Dilema Mengajar Kelas 1 di Awal Tahun Ajaran Baru - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Rabu, 13 September 2023

Dilema Mengajar Kelas 1 di Awal Tahun Ajaran Baru


ANETRY.NET
Penuh tantangan di awal tahun ajaran baru bagi penulis mengajar dikelas 1. Karena menghadapi peserta didik yang beragam, ada peserta didik yang harus dibujuk pada hari pertama sekolah, bahkan selama kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS).

 

Ada pula peserta didik yang harus ditunggui oleh orang tuanya, peserta didik  yang memilih-milih teman, cengeng, dan rewel. Tetapi  ada juga peserta didik yang sudah mandiri. Saat anak masuk di kelas 1, tentu menjadi salah satu kebahagiaan tersendiri untuk kedua orang tua. Karena ini menjadi masa peralihan untuk si anak dari PAUD Ke SD.

 

Mengajar di kelas 1 menjalani tahun ke dua bagi penulis, sebelum ini penulis masih mengajar di kelas rendah juga yaitu di kelas III. Selama mengajar di kelas III, penulis juga  ingin rasanya mengajar di kelas lain, karena dari pertama mengajar penulis selalu mengajar di kelas tiga. Tapi Alhamdulillah, sekarang penulis sudah dapat mengajar di kelas satu. Hal ini suatu pengalaman menarik bagi penulis.

 

Karena kelas 1 itu merupakan masa peralihan, atau masa transisi dari PAUD ke SD, yang mana transisi PAUD ke SD. Ada penyesuaian diri bagi mereka, secara alami banyak anak akan mengalami ketidaknyamanan pada masa ini. Tetapi, dengan persiapan yang tepat dan dukungan yang memadai, transisi ini dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi anak.

 

Mengajar di kelas 1, tidaklah sama rasanya mengajar dengan kelas III. Walaupun sama- sama kelas rendah, di kelas tiga selama ini penulis menghadapi anak-anak yang sudah serba bisa, sudah bisa membaca, sudah bisa menulis, dan juga sudah mandiri.

 

Saat ini datanglah masanya bagi penulis menghadapi siswa kelas 1 yang karakternya sangat beragam. Namun hal ini merupakan suatu pengalaman baru, karena bagaimana caranya menghadapi  peserta didik  yang butuh perhatian, peserta didik yang selalu ditunguin di sekolah oleh orang tuanya, dan peserta didik yang suka menjahili teman.

 

Menghadapi hal tersebut merupakan suatu hal yang wajar, karena peserta didik kelas 1 merupakan peserta didik dalam masa peralihan atau pada masa transisi dari PAUD. Pertama penulis berkomunikasi langsung dengan orang tua siswa untuk bisa membujuk anaknya, agar tidak ditungui lagi di sekolah, secara berangsur-angsur.

 

Mengajarkan peserta didik untuk mandiri, cara ini penulis lakukan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi kemampuan mereka dengan menyalurkan bakatnya. Misalnya bernyanyi, bercerita dan mau tampil ke depan kelas. Kemudian membiarkan juga peserta didik melakukan kreativitas dan kemampuannya sendiri, tidak ada yang salah atau benar. Dengan demikian, dapat meningkatkan keinginan peserta didik untuk mencoba, mau tampil dan mengeksplorasi kemampuannya.  

 

Memperhatikan kondisi siswa, dengan memperhatikan kondisi peserta didik mereka tidak akan mudah bergantung kepada orang lain dan bisa melakukan banyak hal sendiri. Hal ini bukan berarti peserta didik diberikan tanggung jawab tanpa memperhatikan keadaan mereka.

 

Saat melakukan sesuatu peserta didik tidak nyaman, peserta didik bisa langsung mengatakan pada penulis. Tidak selalu membantu peserta didik, penulis memberikan petunjuk sebelum membantu peserta didik supaya dia juga berpikir lagi, bukannya langsung mendapatkan jawaban dari penulis.

 

Berikan waktu, peserta didik tidak akan menjadi mandiri dalam satu hari. Karena perlu waktu untuk beradaptasi dan belajar untuk menjadi mandiri, diperlukan waktu untuk memahami sendiri dan menjadi tambah mandiri.

 

Tidak mengharapkan kesempurnaan, Peserta didik punya latar belakang, kebiasaan, dan karakternya sendiri yang berbeda dari peserta didik lainnya. Tingkat mereka mencapai kemandirian dan seberapa mereka bisa menjadi pribadi yang mandiri pastinya akan berbeda dengan teman- temannya.

 

Jika ada peserta didik melakukan kesalahan, ajarkan dan beritahu cara yang harus dilakukan supaya tidak mengulangi kesalahannya lagi, dan tidak memarahi mereka. Saat peserta didik melakukan hal yang baik, berikan pujian dan apresiasi. Hal ini dilakukan supaya peserta didik merasa diapresiasikan dan semangat dalam belajar.

 

Meelakukan stimulus secara bertahap, dimulai dengan cara membujuk, mengadakan permainan yang bervariasi, memberikan rewards atau hadiah sehingga  peserta didik merasa senang dan betah di sekolah.

 

Peserta didik yang ditunggui orang tua beberapa hari berikutnya tidak ditunggui lagi dan sudah bisa mandiri, ceria disekolah bersama teman. Yang menjahili teman sekang tidak lagi, mereka sudah main bersama. Dan yang rewel, butuh perhatian sekarang tidak lagi, karena merasa sudah besar bukan anak TK lagi. Bahkan sekarang peserta didik yang dituggui oleh orang tuanya yang merasa malu, karena dianggap masih kecil. (*)

Penulis: Deni Elvia, S.Pd (Guru SDN 04 Balimbing)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad