ANETRY.NET – Keluarga merupakan sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai kekerabatan, hubungan darah adobsi dan sebagainya. Keluarga adalah landasan utama dalam kehidupan seorang anak.
Keharmonisan
keluarga dan kondisi rumah tangga memainkan peran penting dalam perkembangan
siswa. Dampak perpisahan orang tua (broken
home) sangat mempengaruhi pada cara belajar siswa. Tantangan yang dihadapi
siswa dari keluarga yang bercerai atau terpisah, serta solusi yang dapat
diimplementasikan oleh sekolah dan keluarga untuk membantu siswa mengatasi
dampak negatifnya.
Keharmonisan
keluarga dan lingkungan yang stabil memberikan dukungan penting bagi
perkembangan siswa di sekolah. Namun, ketika terjadi perpisahan atau perceraian
orang tua, hal ini dapat memengaruhi anak secara emosional dan kognitif. Keseharian
siswa di rumah memiliki dampak signifikan pada cara mereka belajar di sekolah.
Keharmonisan
keluarga adalah impian yang diharapkan semua anak. Keharmonisan ini menciptakan
fondasi yang kuat bagi perkembangan fisik, emosional, sosial, dan akademik
anak-anak. Setiap anak pasti menginginkan orang tua yang utuh namun tidak semua
anak yang beruntung dengan hal tersebut.
Di
sekolah seorang guru tidak hanya berperan sebagai sumber belajar menyampaikan
materi saja namun seorang guru adalah orang tua kedua di sekolah. Guru sangat
berperan penting bagi siswa. Sebelum mengajar guru harus tau latar belakang
seorang siswa agar menentukan dimana titik tolak pengajarannya.
Beberapa
dampak dari broken home terhadap cara
belajar siswa ialah, pertama emosional dan gangguan konsentrasi, siswa dari
keluarga yang bercerai atau terpisah mungkin mengalami tingkat stres emosional
yang tinggi, yang dapat mengganggu konsentrasi mereka di sekolah. Sehingga saat
guru menjelaskan pelajaran siswa ini tidak fokus suka melamun dan tidak
memiliki semangat dalam belajar.
Kedua,
perubahan perilaku. Beberapa siswa mungkin menunjukkan perubahan perilaku,
termasuk perilaku menarik diri, agresi, atau depresi, yang dapat memengaruhi
partisipasi dan interaksi di lingkungan sekolah.
Hal
ini dapat dilihat dari cara bergaul siswa dengan siswa lainnya. Seperti siswa yang
kurang perhatin dari rumah saat bermain dengan teman sebayanya mereka akan
mudah tersinggung dan tidak mau kalah. Bahkan mereka suka mengganggu kenyamanan
yang ada dianatara siswa lainnya.
Ketiga,
kurangnya dukungan dan keterlibatan orang tua. Sering kali, setelah perpisahan,
tingkat keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak dapat menurun. Kurangnya
dukungan orang tua dapat berdampak negatif pada prestasi akademik siswa.
Dari
pengalaman yang terjadi orang tua yang telah bercerai kepeduliannya terhadap
anak sangat menurun. Hal ini terlihat ketika siswa tersebut membuat kesalahan
sehingga guru ataupun sekolah meminta orang tua untuk hadir maka orang tua
tersebut saling menyalahkan. Misalnya si anak yang tinggal dengan ayahnya mengakui
kalau ayah tersebut kurang memperhatikan anak karena sibuk mencari nafkah sedangkan
ibunya tidak mempedulikannya.
Bahkan
sebaliknya sang ibu menyalahkan si ayah atas tingkah laku si anak. Kejadian ini
sangat jelas bahwa kedua orang tua sudah tidak peduli dan tidak memperhatikan
anak mereka.
Dari
dampak yang terjadi, ada beberapa solusi dan pendekatan yang dapat kita ambil.
Pertama, konseling dan dukungan psikologis: memberikan bimbingan kepada siswa
dan medatangkan psikolog anak.
Kedua,
kolaborasi dengan orang tua. Sekolah harus berusaha untuk tetap berhubungan
dengan orang tua dan melibatkan mereka dalam pendidikan anak mereka, meskipun
dalam kondisi broken home. Guru selalu mengonsultasikan setiap perkembangan
yang di alami siswa di kelas dengan mendiskusikan dengan orang tua. Sehingga
mereka tau perkembangan anak mereka selama di sekolah.
Ketiga,
membangun lingkungan sekolah yang dukung. Menciptakan lingkungan sekolah yang
aman, inklusif, dan mendukung dapat membantu siswa merasa diterima dan aman,
terlepas dari situasi keluarga mereka. Misalnya dengan membuat ruang kelas yang
nyaman, meniptakan lingkungan belajar yang nyaman, menggunakan metode
pembelajaran dan tidak membedakan siswa.
Dari
paparan di atas dapat DIsimpulkan bahwa dampak dari broken home terhadap cara
belajar siswa adalah masalah serius yang memerlukan perhatian dan dukungan baik
dari sekolah maupun keluarga serta teman sejawat. melalui dukungan yang tepat,
siswa dapat melihat masa depan yang lebih cerah meskipun kondisi rumah tangga
yang sulit. (Ilustrasi Foto: Shutterstock)
DAFTAR PUSTAKA
1. Amato,
P. R. (2001). Children of divorce in the 1990s: An update of the Amato and
Keith (1991) meta-analysis. Journal of Family Psychology, 15(3), 355-370.
2. Demo,
D. H., & Acock, A. C. (1988). The impact of divorce on children. Journal of
Marriage and the Family, 50(3), 619-648.
3. Kelly,
J. B., & Emery, R. E. (2003). Children's adjustment following divorce: Risk
and resilience perspectives. Family Relations, 52(4), 352-362.
Penulis: Fuji Opra Desvanery, S.Pd (Guru SDN 01 Limo Kaum Kec
Lima Kaum, Batusangkar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.