Pentingnya Kolaborasi dalam Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Sabtu, 02 September 2023

Pentingnya Kolaborasi dalam Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus


ANETRY.NET
Manusia, sebagai makhluk sosial, memiliki kebutuhan dasar yang mesti terpenuhi agar dapat bertahan hidup dan memperoleh kehidupan  yang nyaman, senang dan sejahtera, tak terkecuali anak usia dasar. Kebutuhan anak usia dasar (6-12 tahun) berbeda dengan kebutuhan anak remaja dan orang dewasa. Kebutuhan anak usia dasar sangat berkaitan dengan proses pendidikan anak.

 

Di sekolah, tugas utama seorang guru adalah mendidik, membimbing, mengajar dan mengarahkan ke hal yang lebih baik. Sebagai seorang guru, menghadapi anak dengan berbagai macam kondisi, baik perilaku, karakter, kemampuan dan berbagai latar ekonomi sudah menjadi hal wajar. Namun, untuk tahun ini penulis mengajar anak dengan keadaan berkebutuhan khusus.

 

Beberapa peserta didik ini lemah dalam berbahasa dan bebicara, serta sulit untuk berintekrasi dengan teman-teman di kelas atau di sekitarnya. Peserta didik ini mempunyai kemampuan berpikir rendah, serta emosi yang tidak stabil. Hal ini menjadi permasalahan baru bagi penulis.

 

Diketahui bersama, seharusnya pendidikan pertama kali yang didapat oleh seorang anak berasal dari keluarganya. Sehingga peranan keluarga itu sangat penting bagi anak terutama orang tua. Orang tua mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang yang diberikan orang tua tidak ada habisnya dan terhitung nilainya. Orang tua mengajarkan kepada kita hal-hal yang baik. 

 

Pada kenyaataannya, peranan utama untuk mengajarkan anak ini adalah orang tua. Namun, tidak seperti yang penulis harapkan. Rendahnya kemampuan anak dalam berbahasa dan berbicara, disebabkan karena kurangnya interaksi anak dengan orang tua, seperti berkomunikasi dalam bentuk bercerita atau tanya jawab.

 

Orang tua yang terlalu sibuk mencari kehidupan untuk mencukupi ekonominya, membuat anak terabaikan, kasih sayang anak tidak terpenuhi. Seorang anak yang disayangi akan menyayangi keluarganya, sehingga anak akan merasakan dibutuhkan dalam keluarga.

 

Dalam situasi yang demikian, anak akan merasa aman, dihargai, dan disayangi. Si anak tidak akan merasa takut untuk menyatakan dirinya. Sebab merasa keluarga sebagai sumber kekuatan yang membangunnya.

 

Di dalam keluarga, mereka peroleh kesempatan maksimum pertumbuhan, dan perkembangan dari orang tua. Dalam lingkungan keluarga harga diri berkembang, karena dihargai, diterima, dicintai, dan dihormati sebagai manusia. Itulah pentingnya mengapa perlu menjadi orang yang terdidik di lingkungan.

 

Sedangkan lingkungan sekolah adalah tempat pendidikan kedua bagi seorang anak. Tugas dan tanggung jawab orang tualah untuk menyekolahkan anaknya. Tapi tidak seharusnya diserahkan sepenuhnya. Perlu kerja sama orang tua dan pihak sekolah untuk mendidiknya.

 

Membaca, menulis dan berhitung atau caslitung, termasuk salah satu kemampuan kognitif yang perlu dikuasai peserta didik. Ini bukan saja tugas guru, tapi juga menjadi tugas orang tua agar anak pandai calistung. Untuk anak sekolah dasar, calistung merupakan pondasi dasar melanjutkan ke sekolah yang tingkatnya lebih tinggi.

 

Penulis sebagai seorang guru, mengajarkan anak dengan kemamampuan yang daya serapnya berbeda-beda. Ditambah lagi, dengan adanya anak berkebutuhan khusus, adalah tantangan baru mengajarkannya untuk pandai calistung. Mengajarkan anak dengan kemampuan berbeda dalam satu kelas, membutuhkan kreatifitas seorang guru. Guru harus kreatif dalam memilih berbagai metode, strategi dan media dalam proses pembelajaran. Tujuannya, agar dapat menumbuhkan minat anak tersebut.

 

Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya mengajarkan peserta didik pandai calistung. Namun banyak hal yang harus guru ajarkan. Guru sebagai pendidik, memberikan ilmunya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Sehingga tak luput dari peranan guru yang harus maksimal.

 

Peranan guru sebagai pendidik, merupakan peranan yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan, serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak didik, agar anak itu menjadi patuh terhadap norma hidup, dan aturan-aturan sekolah. Guru mengajarkan kepada anak didik supaya pintar dan berwawasan luas. Anak didik yang terdidik, dituntut untuk tidak merugikan orang lain, harus menghargai, dan menghormati hak orang lain. Anak dididik untuk menaati peraturan-peraturan, dan menyesuaikan diri dengan norma-norma tertentu.

 

Mendidik anak dengan berbagai kemampuan terutama anak berkebutuhan khusus, bukanlah hal mudah. Terlebih, semakin canggihnya teknologi zaman sekarang, membuat anak malas belajar, baik itu membaca atau menulis dan berpikir dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya. Serta perilaku anak menjadi bertentangan dengan norma-norma yang diajarkan, baik di sekolah atau di rumah. Anak cenderung bermain gadget dari pada membaca bukunya. Sehingga dalam proses pembelajaran, anak tidak fokus untuk berlajar.

 

Pada intinya, orang tua dan guru, maupun orang dewasa lainnya di lingkungan anak, mesti memahami tingkat kebutuhan dan karakter anak. Hal itu agar tidak terjadi kesalahan dalam mendidik dan mengajar dalam rangka membentuk pribadi anak yang beriman, cerdas dan berkarakter. (*)

Referensi

1. Abdullah, Nandiyah. 2013. Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus. Klaten. UNWIDHA Klaten.

2. Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. 

3. Andesta, Dian. Analisis kebutuhan anak usia dasar dan Implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan. JIP (Jurnal Ilmiah PGMI), 4(1), 82-97.

Penulis: Deni Putri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad