Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dalam Implementasi Kurikulum Merdeka untuk Mapel PAI - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Selasa, 12 September 2023

Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dalam Implementasi Kurikulum Merdeka untuk Mapel PAI


ANETRY.NET
– Menurut Muhaimin, Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang disengaja dalam mempersiapkan anak didik untuk memahami, menyakini dan mengamalkan nilai ajaran Islam. Itu dilakukan melalui kegiatan latihan, bimbingan dan pengajaran sehingga tercipta kerukunan masyarakat sebagai usaha perwujudan persatuan nasional.

 

Sementara Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang memberikan kebebasan kepada  Sekolah untuk mengeksplorasi  kemampuannya sesuai dengan sarana, input serta sumber daya  yang di miliki,  serta  memberikan kemerdekaan kepada guru untuk menyampaikan materi yang essensial dan urgen. Dan yang paling penting, adalah memberikan ruang yang luas dan bebas bagi peserta didik untuk lebih memaksimalkan potensi yang dimilikinya agar memperoleh hasil pendidikan yang maksimal.

 

Maka Untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik tentu tidak cukup dengan satu cara/metode saja, mengingat kecendrungan dan gaya belajar setiap anak berbeda-beda, maka selaku seorang guru tentu juga harus menggunakan metode yang berbeda pula agar motivasi belajar anak bisa lebih tinggi sehingga diharapkan potensi yang dimiliki peserta didik juga ikut termaksimalkan dengan baik sehingga apa yang menjadi capaian pembelajaran dapat tercapai.

 

Upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam meingkatkan motivasi belajar peserta didik adalah dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat menyenangkan peserta didik dan tidak kaku lagi karena bervariasi sesuai dengan cara belajar peserta didik tersebut.

 

Adapun metode dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam antara lain adalah: Pertama, Metode Amsal. Secara lughawi amsal adalah membuat pemisalan, perumpamaan dan bandingan menurut Manna Khalil alQattan tamsil atau amsal merupakan kerangka yang dapat menampilkan makna-makna dalam bentuk yang hidup dan mantap didalam pikiran, dengan cara menyerupakan sesuatu yang gaib dengan yang hadir, yang abstrak dengan yang konkrit, dan dengan menganalogikan sesuatu dengan yang serupa. Tamsil lebih dapat mendorong jiwa untuk menerima makna yang dimaksudkan dan membuat akal merasa puas dengannya.

Kedua, Metode kisah Qurani. Kisah berasal dari bahasa Arab, yakni dari kata “qiṣṣah”. Qiṣṣah sendiri berasal dari kata “al-qaṣaṣu” yang artinya mencari jejak. Secara terminologis, kata “qiṣṣah Alquran” mengandung dua makna yaitu, pertama: “al-qaṣaṣ fi Alquran” yang artinya pemberitaan Alquran tentang hal ikhwal umat terdahulu, baik informasi tentang keNabian maupun tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada umat terdahulu. Kedua, “qaṣaṣ Alquran” yang artinya karakteristik kisah-kisah dalam Alquran. Pengertian yang kedua inilah yang dimaksud kisah sebagai metode pendidikan.

 

Ketiga, Metode ‘Ibrah Maw’iẓah. ‘Ibrah dalam Alquran dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk mengambil pelajaran dari pengalaman-pengalaman orang lain atau dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau melalui suatu proses berpikir secara mendalam, sehingga menimbulkan kesadaran pada diri seseorang.

 

Keempat, Targib-Tarḥib. Targib adalah strategi atau cara untuk meyakinkan seseorang terhadap kebenaran Allah melalui janji-Nya yang disertai dengan bujukan dan rayuan untuk melakukan amal shaleh. Sedangkan tarhib adalah strategi untuk meyakinkan seseorang terhadap kebenaran Allah melalui ancaman dengan siksaan sebagai akibat melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah.

 

Kelima, Metode Uswaḥ Ḥasanaħ. Metode uswaḥ ḥasanaħ merupakan metode yang digunakan dengan cara memberikan contoh teladan yang baik, yang tidak hanya memberi didalam kelas, tetapi juga dalam haliah sehari-hari.

 

Keenam, Metode Ḥiwar Qurāni. Ḥiwar Qurani dapat diartikan sebagai dialog, yakni suatu percakapan atau pembicaraan silih berganti antara dua pihak atau lebih yang dilakukan melalui tanya jawab, didalamnya terdapat kesatuan topik pembicaraan dan tujuan yang hendak dicapai dalam pembicaraan itu, dialog-dialog tersebut terdapat dalam Alquran dan al-Sunnah.

 

Sementara Abdul Fattah menyebutkan, dalam proses belajar-mengajar Rasulullah senantaiasa memilih method yang dinilai paling efektif dan efesien, mudah difahami dan dicerna akal, serta gampang diingat sesuai dengan porsi dan kapasitas intelektual peserta didik. Metode nabi dalam mengajar senantiasa menjadikan peserta didik berkemampuan intelegensi, mental dan spiritual yang baik.

 

Di antara metode nabi nabi pengajaran ialah metode pujian, ancaman, analogi, pengajuan pertanyaan, cerita, penggunaan bahasa asing, penampilan kepribadian luhur, dan lainnya. hal itu ditunjukan dalam dengan kebijaksanaan, kesantunan dan kesesuaian dengan kemampuan peserta didik.

 

Mengingat perkembangan zaman saat ini metode tersebut tentu masih dapat kita gunakakan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan akan lebih menarik lagi apabila kita sandingkan dengan penggunaan Media Teknologi agar peserta didik lebih tertarik dan meningkatkan motivasi belajarnya.

 

Dari apa yang telah disampaikan diatas dapat disimpulkan bahwa diantara upaya guru dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka dalam pembelajaran pendidikan agama islam adalah dengan cara menggunakan metode yang variatif dan pemanfaatan media teknologi merupakan satu kesatuan yang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. (*)

Penulis: Muhamad Akmal (Guru MAPEL PAI-BP SDN 08 Balimbing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad