ANETRY.NET – Sekolah yang sehat, adalah tempat orang yang hebat. Slogan tersebut terpajang indah di banyak sekolah di sekitar.
Tujuannya, tidak lain dan tidak bukan adalah
untuk menyadarkan, dan
mengingatkan warga
sekolah bahwa menjaga kebersihan lingkungan akan menjadikan mereka sehat dan hebat.
Namun, pada kenyataannya, terutama di tingkat sekolah dasar dan menengah,
kesadaran siswa pada
kebersihan lingkungan masih sangat kurang. Masih banyak sampah berserakan di
mana-mana, seakan tong
sampah tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Sekolah
sudah menjadi rumah kedua bagi siswa. Lebih dari 6 jam, siswa menghabiskan
waktunya di sekolah untuk belajar dan mengerjakan kegiatan lainnya seperti
ekstrakurikuler. Kondisi sekolah yang sehat, tentu akan menambah rasa nyaman kepada diri
siswa dan akan meningkatkan konsentrasi serta keaktifan siswa dalam belajar.
Upaya
dalam perwujudan sekolah sehat, harus dibarengi dengan kerja sama dari semua pihak yakni masyarakat,
komite sekolah, dinas pendidikan, instansi kesehatan, serta pihak lain yang
dapat terlibat di dalamnya. Hal ini sejalan dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan pada Pasal 79 ayat (1} menyatakan, kesehatan sekolah diselenggarakan
untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan sehat, sehingga peserta didik dapat
belajar, tumbuh, dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya menajdi
sumber daya manusia yang berkualitas.
Menurut Permenkes No. 2269/Menkes/PER/XI/2011,
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan
seseorang, keluarga, kelompok, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri
(mandiri) di bidang kesehatan. PHBS merupakan pendekatan yang selama ini
digiatkan oleh instansi kesehatan pada setiap eleman masyarakat.
PHBS
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan kebersihan
diri dan keluarga. PHBS ini dijalankan dengan sadar dan berkesinambungan untuk mencegah penyakit dan
menjaga kesehatan. PHBS juga dapat dilakukan di sekolah secara rutin, agar siswa mampu mengenali dan
menjaga lingkungannya.
Ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan agar PHBS ini sukses dilaksanakan di
sekolah sebagai upaya menciptakan sekolah sehat. Pertama, Pengenalan PHBS kepada siswa.
Pengenalan PHBS dapat
dilakukan oleh pihak sekolah ataupun bekerja sama dengan dinas kesehatan atau
instansi terkait lainnya melalui kegiatan sosialisasi.
Sosialisasi
dilakukan di awal kegiatan dan kemudian dimonitoring dalam kurun waktu tertentu. Diantara
waktu tersebut dapat dilakukan evaluasi dan penilaian. Dengan mengenalkan apa
itu PHBS diharapkan siswa mendapatkan informasi dan termotivasi untuk bersih
diri dan lingkungan. Kegiatan sosialisasi ini hendaknya juga dibarengi dengan
praktik hidup bersih sehingga siswa langsung mengenali dan berinteraksi dengan
pola hidup bersih dan sehat.
Kedua, Menyediakan fasilitas kebersihan. Sarana dan prasarana kesehatan juga mencukung
upaya PHBS ini dapat terlaksana maksimal. Banyak hal yang harus disediakan oleh
pihak sekolah dibantu dengan masyarakat dan komite sekolah. Sekolah dapat
menyediakan wastafel atau tempat cuci tangan dengan air mengalir disertai
dengan cairan pencuci tangan.
Kebiasaan
mencuci tangan dapat meminimalisir masuknya bakteri dan sumber penyakit melalui
tangan dan mulut. Untuk sekolah dasar, pihak sekolah dapat menyediakan wastafel
atau tempat mencuci tangan di setiap kelas. Usaha ini dapat menghemat waktu
siswa ke kamar mandi untuk sekedar mencuci tangan.
Selain
wastafel, pihak sekolah juga harus menyediakan toilet sebanding dengan jumlah
siswa. Untuk SD sebaiknya 1:25 artinya 1 toilet untuk 25 orang siswa dan
dipisah penggunaan serta lokasinya bagi siswa
laki-laki dan siswa perempuan.
Ketiga, Menjaga kebersihan toilet. Upaya selanjutnya adalah menjaga kebersihan sarana dan prasarana yang
ada. Salah satunya kebersihan toilet. Usaha ini harus dilakukan oleh semua
warga sekolah mengingat toilet merupakan tempat berkumpulnya virus dan menjadi
sarang penyakit. Pihak sekolah juga harus menyediakan cairan pembersih kamar
mandi dan bekerja sama dengan penjaga sekolah dalam hal membersihkannya.
Keempat, Menyediakan tong sampah sesuai dengan jenisnya. Kegiatan memilah sampah seharusnya telah
diperkenalkan sejak dini. Selain untuk kemudahan penguraian, memilah sampah
juga berfungsi untuk mengurangi volume sampah. Tong sampah dipisah menjadi
sampah organik dan anorganik.
Tong
sampah juga dibedakan warnanya agar memudahkan siswa memilah sampah. Organik
untuk sampah yang berasal dari makhluk hidup seperti sisa makanan, sedangkan
anorganik untuk sampah campur tangan manusia atau organisme tak hidup.
Kelima, Mengonsumsi makanan yang bersih dan sehat. Pihak sekolah juga terlibat langsung dalam
penyediaan makanan yang bersih dan sehat. Kantin menjadi sarana yang
dibutuhkan. Menjaga kebersihan makanan dikantin dan memastikan kebutuhan asupan
gizi tercukupi bagi siswa. Pihak sekolah dapat memonitoring dan mengontrol makanan
apa saja yang disediakan oleh kantin sekolah.
Selain
itu, siswa dapat diajak untuk tidak membeli jajanan yang berasal dari luar
sekolah karena tidak terjamin kebersihannya.
Orang tua siswa juga dapat diajak bekerja sama dalam penyediaan bekal
dari rumah.
Keenam, Menjaga kebersihan lingkungan. Poin penting dari PHBS itu sendiri adalah menjaga lingkungan. Kebiasaan
membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan toilet merupakan bentuk
kecil dari menjaga lingkungan. Kesadaran siswa akan sampah perlu ditingkatkan
melalui kebiasaan-kebiasaan kecil. Mengingat sekolah SD yang rentan akan anak
yang masih belum paham akan pentingnya lingkungan, menuntut guru dan warga
masyarakat sekitar untuk dapat mengingatkan dan memotivasi siswa sadar akan
lingkungan.
Selain
itu, pemberian contoh dan teladan dari guru di sekolah dapat menjadi jalan.
Kegiatan lainnya adalah dengan gotong royong rutin di setiap bulannya. Dengan
memupuk kebiasaan-kebiasaan kecil ini diharapkan siswa menyadari pentingnya
menjaga lingkungan.
Langkah-langkah
seperti di atas, tidak bisa hanya dilakukan sekali dua kali. Langkah ini harus
dilakukan berkesinambungan dan terus menerus secara sadar. Melalui upaya ini,
kita berharap bahwa sekolah sebagai rumah kedua bagi siswa dapat menjadi
sekolah yang bersih dan menjadikan siswa yang hebat. (*)
Penulis: Ulil Amri Ayes, S.Pd.I (Guru SDN 30 Balimbing, Rambatan,
Tanah Datar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.