ANETRY.NET – Literasi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam bidang membaca dan menulis yang tak hanya sekedar membaca dan menulis biasa.
Di zaman milenial ini, peserta didik dituntut
untuk memiliki kemampuan berfikir
kritis dan kreatif. Nah, tentunya untuk
menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan membaca dan menulis, terutama peserta
didik,
dibutuhkan suatu gerakan yang menaunginya. Gerakan itu adalah Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan
ini tentunya dimotori para guru yang akan menjadi inspiratory bagi peserta
didik.
Apa pentingnya? Literasi yang diawali
dengan budaya membaca dan menulis biasa, tentunya akan menambah kosa kata dan
ilmu baru bagi guru ataupun peserta didik.
Selain itu, otak terlatih untuk merangkai kata secara sistematis menjadi
suatu kalimat yang bermakna, baik untuk dirinya maupun orang di luar dirinya, agar kebermaknaan dari apa
yang ditulis dapat tersampaikan. Secara
berangsur otak akan terus terlatih berfikir terhadap masalah-masalah yang ada di
lingkungan sekitar.
Terus, apa gunakan
gerakan literasi? Sudah menjadi kodrat alam, tak semua
orang dapat menyampaikan isi pikirannya secara lisan. Sebagian orang mampu
menyampaikan gagasan, ide, kritikannya terhadap suatu masalah atau hal melalui
sebuah tulisan.
Tulisan tersebut dipublikasikan ke public, sehingga orang dapat
membacanya. Dengan demikian, bisa jadi tulisan tersebut menjadi sumber informasi, pelajaran,
hiburan, referensi bahkan kajian literatur bagi orang yang dihadapkan dengan
permasalahan seperti yang tertuang dalam tulisan tersebut. Komunikasi dapat terjadi secara lisan ataupun
tertulis.
Bagaimana memulainya? Memulai menulis dapat diawali dengan menuliskan semua yang terpikirkan (brainstorming) di atas sebuah kertas, ataupun diketik di laptop atau komputer. Setelah
itu, barulah
tuangan pikiran tersebut diseleksi mana yang akan ditulis atau menjadi topik pembahasan, dan mana yang harus
dibuang.
Memulai literasi di kalangan peserta
didik kelas 1, dapat dilakukan dengan meminta peserta didik membaca
paling sedikit 1 paragraf. Selanjutnya peserta didik diminta
menceritakan apa yang dibacanya. Di
bidang menulis, dapat diawali dengan meminta peserta didik menuliskan 1 kata yang
terpikirkan olehnya. Kemudian ditanya apa yang dia maksud dengan kata tersebut.
Nah, ini juga melatih kemampuan peserta didik untuk berbicara atau
berkomunikasi.
Apakah harus semua guru harus turun tangan? Pastinya,
iya. Rambut mungkin sama hitam, namun pandangan
dan pikiran setiap guru berbeda-beda.
Perbedaan pikiran ataupun pandangan adalah salah satu karunia Allah SWT yang
harus disyukuri sekaligus dihargai.
Guru sebagai motivator dan inspirator bagi peserta
didik, hendaknya memberikan ruang yang
luas untuk tumbuh dan berkembangnya literasi peserta didik di sekolah.
Penulis: Nur Asiah El Hady, MM (Guru SDI Darul Makmur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.