Kepribadian Peserta Didik Merosot, Sebenarnya Salah Siapa? - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Rabu, 06 September 2023

Kepribadian Peserta Didik Merosot, Sebenarnya Salah Siapa?


ANETRY.NET
Pemerintah sangat memperhatikan penyelenggaran pendidikan moral, nilai, dan budi pekerti bagi peserta didik. Beberapa tahun yang lalu, pemerintah menerbitkan peraturan untuk mengaplikasikan pelajaran iman dan takwa ke dalam setiap mata pelajaran.

 

Belum lama ini, pemerintah mencanangkan penyelenggaraan pendidikan karakter peserta didik. Pembinaan karakter peserta didik, dilakukan dilakukan dengan mengintegrasikan karakter tertentu ke  dalam mata pelajaran.

 

Kenyataan yang terjadi, kepribadian peserta didik sangat jauh merosot. Peserta didik yang duduk di bangku sekolah dasar saja, sudah banyak melakukan penyimpangan di sekolah. Contohnya, sering terjadinya perkelahian dan pengeroyokan terhadap satu orang murid. Ada anak yang kuat mengampas anak yang lemah. Ada pula anak yang membawa ponsel ke sekolah dan mempertontonkan gambar yang tidak baik kepada teman sekelasnya.

 

Hal itu sebagian kecil dari sikap dan tingkah laku peserta didik. Padahal, mereka adalah anak-anak yang menduduki jenjang sekolah dasar, belum lagi peserta didik yang  lebih tinggi. Semua itu sangat merisaukan.

 

Pada lain sisi, setiap orang tua pasti menginginkan anaknya memiliki sikap, tingkah laku atau keperibadiaan yang baik. Akan tetapi, banyak faktor telah mengubah perilaku anak tersebut. Karena pengaruh lingkungan dan alat komunikasi yang semakin canggih sekarang ini, anak meniru apa yang mereka lihat.

 

Tayangan di televisi yang tidak mendidik, turut mempengaruhi karakternya. Peserta didik sudah pandai mengakses internet, dan memiliki peluang untuk melihat hal-hal yang tidak sewajarnya mereka lihat.

 

Pengaruh lingkungan sekitar sangat berpengaruh dan turut mewarnai perilaku peserta didik tersebut. Peserta didik sering melihat pemuda-pemudi yang tidak sekolah, suka ugal-ugalan di jalan, berbicara tidak sopan dan berkata kasar, serta berpakaian yang urakan.

 

Kurangnya bimbingan dan didikan orang tua pun turut menyebabkan merosotnya akhlak atau kepribadian peserta didik. Orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak ada lagi waktu untuk memperhatikan anak-anaknya di rumah. Sementara di sekolah, guru lebih banyak berperan mengajar dari pada mendidik. Guru tidak memberikan porsi yang besar terhadap kegiatan mendidik.

 

Menurut Kurnia, kepribadian seseorang atau peserta didik berkembang secara bertahap. Pertama, masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun. Kedua, pada masa usia 6-12 tahun disebut anak usia sekolah dasar. Orang tua atau pendidik, menyebut masa anak akhir. Masa ini merupakan masa yang menyulitkan karena pada masa ini anak lebih dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada orang tuanya. Ketiga, pada usia 12-15 tahun merupakan masa puber. Masa puber adalah masa tumpang tindih antara masa anak akhir dengan masa remaja awal.

 

Pada masa pendidikan dasar, peserta didik lebih suka meniru dari apa yang dilihatnya. Peserta didik meniru tanpa mempertimbangkan baik buruknya. Peserta didik lebih ingin menonjolkan diri dan ingin menarik perhatian dari orang lain sehingga peserta didik berbuat sesuai dengan kehendak hatinya tanpa memikirkan akibat dari perbuatan tersebut.

 

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membentuk kepribadian peserta didik, agar memiliki kepribadian yang baik. Pembinaan yang dilakukan diharapkan mampu menjadikan peserta didik memiliki kepribadian yang normatif, sesuai dengan yang diharapkan. Pembinaan yang dilakukan hendaklah hendaklah terarah. Kalau ingin berhasil, pembinaan karakter anak hendaklah dilakukan secara terpadu. Pembinaan hendaklah melibatkan banyak pihak agar tidak celah bagi anak untuk melakukan penyimpangan perilakunya.

 

Pertama, orang tua hendaklah selalu memperlihatkan keteladanan kepada anak-anaknya. Orang tua dapat memberi contoh dan membimbing anak-anaknya di rumah. Berusahalah mendampingi anak-anaknya dalam menonton televisi sehingga anak terbimbing dengan baik.

 

Orang tua bisa memberikan arahan, mana tontonan yang baik dan mana yang tidak baik. Orang tua juga perlu mengawasi anaknya bergaul dengan orang lain. Melalu pengawasan tersebut, orang tua dapat mengarahkan anak mana yang patut ditiru dan yang tidak patut ditiru dalam pergaulan tersebut.

 

Orang tua perlu mengajarkan dan mengarahkan anak untuk menjalan perintah agama. Orang tua perlu memperhatikan apakah anak melaksanakan shalat lima  waktu atau tidak.

 

Apakah anak pandai membaca Al Quran atau tidaknya. Selain itu, orang tua perlu menanamkan aqidah yang benar kepada anak. Dengan aqidah yang benar, anak akan selalu terbimbing jiwanya ke arah kebenaran.

 

Anak juga perlu diberikan pendidikan kesopanan. Orang tua hendaklah membimbing anaknya agar selalu menjaga kesopanan dalam pergaulan. Orang tua perlu menanamkan falsafah kato nan ampek. Bagaimana seharusnya berbicara dengan orang lebih tua, sesama besar, dan kepada yang lebih kecil. Anak juga perlu memahami bagaiman berbicara dengan orang yang disegani. Dengan demikian anak akan mampu berperilku yang sopan. Anak akan memiliki kesantunan dalam berbicara.

 

Guru sebagai pendidik perlu memberikan perhatian yang lebih terhadap perkembangan perilaku peserta didik. Tugas mendidik merupakan tugas yang tidak kalah pentingnya dengan tugas mengajar. Guru berkewajiban meluruskan dan menertibkan perilaku anak yang menyimpang dari norma yang berlaku. Pemberian sanksi yang tepat dan mendidik, dapat mengubah perilaku anak ke arah yang baik. Anak-anak yang telah memperlihat perilaku yang baik perlu diberi reward sehingga anak termotivasi untuk terus mempertahankan perilakunya yang baik.

 

Pembinaan yang dilakukan guru hendaklah berlangsung terus menerus. Pembinaan jangan dilakukan secara insidental dan temporoal saja. Dengan melakukan pengawasan dan pembinaan yang terus-menerus, diharapkan perubahan perilaku akan lebih berarti. Selain itu, perilaku baik akan lebih permanen dalam diri anak.

 

Keberhasilan pembinaan kepribadian anak akan berhasil dengan baik apabila orang tua dan guru mempunyai kesepahaman yang sama. Persepsi yang sama terhadap pentingnya pembinaan keperibadian, membuat kegiatan pembinaan akan berlangsung secara terarah dan terpadu. Kerja sama guru dan orang tua menjadikan kegiatan pembinaan tidak sia-sia. Karena itu, binalah kerja sama!

Penulis: Elly Gusti, S.Pd.SD (Guru UPT SDN 04 Balimbing Rambatan, Tanah Datar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad