Dampak Broken Home Terhadap Cara Belajar Siswa - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Jumat, 13 Oktober 2023

Dampak Broken Home Terhadap Cara Belajar Siswa


ANETRY.NET
– Keluarga merupakan sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai kekerabatan, hubungan darah adobsi dan sebagainya. Keluarga adalah landasan utama dalam kehidupan seorang anak.

 

Keharmonisan keluarga dan kondisi rumah tangga memainkan peran penting dalam perkembangan siswa. Dampak perpisahan orang tua (broken home) sangat mempengaruhi pada cara belajar siswa. Tantangan yang dihadapi siswa dari keluarga yang bercerai atau terpisah, serta solusi yang dapat diimplementasikan oleh sekolah dan keluarga untuk membantu siswa mengatasi dampak negatifnya.

 

Keharmonisan keluarga dan lingkungan yang stabil memberikan dukungan penting bagi perkembangan siswa di sekolah. Namun, ketika terjadi perpisahan atau perceraian orang tua, hal ini dapat memengaruhi anak secara emosional dan kognitif. Keseharian siswa di rumah memiliki dampak signifikan pada cara mereka belajar di sekolah.

 

Keharmonisan keluarga adalah impian yang diharapkan semua anak. Keharmonisan ini menciptakan fondasi yang kuat bagi perkembangan fisik, emosional, sosial, dan akademik anak-anak. Setiap anak pasti menginginkan orang tua yang utuh namun tidak semua anak yang beruntung dengan hal tersebut.

 

Di sekolah seorang guru tidak hanya berperan sebagai sumber belajar menyampaikan materi saja namun seorang guru adalah orang tua kedua di sekolah. Guru sangat berperan penting bagi siswa. Sebelum mengajar guru harus tau latar belakang seorang siswa agar menentukan dimana titik tolak pengajarannya.

 

Beberapa dampak dari broken home terhadap cara belajar siswa ialah, pertama emosional dan gangguan konsentrasi, siswa dari keluarga yang bercerai atau terpisah mungkin mengalami tingkat stres emosional yang tinggi, yang dapat mengganggu konsentrasi mereka di sekolah. Sehingga saat guru menjelaskan pelajaran siswa ini tidak fokus suka melamun dan tidak memiliki semangat dalam belajar.

 

Kedua, perubahan perilaku. Beberapa siswa mungkin menunjukkan perubahan perilaku, termasuk perilaku menarik diri, agresi, atau depresi, yang dapat memengaruhi partisipasi dan interaksi di lingkungan sekolah.

 

Hal ini dapat dilihat dari cara bergaul siswa dengan siswa lainnya. Seperti siswa yang kurang perhatin dari rumah saat bermain dengan teman sebayanya mereka akan mudah tersinggung dan tidak mau kalah. Bahkan mereka suka mengganggu kenyamanan yang ada dianatara siswa lainnya.

 

Ketiga, kurangnya dukungan dan keterlibatan orang tua. Sering kali, setelah perpisahan, tingkat keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak dapat menurun. Kurangnya dukungan orang tua dapat berdampak negatif pada prestasi akademik siswa.

 

Dari pengalaman yang terjadi orang tua yang telah bercerai kepeduliannya terhadap anak sangat menurun. Hal ini terlihat ketika siswa tersebut membuat kesalahan sehingga guru ataupun sekolah meminta orang tua untuk hadir maka orang tua tersebut saling menyalahkan. Misalnya si anak yang tinggal dengan ayahnya mengakui kalau ayah tersebut kurang memperhatikan anak karena sibuk mencari nafkah sedangkan ibunya tidak mempedulikannya.

 

Bahkan sebaliknya sang ibu menyalahkan si ayah atas tingkah laku si anak. Kejadian ini sangat jelas bahwa kedua orang tua sudah tidak peduli dan tidak memperhatikan anak mereka.

 

Dari dampak yang terjadi, ada beberapa solusi dan pendekatan yang dapat kita ambil. Pertama, konseling dan dukungan psikologis: memberikan bimbingan kepada siswa dan medatangkan psikolog anak.

 

Kedua, kolaborasi dengan orang tua. Sekolah harus berusaha untuk tetap berhubungan dengan orang tua dan melibatkan mereka dalam pendidikan anak mereka, meskipun dalam kondisi broken home. Guru selalu mengonsultasikan setiap perkembangan yang di alami siswa di kelas dengan mendiskusikan dengan orang tua. Sehingga mereka tau perkembangan anak mereka selama di sekolah.

 

Ketiga, membangun lingkungan sekolah yang dukung. Menciptakan lingkungan sekolah yang aman, inklusif, dan mendukung dapat membantu siswa merasa diterima dan aman, terlepas dari situasi keluarga mereka. Misalnya dengan membuat ruang kelas yang nyaman, meniptakan lingkungan belajar yang nyaman, menggunakan metode pembelajaran dan tidak membedakan siswa.

 

Dari paparan di atas dapat DIsimpulkan bahwa dampak dari broken home terhadap cara belajar siswa adalah masalah serius yang memerlukan perhatian dan dukungan baik dari sekolah maupun keluarga serta teman sejawat. melalui dukungan yang tepat, siswa dapat melihat masa depan yang lebih cerah meskipun kondisi rumah tangga yang sulit. (Ilustrasi Foto: Shutterstock)

 

DAFTAR PUSTAKA

1. Amato, P. R. (2001). Children of divorce in the 1990s: An update of the Amato and Keith (1991) meta-analysis. Journal of Family Psychology, 15(3), 355-370.

2. Demo, D. H., & Acock, A. C. (1988). The impact of divorce on children. Journal of Marriage and the Family, 50(3), 619-648.

3. Kelly, J. B., & Emery, R. E. (2003). Children's adjustment following divorce: Risk and resilience perspectives. Family Relations, 52(4), 352-362.

Penulis: Fuji Opra Desvanery, S.Pd (Guru SDN 01 Limo Kaum Kec Lima Kaum, Batusangkar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad