ANETRY.NET – Salah satu pelajaran penting di Sekolah Dasar adalah Pendidikan Agama Islam. Pada materi pelajaran ini, peserta didik diajarkan bukan hanya tentang agama tapi juga moral, sikap dan perilaku.
Di zaman sekarang banyak sekali terjadi
tindak kekerasan, kejahatan yang bahkan pelakunya adalah anak usia Sekolah
Dasar kelas empat. Hal ini terjadi karena kurangnya penanaman karakter dari
kecil.
Sejak dahulu, pemerintah sudah memasukkan
pelajaran Pendidikan Agama Islam agar dipelajari di Sekolah Dasar. Menurut Rizal (2014), Pendidikan
Agama Islam dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spritual dan membentuk
peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, dan berakhlak mulia. Pelajaran Pendidikan Agama Islam sendiri
memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter peserta didik.
Sekolah Dasar adalah
tempat pertama anak mendapatkan pengetahuan, setelah keluarga. Pelajaran Pendidikan
Agama Islam adalah pilar pertama dalam pembentukan karakter siswa. Siswa
diajarkan untuk saling menghargai, menghormati sesama, melaksanakan ibadah dan
berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan iman dan taqwa, serta
peningkatan karakternya.
Salah seorang pakar
pendidikan Zakiah Daradjat dalam buku Pendidikan Islam (2010) menyatakan, pendidikan
agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam. Yaitu
berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik, agar
setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan
ajaran-ajaran Islam yang diyakininya secara menyeluruh, serta
menjadikannya sebagai pandangan hidup (way
of life) demi keselamatan dan kesejahteraan hidupnya di dunia maupun
akhirat.
Namun,
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas empat Sekolah Dasar yang penting
dalam pembentukan karakter ini malah tidak menjadi perhatian bagi sisw. Lebih
tepatnya, kurangnya motivasi siswa dalam belajar pelajaran pendidikan agama Islam. Kurang adanya minat atau kecenderungan seorang peserta didik untuk melakukan kegiatan
tertentu yang outputnya akan membuat
mereka senang dan tertarik.
Penyebab kurangnya
minat siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam,
disebabkan oleh beberapa faktor. Yang pertama adalah
faktor adalah keluarga. Cara didikan orang tua terhadap anaknya
memperngaruhi minat anak dalam belajar. Bisa jadi orang tua keras dalam hal
pendidikan ana, sehingga minat anak tersebut dalam belajar
pendidikan agama berkurang.
Selanjutnya adalah lingkungan sekolah.
Menarik atau tidaknya pelajaran tergantung bagaimana guru mempresentasikan
pembelajaran di dalam kelas. Siswa kelas
empat pasti sangat menyukai berbagai metode dalam pelajaran, menyukai
pembelajaran dengan media.
Di zaman sekarang, siswa lebih menyukai sesuatu yang berkembang
dengan Information and Technology
(IT), dari pada harus membaca dan membalik halaman buku. Selain itu cara penyampaian
guru di dalam kelas, dan kurangnya inovasi guru dalam mengelola kelas, juga menyebabkan minat
siswa terhadap pelajaran pendidikan agama Islam berkurang.
Lalu bagaimana cara meningkatkan
motivasi siswa Sekolah Dasar kelas empat untuk belajar dalam pelajara
pendidikan agama Islam? Yang pasti adalah membuat pelajaran menjadi menyenangkan dan
menarik. Guru
perlu membuat sebuah inovasi yang bisa memicu kreativitas siswa kelas empat
dalam belajar.
Bermain sambil belajar, salah satu metode pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan
bermanfaat untuk meningkatkan interaksi siswa serta menunjang tercapainya
tujuan pembelajaran. Anak-anak pada umumnya menyukai permainan, maka
menyelipkan permainan dalam pembelajaran tentu akan meningktkan perhatian siswa
dalam belajar pendidikan agama Islam.
Selanjutnya adalah
dengan memanfaatkan hasrat dan minat. Salah satu cara untuk meningkatkan minat
dan perhatian belajar siswa Sekolah Dasar kelas empat dalam pembelajaran agama Islam,
adalah dengan memberikan tugas yang sesuai dengan hobi dan bakat mereka.
Ketiga, adalah dengan memberikan penguatan dan dorongan
positif untuk peserta didik. Guru perlu memberikan pujian atas semua prestasi
yang diraihnya. Memberikan apresiasi untuk setiap hal kecil yang
dilakukan, dan juga memberikan dorongan semangat apabila peserta didik gagal
atau melakukan kesalahan dalam pembelajarannya.
Tidak kalah penting, guru perlu meningkatkan
kualitas. Guru harus mampu menjelaskan materi sehingga mudah
dipahami oleh siswa. Guru juga perlu mengenali siswanya, karena siswa akan
merasa dihargai jika guru mengenal mereka dengan baik, dengan begitu akan lebih
senang dalam mengikuti pembelajaran.
Selanjutnya adalah tidak membanding-bandingkan siswa. Karena hal itu dapat
menimbulkan kecemburuan antar siswa, yang nanti bisa berubah menjadi kebencian
dan agresi jangka panjang. Menimbulkan dendam dari siswa, bukannya hanya pada
sesama teman yang dibandingkan tapi juga gurunya. (*)
Penulis: Syafnidar
(SDN 17 III Koto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.