ANETRY.NET – Gerakan literasi, merupakan gerakan yang bertujuan untuk memupuk kebiasaan dan memotivasi membaca siswa terutama kemampuan membaca di kelas IV SD. Karena, saat ini masih banyak siswa kelas IV SD yang belum lancar membaca, sehingga pemahaman membacanya rendah.
Di era globalisasi ini, budaya literasi
sangat erat kaitannya dengan dunia pendidikan. Hal itu karena proses pendidikan
bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya literasi yang tertanam
dengan baik, akan memengaruhi keberhasilan seorang siswa menyelesaikan pendidikan
dengan baik, dan bisa mencapai sebuah keberhasilan.
Untuk mencapai sebuah keberhasilan, bukan
hanya dari melihat dan mendengar saja. Oleh karena itu keterampilan membaca
menjadi keterampilan yang sangat penting untuk dikembangkan dan menjadi kebutuhan
bagi siswa, khususnya siswa SD. Penguasaan literasi, merupakan indikator
penting untuk meningkatkan prestasi siswa saat ini, dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia di sekolah.
Menurut Lerner (1988), kemampuan membaca
merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia
sekolah tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka akan mengalami banyak
kesulitan dalam belajar. Penanaman budaya literasi harus dilakukan sedini
mungkin terutama siswa yang masih duduk
di bangku sekolah dasar. Membaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan
atau hanya dalam hati).
Dengan penerapan budaya literasi sedini
mungkin, diharapkan dapat mewujudkan Tanah Datar yang cerdas dan berbudaya. Meningkatkan
minat baca masyarakat, terutama generasi muda dan anak-anak, Bupati Tanah Datar,
kukuhkan Bunda Literasi Kabupaten dan Kecamatan se-Tanah Datar, di awal tahun
ini. Gerakan literasi di sekolah, dikembangkan berdasarkan peraturan Menteri
Pendidikan nomor 23 tahun 2015 yaitu tentang Penumbuhan Budi Pekerti dengan
membiasakan peserta didik membaca buku non pelajaran sebelum waktu belajar
dimulai.
Rendahnya minat baca siswa di SD, tentu
akan berdampak pada rendahnya kualitas pendidikan. Untuk meningkatkan minat
baca, sekolah perlu merancang dan melaksanakan pojok literasi, agar proses
pembelajaran terutama membaca bisa
terlaksana secara maksimal. Dalam hal ini, sekolah memiliki peran yang sangat
penting dalam menumbuhkan budaya literasi siswa. Oleh karena itu sekolah harus
memfasilitasi sarana dan prasarana yang bisa mengembangkan bakat dan kemampuan
siswa dalam melakukan kegiatan literasi.
Untuk mengoptimalkan kegiatan literasi
di kelas, salah satunya dibuat yang pojok baca. Pojok baca di kelas diletakkan
di bagian belakang pojok ruang kelas. Pojok baca ini ditata sedemikian rupa
sehingga siswa nyaman saat membaca buku. Di pojok baca terdapat rak yang berisi
koleksi buku, alas tempat siswa duduk, serta alat peraga pendidikan.
Pojok baca ini yang akan mendukung
kegiatan gemar membaca di kelas. Setiap seminggu sekali siswa harus membaca
buku, baik itu buku pelajaran maupun non pelajaran. Setelah membaca, siswa
membuat sebuah kesimpulan, dengan membuat kesimpulan siswa terlatih untuk
memahami bacaan dari apa yang sudah dibacanya.
Berikut ini adalah cara yang dapat
dicoba oleh guru/pendidik untuk meningkatkan literasi siswa, pertama, memperkenalkan
kebiasaan membaca sejak dini. Kebiasaan membaca yang dibangun sejak dini akan
membantu siswa menjadi lebih terbiasa membaca dan memperluas wawasan mereka.
Orang tua dan pendidik dapat memberi buku-buku yang sesuai dengan usia dan
minat siswa untuk membantu mereka membangun kebiasaan membaca.
Kedua, membuat lingkungan belajar yang
kondusif. Lingkungan belajar yang kondusif dapat membantu siswa focus dan
nyaman dalam proses pelajaran. Orang tua dan pendidik dapat membuat ruang kelas
yang menarik, dengan menyediakan peralatan belajar yang memadai, seperti
buku-buku, papan tulis, dan komputer.
Ketiga, menggunakan teknologi dalam
pembelajaran. Teknologi dapat membantu siswa mengembangkan literasi mereka.
Orang tua dan pendidik dapat menggunakan perangkat lunak dan aplikasi yang
menarik untuk membantu siswa belajar membaca dan menulis dengan lebih mudah dan
menyenangkan.
Namun sebagaimana pedang bermata dua, penggunaan
teknologi seperti internet dan perangkat lunak juga memiliki efek negative,
selain dari memberikan efek positif. Karena itu pengawasan yang baik harus
tetap dilakukan agar siswa hanya mendapat efek positif dari penggunanan
teknologi ini.
Keempat, mendorong diskusi dan refleksi.
Diskusi dan refleksi dapat membantu siswa mengembangkan pemahaman yang lebih
baik tentang apa yang mereka baca. Orang tua dan pendidik dapat mengajak siswa
berdiskusi tentang buku atau artikel yang mereka baca, serta membantu mereka
merumuskan pertanyaan dan opini mereka sendiri.
Kelima, memberikan umpan balik dan
dukungan. Umpan balik dan dukungan dari pendidik sangat penting untuk membantu
siswa meningkatkan kemampuan literasi mereka. Orang tua dan pendidik dapat
memberikan umpan balik yang konstruktif dan memberikan dukungan pada siswa
dalam proses belajar.
Meningkatkan literasi siswa adalah tugas
yang tidak mudah, tetapi dengan mengikuti beberapa tips diatas, pendidik dapat
membantu siswa mengembangkan kemampuan membaca, menulis , dan berbicara yang
lebih baik. Hal ini akan membantu siswa untuk mencapai potensi akademik mereka
akan sukses dimasa depan. (*)
Referensi
1. Lerner ( 1988)
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia
3. Peraturan Menteri Pendidikan nomor 23
tahun 2015
Penulis: Desmellia, S.Pd (UPT
SDN 07 Simawang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.