ANETRY.NET – Pada umumnya, proses belajar mengajar merupakan pelimpahan ilmu dari seorang guru kepada murid. Proses itu dimulai dari kelas terendah sampai kelas tertinggi secara resmi.
Pada proses itu, ada beberapa
kasus sering terjadi dalam proses pelimpahan tersebut. Baik dari segi pemberian
materi, dan penerimaan materi oleh muridnya. Namun keberagaman problematika
yang terjadi, dapat mentrigger pencarian solusi yang tepat.
Proses belajar
mengajar pada tingkat Sekolah Dasar (SD), terutama pada jenjang kelas 1, di mana
merupakan langkah awal seorang anak dalam memulai jenjang pendidikan formal, sangat
penting untuk diperhatikan. Kelas 1 menjadi tahapan awal peralihan dari era
bermain pada masa yang perlu adanya tanggung jawab, di mana adanya mengenal
ujian kenaikan pada tingkat Sekolah Dasar.
Pada masa ini, banyak
permasalahan yang dihadapi seorang guru dalam mentranformasi ilmu pengetahuan kepada
muridnya. Katakanlah, kurangnya daya tangkap anak yang teralihkan oleh
permainan, sehingga perlu berulang-ulang menyampaikan materi ajar.
Beberapa hal yang
menjadi poin masalah selama proses belajar mengajar pada Kelas 1 Sekolah Dasar,
adalah pertama, Kurangnya fokus anak terhadap materi ajar. Hal ini pada umumnya disebabkan oleh persentase
aktivitas bermain anak yang masih besar sebagai pengaruh dari masa Kindergarten
(TK).
Masa peralihan anak,
menjadi tanggung jawab besar seorang guru dalam mengarahkan mereka. Tidak
jarang seorang guru berulang-ulang menyampaikan hal yang sama, karena murid
yang kurang fokus atau berdaya serap kurang. Sehingga hal ini akhirnya juga
berdampak terhadap waktu yang ditargetkan dalam setiap materi yang disampaikan.
Selain itu, tidak
jarang seorang guru kehabisan suara karena seringnya memberikan penjelasan yang
berulang-ulang. Contohnya, pada materi seringnya anak mengalami kesulitan dalam
mengenal huruf dan angka.
Pada masa peralihan,
seorang murid akan mengalami culture shock berpindah dari masa bermain
ke masa yang mulai diajarkan rasa tanggung jawab. Seperti adanya pengujian
materi yang telah dipelajari, atau ujian kenaikan tingkat kelas.
Dalam hal ini perlu
pendampingan yang loyal terhadap anak dalam masa tersebut. Tentu tidak hanya
tugas dari seorang guru, namun pendampingan dan bimbingan juga perlu dilakukan
oleh orang tua murid. Mendampingi dan membimbingan anak dalam mengenal huruf
dan angka oleh orang tua dirumah akan lebih memotivasi anak untuk lebih rajin mengenal
dan mengingatnya.
Kedua, Kedisiplinan.
Menurut Imron (2011),kedisiplinan belajar adalah bentuk kepatuhan dan ketaatan
siswa dalam menjalankan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah
dan guru dalam proses pembelajaran. Hal itu karena didorong oleh kesadaran yang
ada pada kata hatinya, kesadaran ini diperoleh karena melalui latihan-latihan.
Murid kelas 1 pada
dasarnya berusia rentang 6-7 tahun. Disiplin anak dalam rentang usia tersebut
masih rendah, karena masih suka bermain dan pengabaian perintah. Di mana yang
menjadi fokus adalah keinginannya. Jika tidak ada pembentukan disiplin sejak
dini dari rumah, maka perlu effort yang besar dalam mengarahkan murid di sekolah.
Untuk itu perlu arahan
dan bimbingan yang dimulai dari orang tua dirumah dalam pembiasaan melakukan
hal-hal kecil sesuai pada tempatnya. Misalnya bangun pagi tepat waktu, sarapan
dan harus memastikan anak sudah siap untuk berangkat ke sekolah sesuai dengan
waktunya.
Kalau anak sudah
terlatih dalam mengerjakan sesuatu dirumah, maka dalam hal belajar disekolah
anak akan mengikuti arahan yang sama dari gurunya. Misalnya tidak malas
mengerjakan tugas atau mengumpulkan tugas tepat pada waktunya. Kedisiplinan
seorang anak akan berdampak besar dalam hidupnya kelak.
Ketiga, sulit berteman
dan tidak percaya diri. Peralihan lingkungan akan mengakibatkan culture
shock. Sehingga anak sulit berteman dan lebih menyukai bermain sendiri atau
dengan teman yang sudah biasa dari rumah misalnya.
Hal ini tentu sangat
berdampak terhadap proses belajar mengajar, karena anak tidak mau berinteraksi
baik dengan teman ataupun gurunya. Kesulitan dalam berteman bisa diakibatkan
oleh kurangnya percaya diri atau sifat pemalu anak, karena tempat dan wajah
yang berbeda. Ada juga disebabkan oleh perilaku anak yang tidak disukai oleh
anak-anak lainnya.
Untuk itu, dalam hal
ini peran orang tua sangat penting. Menanamkan kecerdasan dalam bersosial dan
mendorong untuk ikut kegiatan berkelompok akan memudahkan anak dalam bergaul
dan berteman dengan siapa saja. Juga dapat menumbuhkan kepercayaan diri anak
dalam bersosialisasi yang akhirnya berdampak positif dalam kegiatan belajar
mengajar, seperti tidak malu untuk tunjuk tangan atau maju kedepan kelas untuk
presentasi atau sekedar menjawab pertanyaan guru.
Pendampingan terhadap
anak yang notabene beranjak dari masa bermain ke masa yang mulai untuk
bertanggung jawab sangat diperlukan. Peranan orang tua sangat besar dalam hal
ini, karena kelas 1 Sekolah Dasar merupakan tonggak dalam penerapan ilmu secara
resmi untuk sang anak.
Penerapan etika dan
budi pekerti sangatlah penting sehingga meminimalisasi terhadap terjadinya
permasalahan seperti yang dijelaskan pada point diatas. Untuk itu sangat
penting bagi orang tua dalam mengarahkan dan bimbingan dirumah sehingga tidak
mengalami kesulitan selama proses belajar mengajar di sekolah.
Dari sisi guru, tidak
hanya berfokus pada jumlah target anak lulus, namun pada karakter anak yang
tertanam selama proses belajar mengajar. Menurut Zaim Elmubarok (2008:29) menyatakan bahwa
kegagalan pendidikan yang paling fatal adalah Ketika produk didik tak lagi
memiliki kepekaan nurani yang berlandaskan moralitas, sense of humanity.
(*)
Penulis: Desma
Yeni, S.Pd (UPT SDN 16 Padang Magek)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.