Peran Orang Tua Menanamkan Pembiasaan Shalat Lima Waktu Bagi Anak - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Kamis, 14 September 2023

Peran Orang Tua Menanamkan Pembiasaan Shalat Lima Waktu Bagi Anak


ANETRY.NET
Shalat merupakan salah satu rukun Islam, yakni rukun Islam yang ke dua yang wajib dilaksanakan oleh setiap umat Islam lima kali dalam  sehari semalam yang tidak biasa ditawar-tawar. Bahkan amalan yang pertama sekali yang akan dihisab dan ditanya nanti di akhirat adalah shalat.

 

Dari Anas bin Malik, Nabi SAW bersabda, ”Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal hambanya adalah shalat. Jika shalatnya baik, akan baik pula seluruh amalanya dan jika shalatnya rusak, maka akan rusaklah semua amal perbuatanya.”

 

Dari hadits di atas dapatlah dipahami, shalat adalah kunci diterimanya amalan-amalan lain yang yang dikerjakan. Bila seorang muslim mengerjakan shalat, maka amalan yang lain juga akan diperhitungkan oleh Allah SWT. Namun jika amalan shalat ditinggalkan, maka amalan yang lain tidak akan diperhitungkan oleh Allah SWT.

 

Seorang yang rajin berbuat baik , banyak sedekah, serta rajin menolong bahkan sudah menunaikan Haji dan Umrah, namun tidak mendirikan shalat lima waktu, maka amalan yang dia kerjakan akan sia-sia. Ibarat seorang yang menanam pohon, kemudian pohon itu telah menghasilkan buah yang masak, yang sudah bisa dipetik untuk  pelepas dahaga, namun orang tersebut tidak bisa untuk memetik buah yang dihasilkan oleh pohon yang dia tanam. Karena tidak ada alat untuk mengambil buah tersebut, maka  orang tersebut akan kelaparan dan kehausan, sekalipun di depan matanya ada buah yang segar.

 

Shalat juga merupakan sebagi tiang agama. Siapa yang mendirikan shalat berarti mereka telah mendirikan agama, namun bagi umat Islam yang tidak mendirikan shalat berarti dia telah meruntuhkan agama sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah dalil: Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang menegakan shalat berarti ia telah menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkan shalat berarti dia telah meruntuhkan agama (HR. Bukhari Muslim).

 

Setelah membaca dua hadis di atas, maka sebagai guru, merinding rasanya menerima amanah, tidak hanya dari pemerintah, namun dari Allah SWT yang harus dipertanggung jawabkan nanti di pengadilan Allah. Bagaimana harus mempertanggungjawabkan berapa banyak anak-anak yang dititipkan oleh orang tuanya untuk dididik menjadi orang yang paham dengan agama, yang mempunyai akhlak yang mulia. Menjadi anak yang bisa membaca  Al-Quran dengan baik dan benar, menjadi anak yang selalu mendirikan shalat lima waktu, karena gurulah yang diberi amanah, pasti guru akan ditanya nanti di pengadilan-Nya.

 

Namun, semua ini tentu tidak sepenuhnya dibebankan kepada guru agama yang mengajar di sekolah, yang hanya satu kali dalam satu minggu. Pelajaran agama hanya 4  jam pelajaran yang tak lebih dari 140 menit  per minggu, dengan waktu yang mustahil guru agama akan mampu membentuk anak didiknya menjadi anak yang berakhlak mulia berkarakter yang baik . Mustahil pula membuat anak mampu membaca Al-Quran dengan baik dan benar, serta terbiasa melakukan shalat lima waktu, sekalipun dengan berbagai teknis, metode, dan strategi yang digunakan.

 

Semua ini tidak terlepas dari peran lingkungan yang sangat berperan penting dalam membentuk dan membiana pembiasan anak usia sekolah. Terutama  lingkungan keluarga yang pertama sekali ditemui oleh anak, mulai sejak mereka dalam kandungan sampai mereka menjadi peribadi yang mengenal lingkunganya.

 

Para ahli psikologi menjelaskan dalam pendapatnya sebagai berikut. Erik Erikson adalah seorang ahli pisikologi perkembangan yang mengemukakan bahwa anak-anak mengalami konflik dan tugas perkembangan yang berbeda dalam setiap perkembanganya.

 

Dalam tahap pertengahan anak (usia 6-12) tahun, anak-anak perlu mengembangkan kompetensi. Lingkungan yang mendukung pembelajaran shalat dengan memberikan bimbingan yang baik dapat membantu anak merasa kompeten dalam menjalankan shalat.

 

Teori pembelajaran sosial keagamaan. Teori ini mengacu pada pengajaran nilai-nilai keagamaan dan praktik-praktik  agama melalui sosialisasi dalam keluarga dan komunitas keagamaan.lingkungan yang kaya akan pengalaman keagamaan dan pendidikan agama akan memberikan landasan kuat bagi pembiasaan anak dalam menjalankan shalat.

 

Peran orang tua. Orang tua memiliki peran kunci dalam membentu kebiasaan shalat anak-anak mereka. Mereka dapat memberikan contoh dengan konsisten melaksanakan shalat, memberikan pengajaran agama, dan memberikan dorongan positif kepada anak-anak untuk menjalankan shalat.

 

Jadi lingkungan keluarga sangat mempengaruhi nilai-nilai pembiasaan anak untuk melaksanakan shalat, terutama ayah ibu yang akan memberikan contoh teladan kepada anak-anaknya. Setelah dilihat bagi ayah ibunya yang shalat, anaknya akan terbiasa untuk melaksanakan shalat, namun tidak cukup dengan contoh saja tanpa adanya bimbingan dari orang tua.

 

Orang tua harus , mengajak, mengawasi dan membimbing anak-anaknya untuk membiasakan melaksanakan shalat. Sebab sering juga anak-anak bila ditanya ayah ibunya shalat, namun anak tidak shalat dengan alasan lupa atau tidak shalat subuh karena tertidur. Kita tidak bisa menyalahkan anak semata, bila anak terlupa berarti orang tua tidak mengawasi mereka, bila tertidur berarti mereka tidak dibangunkan oleh orang tuanya. Padahal anak amanah yang dititipkan Allah, yang harus dipertanggung jawabkan nanti di hadapan Allah.

 

Karena semua anak itu lahir dalam keadaan fitrah, namun kedua orang tuanyalah yang membentuk mereka sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang artinya, dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah bersabda tiada seorang anakpun yang lahir kecuali ia dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani dan Majusi (HR.Bukhari).

 

Jadi dari hadis ini jelaslah bahwa orang tua sangat berperan penting dalam menanamkan kebiasaan dalam melaksanakan shalat kepada anak. (*)

Penulis: Dra. Nurhayati (Guru PAI  UPT SDN 16 Padang  Magek)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad