ANETRY.NET – Penuh tantangan di awal tahun ajaran baru bagi penulis mengajar dikelas 1. Karena menghadapi peserta didik yang beragam, ada peserta didik yang harus dibujuk pada hari pertama sekolah, bahkan selama kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS).
Ada pula peserta didik yang harus ditunggui
oleh orang tuanya, peserta didik yang
memilih-milih teman, cengeng, dan rewel. Tetapi ada juga peserta didik yang sudah mandiri. Saat
anak masuk di kelas 1, tentu menjadi salah satu kebahagiaan tersendiri untuk
kedua orang tua. Karena ini menjadi masa peralihan untuk si anak dari PAUD Ke
SD.
Mengajar di kelas 1 menjalani tahun ke
dua bagi penulis, sebelum ini penulis masih mengajar di kelas rendah juga yaitu
di kelas III. Selama mengajar di kelas III, penulis juga ingin rasanya mengajar di kelas lain, karena
dari pertama mengajar penulis selalu mengajar di kelas tiga. Tapi Alhamdulillah,
sekarang penulis sudah dapat mengajar di kelas satu. Hal ini suatu pengalaman
menarik bagi penulis.
Karena kelas 1 itu merupakan masa
peralihan, atau masa transisi dari PAUD ke SD, yang mana transisi PAUD ke SD. Ada
penyesuaian diri bagi mereka, secara alami banyak anak akan mengalami ketidaknyamanan
pada masa ini. Tetapi, dengan persiapan yang tepat dan dukungan yang memadai,
transisi ini dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi anak.
Mengajar di kelas 1, tidaklah sama rasanya mengajar dengan kelas III. Walaupun sama- sama
kelas rendah, di kelas tiga selama ini penulis menghadapi anak-anak yang sudah serba
bisa, sudah bisa membaca, sudah bisa menulis, dan juga sudah mandiri.
Saat ini datanglah masanya bagi penulis
menghadapi siswa kelas 1 yang karakternya sangat beragam. Namun hal ini merupakan
suatu pengalaman baru, karena bagaimana caranya menghadapi peserta didik yang butuh
perhatian, peserta didik yang selalu ditunguin di sekolah oleh orang tuanya,
dan peserta
didik yang suka menjahili teman.
Menghadapi hal tersebut merupakan suatu
hal yang wajar, karena peserta didik kelas 1 merupakan peserta didik dalam masa peralihan atau
pada masa transisi dari PAUD. Pertama penulis berkomunikasi langsung dengan orang tua siswa untuk bisa membujuk
anaknya, agar
tidak ditungui lagi di sekolah, secara berangsur-angsur.
Mengajarkan peserta didik untuk mandiri,
cara ini penulis lakukan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengeksplorasi kemampuan mereka dengan menyalurkan bakatnya. Misalnya bernyanyi,
bercerita dan mau tampil ke depan kelas. Kemudian membiarkan juga peserta didik melakukan kreativitas dan
kemampuannya sendiri, tidak ada yang salah atau benar. Dengan demikian, dapat meningkatkan keinginan peserta didik untuk mencoba, mau
tampil dan mengeksplorasi kemampuannya.
Memperhatikan kondisi siswa, dengan
memperhatikan kondisi peserta didik mereka tidak akan mudah bergantung kepada
orang lain dan bisa melakukan banyak hal sendiri. Hal ini bukan berarti peserta
didik diberikan tanggung jawab tanpa memperhatikan keadaan mereka.
Saat melakukan sesuatu peserta didik
tidak nyaman,
peserta didik bisa langsung mengatakan pada penulis. Tidak selalu membantu peserta
didik, penulis memberikan petunjuk sebelum membantu peserta didik supaya dia
juga berpikir lagi, bukannya langsung mendapatkan jawaban dari penulis.
Berikan waktu, peserta didik tidak akan
menjadi mandiri dalam satu hari. Karena perlu waktu untuk beradaptasi dan
belajar untuk menjadi mandiri, diperlukan waktu untuk memahami sendiri dan menjadi
tambah mandiri.
Tidak mengharapkan kesempurnaan, Peserta
didik punya latar belakang, kebiasaan, dan karakternya sendiri yang berbeda
dari peserta didik lainnya. Tingkat mereka mencapai kemandirian dan seberapa
mereka bisa menjadi pribadi yang mandiri pastinya akan berbeda dengan teman-
temannya.
Jika ada peserta didik melakukan
kesalahan, ajarkan dan beritahu cara yang harus dilakukan supaya tidak
mengulangi kesalahannya lagi, dan tidak memarahi mereka. Saat peserta didik
melakukan hal yang baik, berikan pujian dan apresiasi. Hal ini dilakukan supaya
peserta didik merasa diapresiasikan dan semangat dalam belajar.
Meelakukan stimulus secara bertahap, dimulai dengan cara membujuk, mengadakan
permainan yang bervariasi, memberikan rewards atau hadiah sehingga peserta didik merasa senang dan betah di sekolah.
Peserta didik yang ditunggui orang tua
beberapa hari berikutnya tidak ditunggui lagi dan sudah bisa mandiri, ceria
disekolah bersama teman. Yang menjahili teman sekang tidak lagi, mereka sudah
main bersama. Dan yang rewel, butuh perhatian sekarang tidak lagi, karena merasa
sudah besar bukan anak TK lagi. Bahkan sekarang peserta didik yang dituggui
oleh orang tuanya yang merasa malu, karena dianggap masih kecil. (*)
Penulis: Deni Elvia, S.Pd (Guru SDN 04 Balimbing)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.