Setiap Siswa itu Unik, Guru Harus Siap Menghadapinya - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Sabtu, 02 September 2023

Setiap Siswa itu Unik, Guru Harus Siap Menghadapinya


ANETRY.NET
Menjenuhkan. Ada seorang siswa kelas I sekolah dasar di tempat penulis mengabdi, tidak mau duduk dan belajar bila neneknya tidak ikut duduk di sampingnya. Ini membuat penulis bertanya-tanya, mengapa demikian.

 

Sebagai seorang guru, tentu memiliki berbagai pengalaman sejak diangkat. Bukan saja persoalan keterampilan menghadapi persoalan karakter siswa, masalah malas sekolah, dan sulit berteman. Namun, masalah anak tidak mau duduk dan belajar dikarenakan neneknya tidak disampingnya, adalah persoalan baru bagi penulis.

 

Memang dari awal siswa tersebut duduk di kelas I, neneknya yang selalu mengantarkan ke sekolah. Bahkan ikut duduk dan menunggunya di kelas. Penulis mengira kejadian ini hanya untuk beberapa hari, namun ternyata sampai saat ini nenek masih di kelas menunggui. Siswa tersebut tidak mau belajar tanpa kehadiran neneknya.

 

Penulis sudah mencoba  untuk menyuruh neneknya  keluar, namun siswa tersebut menangis sekeras-kerasnya, tidak mau diam. Ini membuat kelas jadi tidak nyaman dan menganggu siswa yang lainnya. Sehingga teman-temannya terpaku melihat siswa tersebut menangis. Penulis berkata dalam hati “sampai kapankah ini?”

 

Setiap kali neneknya disuruh keluar, di saat itu juga siswa tersebut menangis. Inilah  yang menjenuhkan sekali bagi penulis. Siswa tersebut bukan lambat dalam pembelajaran, bukan tidak mau menulis, ataupun tidak mau mengerjakan apa yang disuruh. Semua yang di perintahkan dilakukannya, sama dengan siswa yang lainnya. Di suruh ke depan kelas , siswa ini mau dan bahkan bersemangat mengangkat tangannya untuk ke depan. Disuruh menyanyi, siswa ini pun menyanyi dengan suara yang keras. Tapi semua itu dilakukan jika ada nenek di sampingnya.

 

Ataukah kepercayaan dirinya yang kurang? Tidak. Ternyata siswa tersebut mampu melakukan apa yang diperintahkan. Penulis memang bingung harus bagaimana menghadapi siswa seperti ini. Sudah dilakukan berbagai usaha supaya siswa tersebut mau duduk dan belajar tanpa neneknya, tetapi masih tidak bisa. Atau mungkin siswa ini karena tinggal dengan nenek, bukan dengan kedua orang tua?

 

Telah banyak usaha penulis lakukan. Menanyakan kenapa tidak mau duduk dan belajar tanpa nenek, dengan siapa yang  nyaman duduknya. Atau siapa teman-teman yang bisa membuat siswa tersebut nyaman dalam kelas dan belajar tanpa adanya nenek.

 

Siswa tersebut menjawab dengan senyuman, seakan-akan tidak ada permasalahan dalam dirinya. Bahkan juga sudah ditanyakan pada neneknya sendiri, kenapa siswa tersebut tidak mau duduk dan belajar sendiri. Neneknya juga tidak bisa menjawab.

 

Penulis memang sangat jenuh sekali mengalami hal seperti ini, karena dalam kelas ada orang tua yang duduk di belakang, ibarat seorang siswa yang sedang belajar. Kalau penulis sedang mengajarkan nyanyi, nenek siswa tadi juga menyanyi. Kalau penulis menyuruh siswa-siswa tepuk-tangan, maka nenek tersebut bertepuk tangan. Rasanya sangat terganggu, dalam mengajar, namun apa harus dikata,itu yang penulis rasakan setiap hari sampai saat ini.

 

Tapi, penulis tidak putus asa untuk berusaha mencari solusinya. Pernah ditanyakan pada guru-guru, jawabannya semua menyuruh nenek keluar. Hal ini sudah di lakukan, tapi tidak berhasil. Nah, inilah yang membuat persoalan, kalau neneknya disuruh keluar berarti siswa tadi juga akan keluar dan tidak mau belajar. Pada hal guru tidak bisa membiarkan anak seusianya untuk tidak sekolah. Sedangkan nenek ingin sekali siswa tersebut bersekolah.

 

Memang sangat menjenuhkan sekali mengalami hal yang seperti ini. Di satu sisi penulis kasihan pada siswa tersebut, menangis di kelas, tidak mau duduk dan belajar tanpa nenek. Di sisi yang lainnya sangat kasihan sekali sama nenek yang setiap hari menunggui cucunya untuk menuntut ilmu. Bahkan pernah sampai tertidur pun nenek ini menunggu cucunya belajar.

 

Mungkinkah kemandirian siswa tersebut yang sangat rendah? Atau kurangnya kepercayaan diri? Seperti kata Seligman dalam Handbook of Positive Psychology (2002), mendefinisikan kepercayaan diri sebagai percaya diri yang di dalam diri seseorang. Yang mendorong seseorang untuk mengejar cita-cita, untuk berpikir positif, dan untuk menghadapi kesulitan dengan keyakinan akan kemampuan diri sendiri.

 

Menghadapi  masalah seperti ini bukanlah suatu yang mudah. Tapi apa harus dikata, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Penulis berusaha dan selalu berusaha agar siswa tesebut bisa mandiri, percaya diri dan bisa bergaul dengan teman-temannya. Penulis memang berharap sekali siswa tersebut sama dengan siswa yang lainnya, bisa belajar dengan tenang dan gembira tanpa ada rasa kecemasan yang menghantuinya.

 

Sampai saat ini pun penulis masih memikirkan bagaimana caranya, agar siswa tesebut bisa bersemangat belajar dan duduk bersama teman-temannya menerima pelajaran.Tanpa ada nenek di sampingnya. Kalaupun usaha penulis tidak berhasil, penulis berusaha menerima dengan hati yang lapang dan sabar. Atau menunggu sampai keajaiban itu datang. (*)

Penulis: Yerni Verienti (SDN 01 III Koto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad