ANETRY.NET – Masya Allah. Kata-kata itu yang tepat untuk bersyukur ketika melihat wajah-wajah yang semangat untuk menghafal Alquran.
Suatu hari, penulis
memberi pengumuman bahwa sekolah akan mengadakan kegiatan tahfizh dua kali
seminggu. Siswa-siswa merespon pengumuman tersebut dengan begitu semangat.
Secara sportif mereka mengatakan “saya ikut bu.... , saya ikut buk”. Bahkan sampai diulang berkali-kali.
Dengan respon mereka
itu, penulis merasakan kebahagiaan yang luar biasa, kesejukan yang tak
ternilai. Mereka merasa mendapat sesuatu yang sebenarnya sudah lama mereka
harapkan. Karena rata-rata dari jumlah siswa keseluruhan, pada umumnya mereka
tidak mendapatkan pembelajaran tahfiz d di rumah tahfizh. Jadi mereka
benar-benar mengharapkan kegiatan tersebut.
Kegiatan tahfizh di sebuah
sekolah, adalah kegiatan ekstrakurikuler wajib yang harus diikuti siswa.
Tahfizh di sekolah dijadikan salah satu cara untuk mewujudkan Tanah Datar
menjadi Kabupaten Tahfizh.
Di sekolah tempat
menulis mengajar, seluruh siswa diwajibkan ikut kegiatan tahfizh mulai dari
kelas 1 sampai kelas 6. Karena semuanya ikut, tentu keadaan dan kemampuan
mereka tidak sama. Maka mereka diberi target sesuai dengan kemampuan mereka.
Pada suatu ketika, ada
beberapa siswa menemui penulis di dalam kelas, mereka dengan polos dan sedikit
malu sambil tersenyum mengungkapkan keadaan mereka untuk mengikuti kegiatan
Tahfizh. Mereka berkata “ buk, bagaimana
cara saya mengikuti tahfizh buk, saya belum bisa baca Alquran”. Sambil
tersenyum penulis menjawab “yang penting
ikut saja dulu, nantik ibuk kelompokkan di kelompok yang dibacakan”. Lalu
mereka menjawab “oke buk, saya nanti ikut”.
Di hari pertama
kegiatan tahfizh, semua anak-anak memperlihatkan semangat yang luar biasa.
Apalagi mereka diberi motivasi terbaik untuk menghafal Alquran. Mereka juga
diberi cara-cara mudah menghafal Alquran.
Ketika Alquran sudah
mulai dilafalkan kata demi kata, ayat demi ayat, maka mulai terasa kenikmatan
yang luar biasa. Lantunannya menimbulkan getaran dalam jiwa, menghilangkan semua rasa
lelah yang menimpa. Melihat wajah-wajah calon penghuni syurga, insya Allah.
Sambil menatap mereka
yang menghafal penulis dalam hati berharap kepada Allah, agar mereka menjadi
salah satu sebab untuk mendapatkan ridho dan syurganya Allah. Semangat
anak-anak bersama Alquran masih penulis rasakan, ketika ada beberapa anak yang
meminta agar bisa menyetor hafalan. Ketika
belajar PAI dalam kelas, beberapa orang berkata “ buk saya mau menyetor hafalan sekarang”. Dengan senang hati penulis
langsung menerimanya.
Selain itu, setiap
penulis lewat di dekat anak-anak, ada saja yang melaporkan hafalannya. Sungguh
kata-kata yang menjadi motivasi terbaik untuk terus bersama Alquran. Kenikmatan
bersama anak-anak penghafal Alquran tidak akan bisa dirasakan semua orang.
Hanya bagi mereka yang punya perhatian besar terhadap Alquran.
Sebagaimana dijelaskan
Saihul Basyir dalam bukunya Kun BIL Quran, hidup di bawah naungan
Alquran adalah nikmat, nikmat yang tidak diketahui kecuali bagi yang sudah
merasakannya, nikmat yang membuat mulia waktu, memberkahinya dan menyucikannya.
Dengan demikian, membersamai
anak-anak menghafal Alquran dengan kemampuan yang berbeda-beda sangatlah indah.
Ruangan saat itu penuh dengan lantunan-lantunan indah, yang memberi tanda bahwa
perjuangan indah telah dimulai.
“Tidak semudah membalikkan telapak
tangan.” Itulah kata-kata yang sering tertuju kepada
penghafal Alquran. Karena memang menghafal itu butuh perjuangan, dan harus siap
menerima kelelahan. Namun bagi yang bersungguh-sungguh kesusahan tidak akan
terasa.
Memulai semangat
anak-anak di awal jauh lebih mudah dibandingkan
mempertahankannya. Betapa banyak anak yang semangat di awal namun tidak
bertahan untuk melawan kebosanannya dipertengahan . Maka ini lah tantangan yang
harus penulis tuntaskan.
Mereka harus diberi
pemahaman, untuk menjadi penghafal Alquran, harus siap menghabiskan waktu
bersama Alquran baik pagi maupun petang, baik siang maupun malam. Baik ketika
sendiri maupun ketika ramai.
Memiliki anak
penghafal Alquran adalah cita -cita mulia semua orang tua yang beriman. Dengan
adanya kegiatan tahfizh di sekolah, penulis berharap bisa mewujudkan cita-cita
tersebut.
Suatu hari ada salah
seorang orang tua yang berkunjung ke sekolah, dia menanyakan kepada penulis
tentang kegiatan tahfizh. Dengan semangat penulis menjelaskan bahwa penting
kegiatan tahfizh anak baik di sekolah maupun di rumah. Hal ini menunjukkan
bagaimana Alquran mewarnai kehidupan anak-anak baik di sekolah maupun di rumah.
Semoga semuanya diridhai Allah SWT. (*/ilustrasi: net)
Penulis: Kasmira Widarti,
S.Pd.I (SDN 26 Padang Magek)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.