ANETRY.NET – Pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak 2019 sampai 2022, telah memberikan warna yang berbeda dalam dunia pendidikan, terutama negara Indonesia. Dari pembelajaran bersifat klasikal menjadi sistem daring dan luring.
Dari mengajar langsung fast to
fast, menjadi
mengajar lewat Zoom dan video pembelajaran. Artinya, pendidikan sudah beralih bagaimana pengajaran,
akses belajar, sumber belajar dapat di akses melalui ponsel pintar dan laptop.
Dan guru-guru sebagai pendidik bebas berkarya melalui kreativitas, inovasi dan
karya-karya aksi nyatanya.
Hal ini memberikan tantangan yang luar
biasa kepada penulis. Penulis mulai terjun ke dunia pendidikan adalah sejak 2020 artinya sejak
pandemi Covid-19 hingga di launchingnya Kurikulum Merdeka. Sebagai guru baru, dan dapat dikatakan
sebagai guru pertama yang menerapkan Kurikulum Merdeka di sekolah, penulis sebetulnya mengalami tantangan
tersendiri.
Mengajar merupakan hal yang penulis sukai. Dengan mengambil jurusan
pendidikan dalam studi lanjutan, dan memiliki kesibukan dalam dunia anak, walau di taman
pendidikan Al-Qur'an setiap harinya.
Wiliam H burton mengatakan, mengajar adalah upaya
dalam memberikan perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan
kepada siswa agar terjadi proses belajar. Artinya proses mengajar bukan hanya terpusat pada
guru (teacher centered), tetapi juga terpusat
pada siswa itu sendiri (student centered).
Apalagi dalam penerapan kurikulum merdeka saat ini yang banyak mengaktifkan
siswa untuk belajar.
Sebetulnya, guru profesional adalah seseorang yang memiliki
keahlian atau kemampuan dalam membimbing dan membina peserta didik, baik dari
segi intelektual, spiritual, maupun emosional. Artinya, untuk memiliki keahlian
dan berbagai kemampuan pasti memiliki tantangan dan rintangan.
Tantangan guru dalam era digital, adalah guru sampai
sekarang masih banyak memakai produk lama, cara lama, sedangkan muridnya sudah
memakai produk kontemporer. Selain itu ketidaktersediaannya sumber belajar yang
terstruktur,
dan harus dicari secara mandiri, memiliki tantangan sendiri. Hal tersebut juga sesuai dengan kondisi
yang penulis alami, seorang guru pasti memiliki berbagai tantangan, tantangan
yang penulis temui selama ini adalah
Mengajarkan bahan ajar yang disediakan
sendiri, artinya kurikulum merdeka pada awal launchingnya belum selengkap kurikulum sebelumnya, dari segi sumber bacaan,
bahan ajar dan perangkat ajar lainnya. Penulis mencoba menyusun sendiri, merangkai sendiri
hingga menjadi sebuah materi yang akan diajarkan kepada siswa. Materi tersebut
bersumber dari sumber bacaan yang dikeluarkan oleh kementerian pendidikan,
melalui berbagai macam video pembelajaran dan sumber lainnya dari internet ang
relevan dan terpercaya.
Karakter siswa yang beragam, karena dampak pandemi Covid, tidak dipungkiri
bahwa selama itu siswa banyak di rumah bersama orangtua, keseharian sibuk
dengan gadget masing-masing. Sehingga dengan
diterapkan kembali sekolah normal, banyak siswa memiliki karakter yang jauh beda dari karakter dirinya
sebelumnya.
Sebetulnya, guru lebih berperan banyak dalam era digital.
Sanjaya (2006) mengatakan, peran guru dalam era digital yaitu guru sebagai sumber belajar,
sebagai fasilitator, sebagai pengelola, sebagai demonstrator, sebagai
pembimbing, sebagai motivator dan sebagai elevator. Maka berdasarkan hal
tersebutlah penulis berusaha melakukan berbagai upaya dalam mengoyak tantangan-tantangan
tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, akses aplikasi PMM (Platform Merdeka Mengajar) secara mandiri dan
intens. Sebuah
platform disediakan oleh pemerintah yang berisi materi ajar, perangkat ajar
yang dibutuhkan oleh guru serta pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan
kapasitas guru agar menjadi guru profesional sesuai tuntunan era digital.
Kedua, mengambil berbagai kesempatan bimtek dan pelatihan tentang kurikulum. Penulis turut serta
mengambil berbagai kesempatan baik itu bimbingan teknis atau pelatihan langsung
terkait kurikulum dan perangkat pembelajaran, biasanya kegiatan ini
diselenggarakan oleh pihak sekolah, oleh kelompok kerja kepala sekolah dan
pemangku pendidikan lainnya
Ketiga, mengikuti webinar online. Webinar online merupakan salah satu wadah untuk mendapatkan pengetahuan
dan sharing informasi dengan peserta dan narasumber di seluruh Nusantara sesuai
dengan topik atau materi yang didiskusikan. Penulis selalu mengambil kesempatan
di setiap webinar yang ada.
Keempat, diskusi dengan teman sejawat. Teman sejawat merupakan wadah untuk bertukar
pikiran, saling refleksi dan berbagi informasi. Hal ini tidak terkecuali
penulis lakukan di sekolah saja bahkan ke teman di sekolah lain. Komunikasi
selalu penulis bangun dengan teman-teman sejawat yang mengajar sama dengan
penulis atau bahkan yang sama-sama menerapkan kurikulum merdeka di tahun awal.
Kelima, membaca berbagai referensi yang relevan. Hal ini dapat dilakukan dengan semangat untuk
belajar dan mencari tahu hal yang baru. Artinya dengan semakin banyak membaca
akan meningkatkan literasi dan pengetahuan-pengetahuan baru. Referensi didapatkan melalui
buku, media cetak tentang pendidikan, artikel dan sumber lainnya.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa sejuta
Tantangan Mengajar akan kalah dengan sejuta inspirasi dan semangat yang terus
ada setiap waktu untuk guru mendidik anak bangsa. Itulah yang harus di terapkan
dalam melaksanakan pendidikan di abad 21 ini.
Sumber
1. Aja rowikarim. Mengajar yang efektif menjadi penentu kualitas
seorang guru. Jurnal pendidikan universitas Garut. Vol 07. No. 01. 2013
2. Abdul Latif. Tantangan guru dalam masalah sosial di era digital .
Jurnal ilmu sosial dan pendidikan . Vol 4. No 3. Juli 2020
3. Mhd syahdan Lubis. Belajar dan mengajar
sebagai suatu proses pendidikan yang berkemajuan. Jurnal literasiologi. Vol 5 no 2 jan-jun 2021
Penulis: Aditio Eko Putra
Dt. Malin
Pono, S.Pd (UPT SDN 11 Padang Magek)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.