ANETRY.NET – Sekolah merupakan salah satu tempat menyampaikan pendidikan secara formal. Penyelenggaran sekolah ditujukan pada tiga ranah penting.
Menurut Taksonomi Bloom, ranah tujuan
pendidikan terbagi menjadi 3, yaitu kognitif yang merupakan perilaku yang menekankan
pada intelektualnya, seperti pengetahuan dan keterampilan berpikir. Afektif, lebih
menekankan pada aspek perasaan, seperti minat dan sikap. Dan psikomotor,
yang lebih menekankan pada keterampilan motorik.
Pada penerapan Budaya Senyum,
Salam, Sapa, Sopan, Santun (5S) di sekolah,
berkaitan dengan tujuan pendidikan nenurut Taksonomi Bloom yaitu ranah afektif. Hal tersebut disebabkan
berkaitan langsung dengan yang
berkaitan dengan watak, perilaku, perasaan, minat, sikap, emosi,
dan nilai.
Sebagai Pendidik, dituntut memberikan
pendidikan adab sebagai bekal kehidupan peserta didik yang merupakan generasi
penerus, agar mempunyai akhlak dan budi pekerti yang baik. Karena pendidikan
bukan saja soal akademik, melainkan juga soal menciptakan manusia yang memiliki akhlakul karimah seperti halnya
Rasullulah Muhammad SAW, sebagai teladan umat Islam.
Dalam
hal ini, Allah SWT telah
menjelaskan contoh pribadi yang bisa disebut sebagai akhlakul karimah.
Penjelasan ini terdapat dalam surat Al Ahzab ayat 21.
‘Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.’
Kemudian, Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya telah
menjelaskan keutamaan memiliki akhlakul karimah yang disebut juga tingkah laku
baik,
‘Tidak ada sesuatu yang lebih
berat pada timbangan (kebajikan) seorang mukmin pada hari kiamat dari pada
akhlak yang mulia.’ (HR At-Tirmidzi).
Akhlak atau
budi pekerti, memiliki peranan yang sangat penting dalam
membangun suatu bangsa. Karena itu, sebagai pendidik harus mampu mencontohkan
dan menerapkan akhlak yang terpuji pada peserta didik.
Pada gilirannya,
budaya 5S akan
membentuk karakter disiplin, yaitu peserta didik akan menjadi lebih baik, menjadi
terarah. Selain itu
juga bisa memahami
bagaimana harus hidup dengan orang lain, bagaimana harus menyampaikan sesuatu
dengan sopan santun dan menegur sapa terhadap warga sekolah yang lain.
Penerapan
Budaya 5S yaitu, pertama, Senyum. Sebagai pendidik, mengajarkan pada siswa
agar selalu tersenyum, karena senyum dalam Islam bernilai ibadah. Artinya
dengan tersenyum pada orang lain sudah mendapatkan pahala, selain itu juga akan
membuat wajah terlihat enak dipandang,
hati menjadi damai dan semua orang menyukai.
Dalam hal senyum ini, pendidik tidak hanya
menyuruh siswa yang tersenyum melainkan pendidik yang terlebih dahulu mempraktikkannya,
baik itu sesama rekan guru, apa lagi dengan anak didik. Karena anak didik akan
mencontoh apa yang dilakukan gurunya. Di awal pembiasaan, senyum dapat diterapkan pada anak
didik kita saat menyapa guru, bertanya, berbicara dengan teman, dan bersalaman.
Kedua,
Salam. Salam adalah ucapan yang diucapkan seseorang
dengan maksud untuk memberikan keselamatan dan doa. Ucapan salam adalah Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
yang artinya, semoga Allah melimpahkan keselamatan,
rahmat, dan keberkahan Nya.
Pendidik dapat menanamkan pada
anak didik bahwa dengan bersalaman dan mengucapkan salam, akan diberi keselamatan dan keberkahan oleh Allah.
Pembiasaan ini dicontohkan oleh pendidik terlebih dahulu. Pembiasaan bersalaman
dapat diterapkan saat pagi hari (salam pagi) saat anak didik
bertemu guru, saat bertemu dengan orang yang berkunjung ke sekolah, masuk kelas,
masuk ke kantor guru, masuk tempat ibadah dan pulang
sekolah. Dengan pembiasaan ini, anak
didik akan terbiasa mengucapkan salam di mana pun berada
sampai akhir hayatnya.
Ketiga,
Sapa. Sapa yaitu perkataan untuk berteguran dengan orang
lain, berkomunikasi atau bercakap-cakap. Teguran
bisa berupa ucapan hai, halo atau
memanggil namanya.
Kalau di sekolah, tentu tidak mungkin anak
didik menyapa guru dengan kata hai, atau halo apalagi menyebut nama. Ucapan
seperti itu dapat digunakan olek peserta didik pada teman sebayanya. Di sekolah, mereka
dapat menyapa guru dengan ucapan selamat pagi buk, selamat pagi pak, sedangkan pada temannya bayanya
bisa memanggil namanya saja, dan untuk panggilan adik kelasnya bisa panggil adik atau namanya. Sedangkan
pada kakak kelasnya, bisa menyapa dengan ucapan kakak. Hal itu
juga berlaku di lingkungan luar sekolah.
Keempat, Sopan. Sopan adalah perilaku yang mencerminkan kebaikan dan
keramahan kepada orang lain, terutama orang yang lebih tua umurnya. Sikap sopan
dapat diterapkan
pada siswa di
sekolah yaitu saat berbicara dengan guru atau pun orang lebih besar
darinya, menyampaikan pendapat saat diskusi
kelompok, mengacungkan tangan dengan tangan kanan saat minta izin, dan memberi serta menerima
pakai tangan kanan.
Kelima, Santun. Santun menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KKBI) adalah, halus dan baik (budi bahasanya, tingkah
lakunya); sabar dan tenang; sopan, penuh rasa belas kasihan; dan suka menolong.Dalam
pembiasaan santun ini, pendidik dapat mengarahkan peserta didik untuk bertingkah laku
santun seperti menghormati guru dan karyawan sekolah, menghormati orang
yang lebih tua, tidak mencela atau mengejek sesama teman, menerima sesuatu
selalu dengan tangan kanan,tidak berkata kotor, kasar, dan takabur, tidak meludah
di sembarang tempat,tidak menyela pembicaraan, berpakaian dengan sopan
dan santun.
Semoga dengan menerapkan budaya 5S ini, sebagai salah satu
perwujudan nilai-nilai dan norma positif, akan membawa anak didik menjadi pribadi yang
unggul, mampu berdaya saing. Dan yang pasti, tentunya memliki akhlakul karimah.
Penulis: Nurmilas, S.Pd (Guru
UPT SDN 05 Rambatan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.