berbagi cerita dan saling menopang. Sama-sama akan menjadi lebih kuat mempersiapkan diri menuju Tuhan. Hidup ini sampai ke sana, bukan hanya yang terlihat oleh mata saja.

 

Bila kini dirimu kuat, mandiri dengan segala pemenuhan kebutuhan, suatu ketika tiba masanya semua berlalu tanpa menghiraukanmu. Dan di saat itu, tidak cukup hanya dengan air mata saja untuk meneruskan langkah. Semua harus dipersiapkan, berazam dengan semua daya.

 

Ingatlah sebuah adagium dari negeri Segantang Lada, ‘air dengan air kelak menjadi satu, sampah akan ke tepi juga’.

(satu bagian dari buku: Sepucuk Surat untuk Kekasih) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad