Pentingnya Pendidikan Akhlak dalam Sejak Dini - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Jumat, 01 September 2023

Pentingnya Pendidikan Akhlak dalam Sejak Dini


ANETRY.NET
Pada dasarnya, pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi individu sebagai manusia, sehingga dapat hidup secara optimal, baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidup (Sudjana, 1991: 2).

 

Dengan demikian, pendidikan memegang peran penting dalam menentukan hitam putihnya manusia, dan akhlak menjadi standar utama kualitas manusia. Artinya, baik buruknya akhlak merupakan salah satu indikator berhasil atau tidaknya pendidikan. Pendidikan bukan hanya bertujuan membentuk manusia yang cerdas otaknya dan terampil dalam melaksanakan tugas, namun diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berakhlak mulia, sehingga menghasilkan warga negara yang excellent.

 

Oleh karena itu, pendidikan tidak semata-mata mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, tetapi juga mentransfer nilai-nilai akhlak dan nilai-nilai kemanusian yang bersifat universal. Dengan transfer akhlak yang bersifat universal, diharapkan peserta didik dapat menghargai kehidupan orang lain tercermin dalam tingkah laku serta aktualisasi diri, semenjak usia SD hingga kelak dewasa menjadi warga negara yang baik (good citizen).

 

Namun pada kenyataannya, manusia Indonesia (khususnya anak-anak usia sekolah) saat ini, kurang memperhatikan nilai akhlak yang tercermin dari perilaku tidak menghormati nilai-nilai kemanusiaan. Sering terjadi tawuran remaja, kurang menghormati orang tua, kurang menghormati guru, dan terhadap figur-figur yang berwenang, kurang mentaati norma-norma keluarga, hidup tidak disiplin, dan meningkatnya kertidakjujuran, seperti suka bolos, nyontek, dan suka mencuri.

 

Juga meningkatnya kelompok teman sebaya yang bersifat kejam dan bengis, munculnya kejahatan yang memiliki sikap fanatik dan penuh kebencian, berbahasa tidak sopan, merosotnya etika kerja, meningkatnya sifat-sifat mementingkan diri sendiri, dan kurangnya rasa tanggung jawab sebagai warga negara. Selain itu timbulnya gelombang perilaku yang merusak diri sendiri seperti perilaku seksual premature, penyalahgunaan mirasantika/narkoba, perilaku bunuh diri, timbulnya ketidaktahuan sopan santun. Termasuk mengabaikan pengetahuan moral sebagai dasar hidup, seperti adanya kecenderungan untuk memeras tidak menghormati peraturan-peraturan, dan perilaku yang membahayakan terhadap diri sendiri atau orang lain Nashir, 2007: 10).

 

Dengan diberikannya pendidikan akhlak kepada anak SD, diharapkan dapat merubah perilaku anak. Sehingga peserta didik jika sudah dewasa lebih bertanggung jawab dan menghargai sesama dan mampu menghadapi tantangan zaman yang cepat dan berubah. Di sinilah pentingnya nilai-nilai akhlak yang berfungsi sebagai media transformasi manusia Indonesia agar lebih baik, memiliki keunggulan dan kecerdasan diberbagai bidang, baik kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, kecerdasan spritual, kecerdasan kinestika, kecerdasan logis, musikal, dan linguistic (Istanto, 2007: 1).

 

Istilah akhlak memang dikenal sejak awal kelahiran Islam, seperti yang disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dalam sebuah hadits shahih, riwayat Bukhori, Hakim dan Baihaqi, diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang artinya: Bahwasanya saya diutus ke dunia ini adalah untuk menyempurnakan kebaikan akhlak (Syamhudi, 2015: 1).

Sebelum sampai pada pengertian akhlak lebih dahulu perlu diketahui, kata akhlak itu adalah bentuk jamak dari kata “al-khuluqu”, dan kata yang terakhir ini mengandung segi-segi yang sesuai dengan kata “al-khalqu” yang bermakna kejadian. Kedua kata tersebut berasal dari kata kerja “khalaqa” yang mempunyai arti “menjadikan” (Masy’ari, 1990: 1).

 

Begitupun dalam bahasa Yunani istilah “akhlak” dipergunakan istilah ethos atau ethikos atau etika (tanpa memakai H) yang mengandung arti “Etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya pikirnya untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik”.

 

Dan etika itu adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran (Sinaga, 2004: 2). Ibn al-Jauzi (w. 597 H) sebagaimana dikutip oleh Rosihon Anwar, menjelaskan bahwa al-Khuluq adalah etika yang dipilih seseorang. Dinamakan khuluq karena etika bagaikan khalqah (karakter) pada dirinya.Dengan demikian, khuluq adalah etika yang menjadi pilihan dan diusahakan  seseorang. Adapun etika yang sudah menjadi tabiat bawaannya dinamakan al- Khaym (Anwar, 2010: 11).

 

Menurut istilah pengertian akhlak banyak dikemukakan oleh para pakar, diantaranya oleh Imam al-Ghazali di dalam kitab Ihya Ulumuddin sebagaimana dikutip oleh Saefuddaulah dan Ahmad Basuni dinyatakan bahwa hakikat akhlak adalah suatu tabii’at atau bentuk jiwa yang benar-benar telah meresap dan dari padanya timbul berbagai perbuatan.

 

Dalam melaksanakan pendidikan akhlak terhadap anak diperlukan cara atau  metode yang tepat dalam penyampaiannya. Terdapat beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses pendidikan dan penanaman akhlak pada anak, antara lain metode uswah (keteledanan), riyadhah (latihan pembiasaan), mauidhah (nasehat), dan  qishah (bercerita).

 

Metode uswah (keteladanan), adalah suatu cara dalam pendidikan Islam yang menjadikan figur guru, petugas sekolah lainnya, orang tua serta anggota masyarakat sebagai cermin bagi peserta didik, melalui pemberian contoh yang baik kepada siswa  dapat dilakukan beberapa usaha untuk menanamkan akhlak kepada peserta didik  berupa ucapan dan perbuatan, antarala lain bertutur kata dengan sopan dan santun dengan sesama guru ataupun guru dengan siswa.

 

Metode riyadah (latihan dan pembiasan) ialah teknik pembelajaran kepada peserta didik dengan dikerjakan secara berulang-ulang.  Pembiasaan akan memberikan manfaat yang mendalam bagi peserta didik, siswa  akan lebih terbiasa berperilaku dengan nila-nilai akhlak karena pembiasaan seperti pembiasaan bersaman sebelum masuk kelas, pembiasaan berdoa sebelum belajar, melakukan kegiatan shalat berjamaah yang  berperan sebagai efek latihan terus menerus.

 

Metode Mauidhah (nasihat) ialah sajian bahasan tentang kebenaran dan kebajikan dengan maksud mengajak peserta didik  yang diberi nasihat oleh guru dikelas dan guru Pendidikan Agama Islam dalam kegiatan sekolah  yang dilaksanakan dan diikuti oleh seluruh guru dan peserta didik.

 

Referensi

1.    Abdullah, M. Y (2007) Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007)

2.    Al-Qusyairi An-Naisaburi, A.Q.Abdul, K.H  (2007) Risalah Qusyairiyah, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), Cet. II

3.    Amin, A. Kitab al-Akhlak, (Mesir: Dar al-Kutub al-Mishriyah), Cet. III

4.    Anwar, R (2010) Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia)

5.    Anwar, R (2010).  Akhlak Tasawwuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia)

6.    H. Hamzah Ya’kub (1983). Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah, (Bandung: CV. Diponegoro)

7.    H. Moh. Ardani, H. Moh (2001) Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat, (Jakarta: CV. Karya Mulia)

8.    Habibah Istanto, H (2007). Metode Pengembangan anak Pra Sekolah, (Yogyakarta)

9.    Hidayati, H. N (2009) Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN Jakarta Press)

Penulis: Resmiwati,S.Pd I (UPT SDN 15 Rambatan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad