ANETRY.NET – Pendidikan merupakan proses untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan serta kebiasaan yang akan digunakan menjadi warisan dari satu generasi menuju generasi selanjutnya. Proses pembelajaran sendiri dimulai dari pengajaran, pelatihan, hingga penelitian.
Pendidikan
juga bisa menjadi cara dalam upaya meningkatkan kecerdasan, budi pekerti,
kepribadian, dan keterampilan yang akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang
lain di sekelilingnya. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah upaya
untuk memajukan bertumbuhnya pendidikan budi pekerti (kekuatan batin dan
karakter), pikiran, serta tubuh anak.
Ki
Hajar Dewantara menjabarkan, tujuan pendidikan terbagi menjadi tiga. Ketiganya adalah,
membentuk budi didik yang halus pada pekerti peserta, meningkatkan kecerdasan
otak peserta didik, mendapatkan kesehatan badan pada peserta didik.
Masyarakat
Minangkabau sejak dahulunya mengambil pelajaran dari alam. Lingkungan sekitar
adalah guru bagi mereka. Menurut orang Minangkabau, Manusia lahir,
tumbuh, berkembang, dan berinteraksi dengan alam, yang diciptakan
oleh Tuhan sebagai sumber belajar dalam kehidupannya. Alam merupakan
pedoman hidup utama yang dapat
dijadikan pelajaran oleh manusia.
Masyarakat
Minangkabau juga dikenal suka berpetualang. Hal ini terbukti dari kebiasaannya
yang suka merantau. Tujuannya tidak serta merta untuk mencari kehidupan, namun
juga untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan.
Masyarakat
Minangkabau sangat menjunjung tinggi nilai pendidikan dan mau berjuang keras
untuk menuntut ilmu. Hal ini terbukti dari tokoh-tokoh pendidikan yang terkenal
dari Minangkabau seperti Buya Hamka, Muhammad Hatta, Agus Salim, dan
sebagainya.
Orang
Minangkabau sangat lekat dengan falsafah “Alam Takambang Jadi Guru”, artinya
alam yang terhampar dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Kapan saja, di mana
saja, dan siapa saja dapat memperoleh ilmu pengetahuan dari alam sekitar.
Cakupannya luas dan tanpa batas. Dengan begitu, ilmu pengetahuan tidak hanya
sebatas ruang kelas, dan guru bukan satu-satunya sumber belajar.
Orang
Minangkabau berpikir dan
menarik pembelajaran dari
ketentuan alam. Sehingga tidak
jarang petatah petitih
yang menjadi panduan
adat mereka bersumber dari
peristiwa yang terjadi
di alam. Ketentuan
dari alam yang
dimaksudkan umpamanya daratan,
lautan, gunung, bukit,
lurah, batu, air,
api, besi, tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang, langit,
bumi, bintang, matahari,
bulan, warna-warna, bunyi dan
sebagainya yang mempunyai
ketentuan-ketentuannya sendiri-sendiri. Seumpama ketentuan
lautan berombak, gunung
berkabut, lurah berair, air
menyuburkan, api membakar, batu dan besi keras, kelapa bermata, buluh
berbuku, pokok bertunas,
ayam berkokok, murai
berkicau, elang berkulit,
merah, putih, hitam, dan sebagainya (Hakimy, 2001:3).
Dari
pendapat tersebut jelaslah bahwa setiap fenomena di alam merupakan pelajaran
berharga bagi masyarakat Minangkabau. Tapi, tentu saja fenomena yang dapat
mengantarkan kebaikan. Menciptakan karakter dan perilaku yang baik bagi setiap
individu. Fenomena alam yang dapat meningkatkan martabat manusia sebagai
makhluk sosial. Belajar dari alam dapat dilakukan sepanjang hayat. Tak mengenal
waktu, tak mengenal usia.
Sebagai
masyarakat yang lahir di tanah Minangkabau, tentu kita juga harus mewariskan
budaya leluhur kepada generasi penerus. Guru adalah aktor utama dalam
mempertahankan filosofi Minangkabau tersebut. Dalam pembelajaran di kelas, guru
juga dapat membudayakan prinsip alam takambang jadi guru dengan
mengimplementasikannya di dalam mata pelajaran.
Filosofi
“Alam takambang jadi guru” dapat kita tanamkan dalam pembelajaran berkarakter
di kelas. Mengenalkan kepada siswa bagaimana berperilaku seperti padi yang
semakin berisi semakin menunduk. Tidak sombong dan membully rekan yang memiliki
kekurangan. Atau bagaimana mendidik siswa berjalan teratur selayakya “Itiak
pulang patang” (itik pulang sore hari). Guru bisa membiasakan kedisiplinan itu
kepada siswa sejak dini.
Berbagai
ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari alam. Fenomena burung terbang
menginspirasi manusia untuk menciptakan pesawat terbang. Dari alam manusia tahu
bahwa manusia butuh oksigen untuk hidup. Dari alam dapat dimengerti bahwa
tumbuhan dan hewan juga merupakan makhluk hidup yang butuh makan dan minum.
Dari
alam semua belajar bahwa pelangi muncul setelah hujan. Dari alam semua tahu
bahwa semua di permukaan bumi pasti ada penciptanya. Sehingga lahirlah falsafah
“Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah” yang artinya adat Minangkabau
berlandaskan kepada syariat Islam, dan disesuaikan dengan kitabullah.
Niki Oktavia, S.Pd (Guru UPT SDN 24 Limo Kaum)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.