ANETRY.NET – Guru dan siswa adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam dunia pendidikan. Namun dewasa ini interaksi antara guru dan siswa memiliki banyak pergeseran.
Tidak bisa dipungkiri, akhir-akhir ini
banyak dilihat kurang baiknya interaksi antara siswa dan guru, maupun sesama
siswa itu sendiri. Karakter merupakan
ciri khas individu yang ditunjukkan melalui cara bersikap, berperilaku dan
bertindak untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan sekolah, keluarga,
maupun masyarakat.
Pendidikan karakter dinilai sangat
penting untuk ditanamkan pada anak-anak usia SD terutama kepada kelas rendah. Hal itu karena
pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan
nilai, sikap dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur.
Potensi karakter yang baik telah
dimiliki tiap manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi tersebut harus
terus-menerus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan anak sejak usia dini.
Karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang pembentukannya
dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah-natural) dan lingkungan (sosialisasi
atau pendidikan-natural). Guru dapat menjadi inspirasi dan suri tauladan yang
dapat mengubah karakter anak didiknya menjadi manusia yang mengenal potensi dan
karakternya sebagai makhluk Tuhan dan sosial.
Penulis yang memulai karir dari tahun
2013 memulai tugas sebagai tenaga administrasi atau operator, baru pada tahun
2020 mulai mengajar dikelas rendah yakninya kelas 2, dan ini memiliki tantangan
tersendiri yang biasanya hanya menghadapi benda mati sekarang harus menghadapi
dan memahami karakter siswa yang satu kelasnya berisi 30 orang dan minimalnya
27 orang. Dan setiap siswa memiliki karater yang berbeda-beda.
Dan ini menjadi tantangan tersendiri
bagi penulis yang berharap melalui penanaman karakter di lingkungan sekolah
ini, harapannya anak dapat memiliki kecerdasan intelektual dan cara bersikap (attitude)
yang baik. Menjadi pribadi yang memiliki ilmu dan pengetahuan yang tinggi saja
tidak cukup, anak juga harus dibekali dengan karakter yang baik.
Berdasarkan Kurikulum Merdeka, saat ini
kelas 2 masih berada di Fase A, jadi siswa memiliki berbagai macam kemampuan,
ada yang sudah lancar membaca sehingga bisa mengikuti pelajaran , dan masih
banyak siswa yang tidak bisa membaca bahkan belum mengenal huruf dan angka. Di
kelas 2 (kelas rendah), siswa pada umumnya masih memiliki karakter yang masih
perlu banyak untuk dibentuk lagi, siswa kelas rendah kadang-kadang hanya
mengerjakan dan mempelajari kegiatan dan
pelajaran yang menurut mereka menarik, memiliki disiplin yang kurang, bahkan
berbiacarapun sama rata antara sesama teman maupun sesama guru.
Dalam pelajaran pun mereka seringkali
tidak mendengarkan dan bersikap acuh tidak acuh terhadap guru. Sehingga guru
harus berbicara dan menjelaskan secara berulang-ulang kepada siswa baik
mengenai pelajaran maupun terhadap sikap/karakter mereka.
Ada 5 karakter utama yang penting
ditanamkan untuk anak sejak usia dini, yaitu: Pertama, Karakter religius. Peran
guru menjadi sangat penting sebagai teladan memberi contoh yang yang baik bagi
siswa. Peran guru bukan hanya sekedar menjadi pengingat akan tetapi juga
sebagai contoh bersama melaksanakan kegiatan bersifat religius dengan para
siswa. Upaya penanaman nilai religius ini harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan. Masa kanak-kanak adalah masa terbaik menanamkan nilai-nilai
religius.
Kedua, Cinta kebersihan dan lingkungan. Apabila
anak dalam kondisi sehat dan jiwa yang kuat maka anak dapat mengikuti kegiatan
belajar mengajar dengan baik. Penanaman rasa cinta kebersihan ditunjukkan pada
2 hal, yaitu menjaga kebersihan diri sendiri dan kebersihan lingkungan.
Ketiga, Sikap jujur. Sikap jujur
memberikan dampak positif terhadap berbagai sisi kehidupan, baik di masa
sekarang atau di masa yang akan datang. Anak sebagai pribadi jujur dan peka
terhadap berbagai rangsangan berasal dari lingkungan luar dapat memiliki
hubungan yang harmonis dan komunikasi yang baik terhadap orang lain.
Dari hubungan seperti ini akan tercipta
rasa saling percaya. Pada masa sekolah inilah merupakan masa ideal bagi guru
untuk menanamkan nilai kejujuran bagi siswa.
Keempat, Sikap peduli. Peduli merupakan
sikap dan tindakan selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan yang
membutuhkan. Kepedulian anak dapat ditanamkan di sekolah melalui melalui
berbagai cara.
Misalnya, ketika ada teman sekolah yang
sakit maka ada rasa kepedulian untuk menjenguk, ketika ada temannya yang lupa
membawa alat tulis maka kita berusaha meminjamkan alat tulis yang kita miliki,
dan ketika ada teman yang terjatuh maka kita membantunya.
Kelima, Rasa cinta tanah air. Cinta
tanah air adalah cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi maupun kelompoknya.
Karakter nasionalis dapat ditanamkan
melalui beberapa hal di sekolah, antara lain 1) Pelaksanaan kegiatan upacara
bendera. 2) Menghormati tokoh bangsa dengan berziarah ke makamnya. 3) Belajar
dengan giat. 4) Menghormati bapak ibu guru. 5) Menjaga lingkungan sekolah. 6) Menyanyikan
lagu-lagu nasional.
Pembentukan kemampuan siswa di sekolah dipengaruhi
oleh proses belajar yang ditempuhnya. Proses belajar akan terbentuk berdasarkan
pandangan dan pemahaman guru tentang karakteristik siswa dan juga hakikat
pembelajaran.
Untuk menciptakan proses belajar yang
efektif, hal yang harus dipahami guru adalah fungsi dan peranannya dalam
kegiatan belajar mengajar, yaitu sebagai pembimbing, fasilitator, nara sumber,
atau pemberi informasi.
Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa
tugas perkembangan siswa sekolah (Makmun, 1995: 68), diantaranya: (a) mengembangkan
konsep-konsep yang perlu bagi kehidupan sehari-hari, (b) mengembangkan kata
hati, moralitas, dan suatu skala, nilai-nilai, (c) mencapai kebebasan pribadi,
(d) mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan institusi-institusi
sosial.
Beberapa keterampilan akan dimiliki oleh
anak yang sudah mencapai tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir dengan
rentang usia 6-13 tahun (Soesilowindradini, ttn: 116, 118, 119). Keterampilan yang
dicapai diantaranya, yaitu social-help skills dan play skill.
Social-help skills berguna untuk
membantu orang lain di rumah, di sekolah, dan di tempat bermain seperti
membersihkan halaman dan merapikan meja kursi. Keterampilan ini akan menambah
perasaan harga diri dan menjadikannya sebagai anak yang berguna, sehingga anak suka bekerja sama (bersifat kooperatif).
Dengan keterampilan ini pula, anak telah
dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelamin, mulai berkompetisi dengan teman
sebaya, mempunyai sahabat, mampu berbagi, dan mandiri. Sementara itu, play skill
terkait dengan kemampuan motorik seperti melempar, menangkap, berlari,
keseimbangan.
Anak yang terampil dapat membuat
penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik di sekolah dan di masyarakat. Anak telah
dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda
dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk
dapat memegang pensil maupun memegang gunting.
Dengan banyaknya hal bisa mempengaruhi karakter
siswa, baik dari lingkungan keluarga, sekolah, mapun teknologi, maka penulis
berharap guru, orang tua, dan siswa itu sendiri bisa bekerja sama dalam
menanamkan karakter yang baik kepada siswa, sehingga di dalam kelas
pembelajaran bisa berjalan dengan efektif. (*)
Sumber
pendukung artikel:
1. Sekar Purbarini Kawuyan. karakteristik siswa sd kelas rendah dan pembelajarannya.
PPSD FIP UNY
2. Muchlas Samani. (2007) Pendidikan
Bermakna: Integrasi Life Skill-KBK-CTL-MBS. Surabaya: SIC
Penulis: Silvia Ulandari
(UPT SDN 16 Padang Magek)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.