Alam Takambang jadi Guru, Falsafah Pembelajaran Sepanjang Hayat - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Jumat, 13 Oktober 2023

Alam Takambang jadi Guru, Falsafah Pembelajaran Sepanjang Hayat


ANETRY.NET
– Pendidikan merupakan proses untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan serta kebiasaan yang akan digunakan menjadi warisan dari satu generasi menuju generasi selanjutnya. Proses pembelajaran sendiri dimulai dari pengajaran, pelatihan, hingga penelitian.

 

Pendidikan juga bisa menjadi cara dalam upaya meningkatkan kecerdasan, budi pekerti, kepribadian, dan keterampilan yang akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain di sekelilingnya. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah upaya untuk memajukan bertumbuhnya pendidikan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran, serta tubuh anak.

 

Ki Hajar Dewantara menjabarkan, tujuan pendidikan terbagi menjadi tiga. Ketiganya adalah, membentuk budi didik yang halus pada pekerti peserta, meningkatkan kecerdasan otak peserta didik, mendapatkan kesehatan badan pada peserta didik.

 

Masyarakat Minangkabau sejak dahulunya mengambil pelajaran dari alam. Lingkungan sekitar adalah guru bagi mereka. Menurut orang Minangkabau, Manusia  lahir,  tumbuh,  berkembang,  dan berinteraksi dengan alam, yang diciptakan oleh Tuhan sebagai sumber belajar dalam kehidupannya. Alam  merupakan  pedoman hidup utama  yang  dapat  dijadikan pelajaran oleh  manusia.

 

Masyarakat Minangkabau juga dikenal suka berpetualang. Hal ini terbukti dari kebiasaannya yang suka merantau. Tujuannya tidak serta merta untuk mencari kehidupan, namun juga untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan.

 

Masyarakat Minangkabau sangat menjunjung tinggi nilai pendidikan dan mau berjuang keras untuk menuntut ilmu. Hal ini terbukti dari tokoh-tokoh pendidikan yang terkenal dari Minangkabau seperti Buya Hamka, Muhammad Hatta, Agus Salim, dan sebagainya.

 

Orang Minangkabau sangat lekat dengan falsafah “Alam Takambang Jadi Guru”, artinya alam yang terhampar dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Kapan saja, di mana saja, dan siapa saja dapat memperoleh ilmu pengetahuan dari alam sekitar. Cakupannya luas dan tanpa batas. Dengan begitu, ilmu pengetahuan tidak hanya sebatas ruang kelas, dan guru bukan satu-satunya sumber belajar.

 

Orang Minangkabau  berpikir  dan  menarik  pembelajaran  dari  ketentuan  alam. Sehingga  tidak  jarang  petatah  petitih  yang  menjadi  panduan  adat  mereka bersumber  dari  peristiwa  yang  terjadi  di  alam.  Ketentuan  dari  alam  yang  dimaksudkan  umpamanya  daratan,  lautan,  gunung,  bukit,  lurah,  batu,  air,  api,  besi, tumbuh-tumbuhan,  binatang-binatang,  langit,  bumi,  bintang,  matahari,  bulan, warna-warna,  bunyi  dan  sebagainya  yang  mempunyai  ketentuan-ketentuannya sendiri-sendiri. Seumpama  ketentuan  lautan  berombak,  gunung  berkabut,  lurah berair, air menyuburkan, api membakar, batu dan besi keras, kelapa bermata, buluh berbuku,  pokok  bertunas,  ayam  berkokok,  murai  berkicau,  elang  berkulit,  merah, putih, hitam, dan sebagainya (Hakimy, 2001:3).

 

Dari pendapat tersebut jelaslah bahwa setiap fenomena di alam merupakan pelajaran berharga bagi masyarakat Minangkabau. Tapi, tentu saja fenomena yang dapat mengantarkan kebaikan. Menciptakan karakter dan perilaku yang baik bagi setiap individu. Fenomena alam yang dapat meningkatkan martabat manusia sebagai makhluk sosial. Belajar dari alam dapat dilakukan sepanjang hayat. Tak mengenal waktu, tak  mengenal usia.

 

Sebagai masyarakat yang lahir di tanah Minangkabau, tentu kita juga harus mewariskan budaya leluhur kepada generasi penerus. Guru adalah aktor utama dalam mempertahankan filosofi Minangkabau tersebut. Dalam pembelajaran di kelas, guru juga dapat membudayakan prinsip alam takambang jadi guru dengan mengimplementasikannya di dalam mata pelajaran.

 

Filosofi “Alam takambang jadi guru” dapat kita tanamkan dalam pembelajaran berkarakter di kelas. Mengenalkan kepada siswa bagaimana berperilaku seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Tidak sombong dan membully rekan yang memiliki kekurangan. Atau bagaimana mendidik siswa berjalan teratur selayakya “Itiak pulang patang” (itik pulang sore hari). Guru bisa membiasakan kedisiplinan itu kepada siswa sejak dini.

 

Berbagai ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari alam. Fenomena burung terbang menginspirasi manusia untuk menciptakan pesawat terbang. Dari alam manusia tahu bahwa manusia butuh oksigen untuk hidup. Dari alam dapat dimengerti bahwa tumbuhan dan hewan juga merupakan makhluk hidup yang butuh makan dan minum.

 

Dari alam semua belajar bahwa pelangi muncul setelah hujan. Dari alam semua tahu bahwa semua di permukaan bumi pasti ada penciptanya. Sehingga lahirlah falsafah “Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah” yang artinya adat Minangkabau berlandaskan kepada syariat Islam, dan disesuaikan dengan kitabullah.

Niki Oktavia, S.Pd (Guru UPT SDN 24 Limo Kaum)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad