Seni dan Kiat Guru Mengajar Kelas 1 SD, Perlu Effort Lebih - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Kamis, 14 September 2023

Seni dan Kiat Guru Mengajar Kelas 1 SD, Perlu Effort Lebih


ANETRY.NET
– Pada umumnya, proses belajar mengajar merupakan pelimpahan ilmu dari seorang guru kepada murid. Proses itu dimulai dari kelas terendah sampai kelas tertinggi secara resmi.

 

Pada proses itu, ada beberapa kasus sering terjadi dalam proses pelimpahan tersebut. Baik dari segi pemberian materi, dan penerimaan materi oleh muridnya. Namun keberagaman problematika yang terjadi, dapat mentrigger pencarian solusi yang tepat.

 

Proses belajar mengajar pada tingkat Sekolah Dasar (SD), terutama pada jenjang kelas 1, di mana merupakan langkah awal seorang anak dalam memulai jenjang pendidikan formal, sangat penting untuk diperhatikan. Kelas 1 menjadi tahapan awal peralihan dari era bermain pada masa yang perlu adanya tanggung jawab, di mana adanya mengenal ujian kenaikan pada tingkat Sekolah Dasar.

 

Pada masa ini, banyak permasalahan yang dihadapi seorang guru dalam mentranformasi ilmu pengetahuan kepada muridnya. Katakanlah, kurangnya daya tangkap anak yang teralihkan oleh permainan, sehingga perlu berulang-ulang menyampaikan materi ajar.

 

Beberapa hal yang menjadi poin masalah selama proses belajar mengajar pada Kelas 1 Sekolah Dasar, adalah pertama, Kurangnya fokus anak terhadap materi ajar. Hal ini pada umumnya disebabkan oleh persentase aktivitas bermain anak yang masih besar sebagai pengaruh dari masa Kindergarten (TK).

 

Masa peralihan anak, menjadi tanggung jawab besar seorang guru dalam mengarahkan mereka. Tidak jarang seorang guru berulang-ulang menyampaikan hal yang sama, karena murid yang kurang fokus atau berdaya serap kurang. Sehingga hal ini akhirnya juga berdampak terhadap waktu yang ditargetkan dalam setiap materi yang disampaikan.

 

Selain itu, tidak jarang seorang guru kehabisan suara karena seringnya memberikan penjelasan yang berulang-ulang. Contohnya, pada materi seringnya anak mengalami kesulitan dalam mengenal huruf dan angka.

 

Pada masa peralihan, seorang murid akan mengalami culture shock berpindah dari masa bermain ke masa yang mulai diajarkan rasa tanggung jawab. Seperti adanya pengujian materi yang telah dipelajari, atau ujian kenaikan tingkat kelas.

 

Dalam hal ini perlu pendampingan yang loyal terhadap anak dalam masa tersebut. Tentu tidak hanya tugas dari seorang guru, namun pendampingan dan bimbingan juga perlu dilakukan oleh orang tua murid. Mendampingi dan membimbingan anak dalam mengenal huruf dan angka oleh orang tua dirumah akan lebih memotivasi anak untuk lebih rajin mengenal dan mengingatnya.

 

Kedua, Kedisiplinan. Menurut Imron (2011),kedisiplinan belajar adalah bentuk kepatuhan dan ketaatan siswa dalam menjalankan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah dan guru dalam proses pembelajaran. Hal itu karena didorong oleh kesadaran yang ada pada kata hatinya, kesadaran ini diperoleh karena melalui latihan-latihan.

 

Murid kelas 1 pada dasarnya berusia rentang 6-7 tahun. Disiplin anak dalam rentang usia tersebut masih rendah, karena masih suka bermain dan pengabaian perintah. Di mana yang menjadi fokus adalah keinginannya. Jika tidak ada pembentukan disiplin sejak dini dari rumah, maka perlu effort  yang besar dalam mengarahkan murid di sekolah.

 

Untuk itu perlu arahan dan bimbingan yang dimulai dari orang tua dirumah dalam pembiasaan melakukan hal-hal kecil sesuai pada tempatnya. Misalnya bangun pagi tepat waktu, sarapan dan harus memastikan anak sudah siap untuk berangkat ke sekolah sesuai dengan waktunya.

 

Kalau anak sudah terlatih dalam mengerjakan sesuatu dirumah, maka dalam hal belajar disekolah anak akan mengikuti arahan yang sama dari gurunya. Misalnya tidak malas mengerjakan tugas atau mengumpulkan tugas tepat pada waktunya. Kedisiplinan seorang anak akan berdampak besar dalam hidupnya kelak.

 

Ketiga, sulit berteman dan tidak percaya diri. Peralihan lingkungan akan mengakibatkan culture shock. Sehingga anak sulit berteman dan lebih menyukai bermain sendiri atau dengan teman yang sudah biasa dari rumah misalnya.

 

Hal ini tentu sangat berdampak terhadap proses belajar mengajar, karena anak tidak mau berinteraksi baik dengan teman ataupun gurunya. Kesulitan dalam berteman bisa diakibatkan oleh kurangnya percaya diri atau sifat pemalu anak, karena tempat dan wajah yang berbeda. Ada juga disebabkan oleh perilaku anak yang tidak disukai oleh anak-anak lainnya.

 

Untuk itu, dalam hal ini peran orang tua sangat penting. Menanamkan kecerdasan dalam bersosial dan mendorong untuk ikut kegiatan berkelompok akan memudahkan anak dalam bergaul dan berteman dengan siapa saja. Juga dapat menumbuhkan kepercayaan diri anak dalam bersosialisasi yang akhirnya berdampak positif dalam kegiatan belajar mengajar, seperti tidak malu untuk tunjuk tangan atau maju kedepan kelas untuk presentasi atau sekedar menjawab pertanyaan guru.

 

Pendampingan terhadap anak yang notabene beranjak dari masa bermain ke masa yang mulai untuk bertanggung jawab sangat diperlukan. Peranan orang tua sangat besar dalam hal ini, karena kelas 1 Sekolah Dasar merupakan tonggak dalam penerapan ilmu secara resmi untuk sang anak.

 

Penerapan etika dan budi pekerti sangatlah penting sehingga meminimalisasi terhadap terjadinya permasalahan seperti yang dijelaskan pada point diatas. Untuk itu sangat penting bagi orang tua dalam mengarahkan dan bimbingan dirumah sehingga tidak mengalami kesulitan selama proses belajar mengajar di sekolah.

 

Dari sisi guru, tidak hanya berfokus pada jumlah target anak lulus, namun pada karakter anak yang tertanam selama proses belajar mengajar. Menurut  Zaim Elmubarok (2008:29) menyatakan bahwa kegagalan pendidikan yang paling fatal adalah Ketika produk didik tak lagi memiliki kepekaan nurani yang berlandaskan moralitas, sense of humanity. (*)

Penulis: Desma Yeni, S.Pd (UPT SDN 16 Padang Magek)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad