ANETRY.NET – Menurut Muhaimin, Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang disengaja dalam mempersiapkan anak didik untuk memahami, menyakini dan mengamalkan nilai ajaran Islam. Itu dilakukan melalui kegiatan latihan, bimbingan dan pengajaran sehingga tercipta kerukunan masyarakat sebagai usaha perwujudan persatuan nasional.
Sementara Kurikulum Merdeka merupakan
kurikulum yang memberikan kebebasan kepada Sekolah untuk mengeksplorasi kemampuannya sesuai dengan sarana, input serta
sumber daya yang di miliki, serta memberikan kemerdekaan kepada guru untuk
menyampaikan materi yang essensial dan urgen. Dan yang paling penting, adalah memberikan
ruang yang luas dan bebas bagi peserta didik untuk lebih memaksimalkan potensi yang
dimilikinya agar memperoleh hasil pendidikan yang maksimal.
Maka Untuk memaksimalkan potensi yang
dimiliki oleh peserta didik tentu tidak cukup dengan satu cara/metode saja,
mengingat kecendrungan dan gaya belajar setiap anak berbeda-beda, maka selaku
seorang guru tentu juga harus menggunakan metode yang berbeda pula agar
motivasi belajar anak bisa lebih tinggi sehingga diharapkan potensi yang dimiliki
peserta didik juga ikut termaksimalkan dengan baik sehingga apa yang menjadi
capaian pembelajaran dapat tercapai.
Upaya yang dapat dilakukan oleh guru
dalam meingkatkan motivasi belajar peserta didik adalah dengan menggunakan
berbagai metode pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat menyenangkan
peserta didik dan tidak kaku lagi karena bervariasi sesuai dengan cara belajar
peserta didik tersebut.
Adapun metode dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam antara lain adalah: Pertama, Metode Amsal. Secara lughawi
amsal adalah membuat pemisalan, perumpamaan dan bandingan menurut Manna Khalil
alQattan tamsil atau amsal merupakan kerangka yang dapat menampilkan
makna-makna dalam bentuk yang hidup dan mantap didalam pikiran, dengan cara
menyerupakan sesuatu yang gaib dengan yang hadir, yang abstrak dengan yang
konkrit, dan dengan menganalogikan sesuatu dengan yang serupa. Tamsil lebih
dapat mendorong jiwa untuk menerima makna yang dimaksudkan dan membuat akal
merasa puas dengannya.
Kedua, Metode kisah Qurani. Kisah
berasal dari bahasa Arab, yakni dari kata “qiṣṣah”. Qiṣṣah sendiri berasal dari
kata “al-qaṣaṣu” yang artinya mencari jejak. Secara terminologis, kata “qiṣṣah
Alquran” mengandung dua makna yaitu, pertama: “al-qaṣaṣ fi Alquran” yang
artinya pemberitaan Alquran tentang hal ikhwal umat terdahulu, baik informasi
tentang keNabian maupun tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada umat
terdahulu. Kedua, “qaṣaṣ Alquran” yang artinya karakteristik kisah-kisah dalam
Alquran. Pengertian yang kedua inilah yang dimaksud kisah sebagai metode
pendidikan.
Ketiga, Metode ‘Ibrah Maw’iẓah. ‘Ibrah
dalam Alquran dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk mengambil pelajaran
dari pengalaman-pengalaman orang lain atau dari peristiwa-peristiwa yang
terjadi di masa lampau melalui suatu proses berpikir secara mendalam, sehingga
menimbulkan kesadaran pada diri seseorang.
Keempat, Targib-Tarḥib. Targib adalah
strategi atau cara untuk meyakinkan seseorang terhadap kebenaran Allah melalui
janji-Nya yang disertai dengan bujukan dan rayuan untuk melakukan amal shaleh.
Sedangkan tarhib adalah strategi untuk meyakinkan seseorang terhadap kebenaran
Allah melalui ancaman dengan siksaan sebagai akibat melakukan perbuatan yang
dilarang oleh Allah.
Kelima, Metode Uswaḥ Ḥasanaħ. Metode
uswaḥ ḥasanaħ merupakan metode yang digunakan dengan cara memberikan contoh
teladan yang baik, yang tidak hanya memberi didalam kelas, tetapi juga dalam
haliah sehari-hari.
Keenam, Metode Ḥiwar Qurāni. Ḥiwar Qurani
dapat diartikan sebagai dialog, yakni suatu percakapan atau pembicaraan silih
berganti antara dua pihak atau lebih yang dilakukan melalui tanya jawab,
didalamnya terdapat kesatuan topik pembicaraan dan tujuan yang hendak dicapai
dalam pembicaraan itu, dialog-dialog tersebut terdapat dalam Alquran dan
al-Sunnah.
Sementara Abdul Fattah menyebutkan,
dalam proses belajar-mengajar Rasulullah senantaiasa memilih method yang
dinilai paling efektif dan efesien, mudah difahami dan dicerna akal, serta
gampang diingat sesuai dengan porsi dan kapasitas intelektual peserta didik.
Metode nabi dalam mengajar senantiasa menjadikan peserta didik berkemampuan
intelegensi, mental dan spiritual yang baik.
Di antara metode nabi nabi pengajaran
ialah metode pujian, ancaman, analogi, pengajuan pertanyaan, cerita, penggunaan
bahasa asing, penampilan kepribadian luhur, dan lainnya. hal itu ditunjukan
dalam dengan kebijaksanaan, kesantunan dan kesesuaian dengan kemampuan peserta
didik.
Mengingat perkembangan zaman saat ini
metode tersebut tentu masih dapat kita gunakakan dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dan akan lebih menarik lagi apabila kita sandingkan
dengan penggunaan Media Teknologi agar peserta didik lebih tertarik dan
meningkatkan motivasi belajarnya.
Dari apa yang telah disampaikan diatas
dapat disimpulkan bahwa diantara upaya guru dalam mengimplementasikan kurikulum
merdeka dalam pembelajaran pendidikan agama islam adalah dengan cara
menggunakan metode yang variatif dan pemanfaatan media teknologi merupakan satu
kesatuan yang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. (*)
Penulis: Muhamad Akmal (Guru
MAPEL PAI-BP SDN 08 Balimbing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.