ANETRY.NET – Menjenuhkan. Ada seorang siswa kelas I sekolah dasar di tempat penulis mengabdi, tidak mau duduk dan belajar bila neneknya tidak ikut duduk di sampingnya. Ini membuat penulis bertanya-tanya, mengapa demikian.
Sebagai seorang guru, tentu memiliki berbagai pengalaman sejak diangkat. Bukan saja
persoalan keterampilan menghadapi persoalan karakter siswa, masalah malas sekolah, dan sulit berteman. Namun, masalah anak tidak mau
duduk dan belajar dikarenakan neneknya tidak disampingnya, adalah persoalan baru bagi penulis.
Memang dari awal siswa tersebut duduk di
kelas I, neneknya yang selalu mengantarkan ke
sekolah. Bahkan ikut duduk dan menunggunya di kelas. Penulis
mengira kejadian ini hanya untuk beberapa hari, namun ternyata sampai saat ini nenek masih di kelas menunggui. Siswa tersebut tidak mau belajar tanpa kehadiran neneknya.
Penulis sudah mencoba untuk menyuruh neneknya keluar, namun siswa tersebut menangis sekeras-kerasnya, tidak mau diam. Ini
membuat kelas jadi tidak nyaman dan menganggu siswa yang lainnya. Sehingga teman-temannya terpaku melihat siswa tersebut menangis. Penulis berkata dalam hati “sampai kapankah ini?”
Setiap kali neneknya disuruh
keluar, di saat itu juga siswa tersebut menangis. Inilah yang menjenuhkan sekali bagi penulis. Siswa tersebut bukan lambat dalam pembelajaran, bukan tidak mau menulis, ataupun tidak mau
mengerjakan apa yang disuruh. Semua yang
di perintahkan dilakukannya, sama dengan siswa yang lainnya. Di suruh ke depan kelas , siswa ini mau dan bahkan bersemangat mengangkat
tangannya untuk ke depan. Disuruh menyanyi, siswa ini pun menyanyi dengan suara
yang keras. Tapi semua itu dilakukan jika ada nenek di sampingnya.
Ataukah kepercayaan dirinya
yang kurang? Tidak. Ternyata siswa tersebut mampu melakukan apa yang diperintahkan.
Penulis memang bingung harus bagaimana menghadapi siswa seperti ini. Sudah dilakukan berbagai usaha supaya siswa tersebut mau duduk dan belajar
tanpa neneknya, tetapi masih tidak bisa. Atau mungkin siswa ini karena
tinggal dengan nenek, bukan dengan kedua orang tua?
Telah banyak usaha penulis lakukan. Menanyakan kenapa tidak mau duduk dan belajar
tanpa nenek, dengan siapa yang nyaman
duduknya. Atau siapa teman-teman yang bisa membuat siswa tersebut nyaman dalam
kelas dan belajar tanpa adanya nenek.
Siswa tersebut menjawab dengan senyuman, seakan-akan tidak ada
permasalahan dalam dirinya. Bahkan juga sudah ditanyakan pada neneknya sendiri, kenapa siswa tersebut
tidak mau duduk dan belajar sendiri. Neneknya juga tidak bisa menjawab.
Penulis memang sangat jenuh sekali mengalami hal seperti ini, karena dalam
kelas ada orang tua yang duduk di belakang, ibarat seorang siswa yang sedang belajar. Kalau penulis sedang mengajarkan nyanyi, nenek siswa tadi juga menyanyi. Kalau
penulis menyuruh siswa-siswa tepuk-tangan, maka nenek tersebut bertepuk tangan.
Rasanya sangat terganggu, dalam mengajar, namun apa harus dikata,itu yang penulis rasakan
setiap hari sampai saat ini.
Tapi, penulis tidak putus asa untuk berusaha mencari solusinya. Pernah ditanyakan pada guru-guru, jawabannya semua
menyuruh nenek keluar. Hal ini sudah di lakukan, tapi tidak berhasil. Nah, inilah yang membuat
persoalan, kalau neneknya disuruh keluar berarti siswa tadi juga akan keluar
dan tidak mau belajar. Pada hal guru tidak bisa membiarkan anak seusianya untuk tidak sekolah. Sedangkan nenek ingin
sekali siswa tersebut bersekolah.
Memang sangat menjenuhkan sekali
mengalami hal yang seperti ini. Di satu sisi penulis kasihan pada siswa tersebut, menangis di kelas, tidak mau duduk dan
belajar tanpa nenek. Di sisi yang lainnya sangat kasihan sekali sama nenek yang setiap hari
menunggui cucunya untuk menuntut ilmu. Bahkan pernah sampai tertidur pun
nenek ini menunggu cucunya belajar.
Mungkinkah kemandirian
siswa tersebut yang sangat rendah? Atau kurangnya kepercayaan diri? Seperti
kata Seligman dalam
Handbook of Positive Psychology (2002), mendefinisikan kepercayaan diri sebagai
percaya diri yang di dalam diri seseorang. Yang mendorong seseorang untuk
mengejar cita-cita, untuk berpikir positif, dan untuk menghadapi kesulitan
dengan keyakinan akan kemampuan diri sendiri.
Menghadapi masalah seperti ini bukanlah suatu yang mudah.
Tapi apa harus dikata, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Penulis
berusaha dan selalu berusaha agar siswa tesebut bisa mandiri, percaya diri dan
bisa bergaul dengan teman-temannya. Penulis memang berharap sekali siswa
tersebut sama dengan siswa yang lainnya, bisa belajar dengan tenang dan gembira
tanpa ada rasa kecemasan yang menghantuinya.
Sampai saat ini pun
penulis masih memikirkan bagaimana caranya, agar siswa tesebut bisa bersemangat
belajar dan duduk bersama teman-temannya menerima pelajaran.Tanpa ada nenek di sampingnya.
Kalaupun usaha penulis tidak berhasil, penulis berusaha menerima dengan hati
yang lapang dan sabar. Atau menunggu sampai keajaiban itu datang. (*)
Penulis: Yerni Verienti (SDN
01 III Koto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.