ANETRY.NET – Belajar adalah suatu proses yang memunculkan adanya perubahan prilaku, baik potensial maupun actual, bersifat relatif permanen sebagai akibat dari perbuatan dan pengalaman.
Sedangkan kegiatan pembelajaran, adalah kegiatan
interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Dalam kegiatan
pembelajaran siswa dituntut keaktifannya. Aktif yang dimaksud adalah siswa yang
aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan pendapat dan terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran, karena belajar memang merupakan suatu proses aktif dari
siswa dalam membangun pengetahuannya.
Dalam melaksanakan proses belajar mengajar
bukan hanya siswa saja yang dituntut aktif tetapi guru mempunyai peran yang sangat penting
untuk meningkatkan keatifan siswa. Guru merupakan ujung tombak dalam
pendidikan. Guru memiliki arti bahwa seseorang yang telah mengabdikan dirinya
untuk mengajakan suatu ilmu, memdidik, mengajarkan dan memberikan pelatihan
berupa pengetahuan kepada siswanya.
Menurut Eddy Roesdiono bahwa proses
belajar-mengajar senantiasa menuntut para guru untuk lebih aktif, proaktif, dan
produktif dalam menyampaikan pelajaran, menyiapkan bahan ajar dan mengelola suasana pembelajaran
di dalam kelas. Selain dituntut untuk meningkatkan pengetahuan mengajar (instruction
skill, teaching skill), guru juga kini diharapkan untuk lebih mampu tampil
lebih kreatif ketika mengajar agar tercipta suasana belajar yang lebih
menyenangkan dan melebarkan peluang siswa menangkap ilmu yang diajarkan.
Siswa sekolah dasar merupakan anak dalam
rentang umur 6-12 tahun. Anak dalam fase ini
sudah dapat menerima berbagai pembelajaran yang sesuai dengan tahap
perkembangannya seperti menulis, membaca dan berhitung.
Pada saat ini penulis mengajar di kelas III dengan jumlah siswa 23
orang. Siswa di kelas 3 memiliki tingkat kecerdasan dan daya nalar yang
berbeda-beda. Bukan hanya itu, setiap siswa juga memiliki keinginan dan motivasi yang berbeda-beda
juga untuk mengikuti pelajaran. Dari 23 orang siswa ada beberapa orang siswa
yang sering selalu merasa jenuh dan bermalas-malasan saat belajar. Oleh sebab itu selaku seorang guru, harus meningkatkan
pemahaman kita terhadap karakter individu siswa.
Setiap siswa memiliki kesulitan yang
berbeda-beda dalam belajar. Banyak yang melatarbelakangi kesulitan yang
dihadapi siswa. Ada bermacam-macam penyebab mengapa siswa pengalami kesulitan
dalam belajar. Kurangnya motivasi dan kurang perhatian merupakan hambatan yang
paling banyak dialami siswa. Selain itu, dukungan orang tua dan keterlibatan
orang tua juga sangat berpengaruh terhadap motivasi dan keinginan siswa dalam
belajar.
Pemahaman guru yang mendapat dapat
terhadap perbedaan siswa, membuat guru mampu melakukan hal-hal yang terbaik sesuai dengan
karakteristik siswa. Suasana belajar akan bergairah sehingga membantu
tercapainya tujuan belajar yang kita harapkan.
Kesulitan yang dihadapi saat mengajar
sebenarnya masih bisa dihadapi dan ditanggulangi. Dukungan orangtualah sebenarnya
yang sangat diharapkan. Orang tua terkadang lengah dan tidak menampakkan tanggapan
yang antusias terhadap cara belajar yang dilakukan siswa. Latar belakang
ekonomi dan keluarga sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa.
Motivasi dan keingingan belajar siswa
memiliki dampak terhaap hasil belajarnya. Karena kurangnya motivasi dan
keinginan belajar siswa, juga akan melihatkan hasil belajar yang kurang baik juga. Terutama anak yang tinggal kelas
memiliki kebiasaan yang tidak jauh berbeda dari kelas sebelumnya.
Guru sebagai motivator harus memiliki
tugas yang khusus untuk siswa yang bermasalah seperti ini. Pengunaan metode dan
strategi yang sesuai dengan permasalahan siswa dapat menjadi pemicu peningkatan
hasil belajar siswa. Merubah dan memberikan arti yang bermakna kepada siswa
dapat menjadi motivasi yang begitu besar kepada siswa.
Belajar di dalam kelas, terkadang dapat membuat
siswa merasa jenuh dan terkekang. Kebiasaan siswa yang berbeda-beda membuat
memberikan peluang juga kepada guru untuk memilih strategi belajar yang sesuai
dengan perbedaan tersebut. Motivasi juga dapat berupa berbagai cara, misalnya
memberikan pujian dan penghargaan.
Belajar di luar kelas dengan konsep
belajar dialam dapat memberikan kesegaran dan ketenangan kepada siswa. Belajar
sambal bermain juga masih dapat kita gunakan saat mengajar di kelas 3. Apa bila
belajar di sekolah membuat hati dan fikiran siswa tenang maka siswa dengan
sendirinya keinginan dan motivasi belajar siswa juga akan meningkat. (*)
Daftar
Pustaka :
1.
Kompasiana.Com/2011 Eddy
Roesdiono
2.
Yusrijal Datuk Makhudun, Menaiki
Tangga Guru Progresif, Pustaka Media Guru, Jakarta 2018
Penulis: Delvi Susanti, S.Pd.I (UPT SDN 03 Rambatan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.