ANETRY.NET – Menjadi guru Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar, merupakan kesempatan yang unik selama penulis berprofesi sebagai guru. Uniknya bukan karena suatu hal yang asing bagi penulis, namun hanya persoalan kompetensi di masing-masing tingkatan kelas dalam membaca Al-Quran.
Keunikan yang penulis temukan, yaitu ada
yang sudah bisa membaca Al-Quran dan ada yang belum lancar membaca Al-Quran. Semua
itu menjadi tantangan bagi penulis sebagai guru PAI, yang harus menjadikan
anak-anak di sekolah dasar, dari yang tidak bisa membaca Al-Quran menjadi bisa
dan lancar membaca.
Tidak hanya dalam membaca Al-Quran,
penulis juga mengharapkan kesadaran siswa dapat selalu ingat mengerjakan
kewajiban shalat lima waktu sehari dan semalam. Upaya yang penulis lakukan
untuk menciptakan sekolah yang bernuansa Qurani yaitu dengan cara berikut.
Pertama, menggunakan teknik pendekatan
diri dengan siswa. Penulis melakukan dengan cara mengajak siswa selalu
bercerita tentang kegiatan sehari-hari yang dapat membuat siswa tertarik dalam
mempelajari al Quran sampai lancer. Sehingga siswa sadar akan kewajiban
melaksanakan shalat yang lima waktu.
Kedua, menggunkan teknik pembiasaan. Penulis
melakukan tekhnik pembiasaan selalu membaca al Quran setiap memulai pembelajaran
yang rutin dilakukan siswa setiap sebelum memulai kegiatan pembelajaran setiap
hari. Dan penulis melakukan kontol terhadap siswa tentang shalat dan membaca al
Quran setiap harinya.
Dengan ini penulis dapat menyimpulkan, upaya
menciptakan sekolah yang bernuansa Qurani dilakukan dengan menggunakan teknik
pendekatan diri dengan siswa dan teknik pembiasaan kepada siswa. Bagi penulis,
ini merupakan suatu kewajiaban yang di berikan oleh tuhan kepada penulis karena
pembiasaan membaca Al-Quran. (*)
Penulis: Jusnimar, S.Ag
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.