ANETRY.NET – Suatu ketika nanti, akan tiba masanya tak ada lagi yang memintamu menuliskan kalimat-kalimat rindu. Akan datang waktunya, ketika tanganmu ingin menulis, air mata pun turut mengairi lembaran-lembaran itu.
Dia yang kini
seperti pengemis, meminta satu bait puisi untuk mengobati kerinduan, telah
pergi dan tak akan pernah kembali. Dia akan meninggalkan jejak di hatimu. Hati
yang selalu ingin diselaminya dengan segala cinta, kasih sayang, dan harapan.
Di saat itu,
kau akan mengerti betapa dunia menjadi suram. Terik mentari pun akan kau anggap
mendung. Bahkan, saat kau dengarkan nyanyian di pinggir jalanan, hatimu akan
teriris seperti disayat sembilu.
Begitulah
perumpamaan hidup. Tidak seorang pun ingin tiba di hari-hari yang penuh
kesakitan. Tapi tahukah kau? Mungkin saja dalam gelak tawamu, ada hati yang
sedang merintih, memohon, melangitkan doa-doanya untuk hidup bersama. Sedang
kau selalu menyatakan, ‘hadapi saja apa yang ada di hadapan, tidak perlu
berpikir tentang masa yang jauh di depan, masa yang kita sendiri belum tahu
seperti apa.’
Hal itu
bertolak belakang dengan pemahamanku. Kusebutkan padamu, bila hanya doa yang
terus terucap tanpa ada upaya menuju harapan, semua itu sia-sia. Dan aku, sudah
berhenti sejak lama melakukan kesia-siaan. Karena hasilnya hanyalah rasa sakit,
kecewa, dan pupus harapan.
Aku telah
melihat semua gejala alam. Dalam hal ini, tidak sepertimu yang masih berkutat
dengan kedangkalan pemahaman. Kalimat ini, kuyakin akan membuatmu tersinggung,
seolah aku meremehkan hidupmu. Tidak, sekali lagi tidak demikian.
Hidup bukan
sekadar tentang bagaimana menjalani keseharian dan kenyataan. Hidup bukanlah
persoalan menatap apa yang ada di depan mata. Hidup tidak sesederhana itu.
Bukankah pernah
kukatakan, bagaimana hari tua, bagaimana masa-masa di mana kakimu mulai giyah,
lenganmu tak lagi kuat untuk berpegang menopang tubuh? Setiap kita akan
melaluinya. Di saat itu, kita butuh seseorang yang benar-benar tulus, walaupun
ia juga ada dalam kondisi yang sama.
Setidaknya,
tempat bersandar akan terus ada. Tempat untuk berbagi cerita dan saling
menopang. Sama-sama akan menjadi lebih kuat mempersiapkan diri menuju Tuhan. Hidup
ini sampai ke sana, bukan hanya yang terlihat oleh mata saja.
Bila kini
dirimu kuat, mandiri dengan segala pemenuhan kebutuhan, suatu ketika tiba masanya
semua berlalu tanpa menghiraukanmu. Dan di saat itu, tidak cukup hanya dengan
air mata saja untuk meneruskan langkah. Semua harus dipersiapkan, berazam
dengan semua daya.
Ingatlah sebuah
adagium dari negeri Segantang Lada, ‘air dengan air kelak menjadi satu, sampah akan
ke tepi juga’.
(satu bagian dari buku: Sepucuk Surat untuk Kekasih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.