ANETRY.NET – Pertama kali menginjakkan kaki di kelas IV tahun pelajaran 2023/2024, membuat penulis mengubah mind set. Dipahami, peserta didik yang sudah berada di kelas tinggi akan lebih mudah fokus dalam proses belajar mengajar.
Namun, nyatanya peserta didik kelas tinggi awal seperti
kelas IV ini, memiliki banyak topik pembicaran serta kegiatan bermain yang
sudah mulai menggangu pikirannya. Pemikiran yang terganggu pada saat proses belajar
mengajar membuat tujuan pembelajaran menjadi tidak tercapai dengan baik.
Tujuan pembelajaran akan tercapai apabila peserta didik
merasa semangat dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut
menjadi aktif dan tidak mengantuk selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk
mengatasi hal tersebut penulis menerapkan dan membiasakan ice breaking pada proses pembelajaran.
Pada percobaan pertama peserta didik merasa tertarik dan
terlihat bahagia dengan adanya selingan ice breaking yang penulis
berikan. Melihat perkembangan proses belajar dari hari ke hari yang semakin
baik, membuat penulis ingin mempelajari tentang macam-macam ice breaking.
Ice breaking salah satu media pembelajaran yang
meyenangkan dengan mengedepankan unsur inovatif, kreatif, futuristic.
Ice Breaking ini sangat bermanfaat untuk kembali menyegarkan pikiran
peserta didik, dan menumbuhkan kegairahan untuk kembali belajar. Dalam
acara-acara yang membutuhkan fokus dan konsentrasi pesertanya, maka selingan ice
breaking menjadi kebutuhan, seperti seminar, workshop. Begitu pun dalam
dunia pendidikan (Muharir, 2022).
Dalam dunia pendidikan ice breaking berfungsi untuk
pemantapan konsep dan kembali masuk ke kondisi alfa. Namun, guru harus
berhati-hati memilih ice breaking yang tepat. Artinya jangan sampai ice
Breaking ini menghabiskan waktu jam pelajaran. Harus dibedakan ice breaking
yang digunakan untuk training ataupun outbound dengan ice
breaking di dalam kelas.
Tantangan bagi gurulah untuk mengoleksi ice breaking.
Dalam arti ice breaking memang baik untuk pembelajaran, agar peserta
didik kembali antusias dalam belajar tetapi tidak juga untuk menghabiskan waktu
pembelajaran (Muharir, 2022).
Pembelajaran yang membutuhkan konsentrasi yang sangat
tinggi seperti pembelajaran matematika dan pembelajaran IPAS membutuhkan
berkali kali penggunaan ice breaking agar peserta didik tetap dalam
kondisi santai dan merasa tidak tertekan. Pada saat pembelajaran tersebut
penulis melakukan kurang lebih 2-3 kali ice breaking dalam waktu 1 jam
pelajaran. Perbandingannya pada saat proses pembelajaran Budaya Alam Minang
Kabau (BAM) dimana materi pembelajarannya yang tidak terlalu rumit penulis
hanya membutuhkan 1-2 kali ice breaking.
Metode ice breaking yang sering penulis gunakan
adalah metode simulasi dan juga metode permainan. Metode simulasi dan metode
permainan merupakan metode yang paling mudah dilakukan, Guru mempersiapkan
beberapa permainan yang bertujuan untuk memecah kebekuan (ice breaking games)
peserta didik. Permainan ini banyak sekali bentuknya, di antaranya adalah
permainan lempar kokarde, pesan berantai, ziq-zaq dan lain-lain (binti, 2017).
Dalam proses pembelajaran penulis menggunakan beberapa ice
breaking seperti tepukan-tepukan nyanyian dan games, dimana hal
tersebut termasuk kedalam metode simulasi dan permainan. Salah satu bentuk ice
breaking yang penulis lakukan adalah sebagai berikut: Tepuk satu ok, Tepuk
dua siap, Tepuk tiga semangat, Tepuk empat konsentrasi, Tepuk lima siap belajar.
Setelah kurang lebih 2 bulan, proses pembelajaran
berlangsung penulis merasakan perubahaan terhadap semangat belajar peserta
didik yang berdampak pada hasil belajar peserta didik itu sendiri. Hasil
belajar peserta didik kelas IV yang meningkat serta kualitas belajar yang menyenangkan
membuat peserta didik menjadi lebih senang dalam proses belajar, dan tidak
takut lagi dalam belajar mata pelajaran apapun termasuk mata pelajaran
matematika yang notabennya merupakan mata pelajaran yang menakutkan bagi
peserta didik sebelumnya.
Motivasi belajar sangat menentukan tingkat berhasil atau
gagalnya proses belajar peserta didik. Belajar tanpa adanya motivasi menyebabkan
tingkat keberhasilan yang rendah, oleh sebab peserta didik yang tidak mempunyai
motivasi belajar akan sulit juga untuk melakukan kegiatan belajar (Tiyara,
2020).
Proses belajar mengajar yang berkualitas inilah yang
memotivasi penulis untuk selalu mengolah kembali kebiasaan-kebiasan belajar
yang menyenangkan bagi setiap peserta didik. Ice breking yang dilakukan
untuk meyegarkan kembali pemikiran peserta didik membuat peserta didik menjadi
bahagia dalam belajar serta menjadi belajar menjadi kebutuhan yang sangat ingin
ia lakukan disetiap harinya.
Peserta didik hanya anak yang pada dasarnya menyukai
permainan, dan dunia bermain. Tugas pendidik adalah membuat belajar dan proses
pembelajaran menjadi suatu hal yang menarik, dan menyenangkan bagi peserta
didik. Proses pembelajaran yang menarik akan menumbuhkan semangat belajar yang
baik juga terhadap peserta didik. Ice breaking merupakan salah satu
solusi yang dapat digunakan untuk menarik perhatian dan menumbuhkan semangat
belajar peserta didik. (*)
Penulis: Ela Melisa Saputri, S.Pd (Guru
Kelas IV UPT SDN 18 Balimbing)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.