Rendahnya Nilai Kelas 6 pada Pelajaran Matematika, Guru Harus Bagaimana? - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Jumat, 15 September 2023

Rendahnya Nilai Kelas 6 pada Pelajaran Matematika, Guru Harus Bagaimana?


ANETRY.NET
– Guru di sekolah tidak hanya mendidik dalam ranah kognitif. Tetapi juga mendidik peserta didik dalam ranah afektif dan psikomotor.

 

Dengan demikian, nantinya dapat menjadikan manusia yang  terampil untuk masa depan sehingga memberi manfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain. Sehingga dalam pembelajarannya di sekolah, bisa bermakna dalam kehidupannya sehari-hari.

 

Segala cara pasti akan dilakukan oleh guru dalam pencapaian pembelajaran yang optimal bagi peserta didik. Hal itu bisa saja dalam pemilihan materi ajar, motede serta alat peraga serta guru harus jeli dalam pemilihan tempat duduk peseta didik didalam kelas serta memahami karakter peserta didik.

 

Menurut Hamzah B. Uno, karakteristik peserta didik merupakan sekumpulan kualitas yang ada dan diperlihatkan oleh peserta didik, dan diantaranya adalah sikap dan perilaku yang ada dan di tunjukkan oleh setiap individu, adanya rasa minat terhadap sesuatu, motivasi dalam belajar yang berbeda-beda pada setiap individu, kemampuan mereka dalam berfikir, juga kemampuan awal yang peserta didik miliki sebelum menduduki bangku sekolah.  Hamzah B. Uno juga menyatakan, peserta didik merupakan individu yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan. (Saiful Bahri Djamarah, 2000).

 

Peserta didik akan belajarnya di sekolah dengan proses belajar dan pembelajaran, adalah dua hal yang saling berhubungan erat dan tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan edukatif (Dr. Dimyati dan Drs. Mudjion, 2013:5). Belajar dan pembelajaran dikatakan sebuah bentuk edukasi yang menjadikan adanya suatu interaksi antara guru dengan siswa.

 

Di sini penulis menuangkan problematika dalam pembelajaran yang sangat menjadi beban bagi penulis dengan  rendahnya nilai yang diperoleh oleh peserta didik setiap kali melakukan PH, PTS dan US. Sudah kurang lebih 5 tahun penulis mengajar di kelas 6, sampai sekarang masih saja pelajaran Matematika tersebut menjadi momok yang menakutkan bagi peserta didik. Itu sudah secara langsung peserta didik menyebutkan bahwa pelajaran matematika pelajaran yang mereka takuti

 

Menurut  Ahmad Susanto (2016:186-187), pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Jika ada pelajaran yang diajarkan selain dari matematika peserta didik kelihatannya oke-oke saja, mereka tanpa beban dalam belajar. Itu terlihat dari gesture tubuh peseta didik itu sendiri.

 

Tapi ketika belajar matematika, peserta didik tidak semangat  atau merasa bosan, tetapi mereka tetap untuk belajar matematika walaupun guru sudah mengajak peserta didik dengan menggunakan benda yang konkret yang ada hubungan dengan pelajaran yang akan dipelajari. Mereka hanya mendengarkan guru, memperhatikan pelajaran atau pun mereka disuruh ke depan untuk mengerjakan tugas dibawah bimbingan penulis. 

 

Peserta didik memang mengikuti pelajaran matematika tersebut dengan berusaha semaksimal mungkin, serta  memperhatikan guru didalam kelas dan ketika latihan diberikan memang bisa di kerjakan walaupun hanya sebagian yang menguasainya. Ketika ditanya apakah sudah paham, peserta didik menjawab sudah paham.

 

Tibalah waktunya untuk pemberian Penilaian Harian kepada peserta didik dengan KD yang telah dipelajari untuk diujikan, tapi hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Hasil yang didapat berbanding terbalik ketika melaksanakan tugas atau disuruh mengerjakan di depan kelas.

 

Hal ini menjadi kekecewaan yang mendalam bagi penulis. Pasti setiap Penilaian Harian hanya 5 dari 28 orang yang tuntas. Penulis pun telah menyadari bahwa ketika peserta didik melakukan Penilaian Harian memang tidak lagi memberikan penjelasan atau membimbing peserta didik dalam Penilaian Harian tersebut.

 

Nah, tiba di sinilah peserta didik hilang konsentrasinya mana yang harus dikerjakan. Contohnya saja dalam Operasi hitung campuran  peserta didik tidak hapal dengan konsep KABATAKU. Maka di sinilah peserta didik linglung dan ditambah lagi dengan soal yang terdiri dari 2, 3 bilangan.

 

Apalagi dalam pengerjaan soalnya bercerita, itu tambah parah lagi hasilnya. Penulis pun telah habis pikir apa yang  harus dilakukan agar pelajaran matematika ini menjadi pelajaran yang diidolakan oleh peserta didik, seperti mereka mengidolakan pelajaran olahraga. (*)

Penulis: Reni Septia, S.Pd (UPT SDN 16 Padang Magek)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad