Diksi Anjir, Antara Gaul dan Umpatan - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Sabtu, 16 September 2023

Diksi Anjir, Antara Gaul dan Umpatan


ANETRY.NET
– “Gua dapat seratus lo, Anjir. Gokil lu, gua cuma pas tuntas, tujuh lima, Anjir.”

 

Itulah kata pertama yang didengar guru ketika membagikan hasil ujian. Guru melongo mendengar komentar dari kedua siswa tersebut. Merasa tidak nyaman dengan kalimat tersebut, guru bertanya dari mana siswa tersebut dapat kata itu dan apa artinya. Kedua siswa itu hanya terdiam. Entah karena malu, entah karena tidak mengetahui makna dari kata yang diucapkannya.

 

Pada dasarnya, ucapan yang selayaknya keluar dari mulut siswa saat mendapat nilai sempurna adalah kalimat positif, seperti Alhamdulillah, syukurlah, terima kasih, senang sekali, dan sebagainya. Begitu juga sebaliknya, seharusnya saat mendapatkan nilai yang kurang memuaskan, yang keluar dari mulut adalah kalimat yang instropeksi diri, seperti astaghfirullah, ya ampun, oh my God, dan lain-lain. Kalimat tersebut yang biasa diajarkan guru di sekolah.

 

Namun kalimat yang keluar malahan kata-kata yang tidak pernah diduga. Kata-kata seperti ini tidak asing lagi terdengar bagi kita. Anjir, gokil, code, rasain elu, mati lu dan sebagainya, Dalam percakapan siswa sehari-hari saat, baik di lingkungan masyarakat maupun sekolah menjadi hal biasa. Bahkan mereka mengatakan, itu merupakan salah satu kata gaul dalam pergaulannya.

 

Padahal kata-kata tersebut cenderung berkonotasi negatif, yang menggambarkan pada bobroknya perkataan dan karakter orang yang mengucapkannya. Entah siapa yang memulai kata tersebut, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Pengaruh media sosial yang erat mempengaruhi prilaku netizen saat ini. Baik dari segi kata-kata maupun perbuatanyang berkonotasi negatif seperti anjir, cenderung cepat diadaptasi masyarakat.

 

Dipandang dari sudut bahasa, ada 3 arti berbeda dari kata Anjir yang tertuang di dalam Kamus besar Bahasa Indonesia. Untuk arti kata anjir yang pertama yakni terusan, saluran (air) atau kanal, yang dibangun, tidak dapat digunakan untuk lalu lintas kendaraan air yang besar.

 

Sementara untuk arti kedua, anjir bermakna pohon. Arti kedua ini merupakan serapan dari Parsi India. Sedangkan arti anjir yang ketiga adalah penanda letak jebakan rajungan, biasanya berupa sebatang kayu atau balok yang diberi warna mencolok. Kata Anjir yang ketiga ini adalah serapan dari Bahasa Jawa. Ketiga arti kata anjir di KBBI jauh dari arti umpatan atau ungkapan kasar.

 

Namun menurut pendapat Dosen Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), kata Anjir yang kerap diucapkan oleh masyarakat di muka umum lebih mengacu kepada sebuah umpatan.

 

Umpatan tersebut dihaluskan dari kata Anjing menjadi Anjir. Menurut Dheka, kaya Anjir yang kerap kali di lontarkan oleh khalayak umum, sama sekali tidak mengacu kepada pengertian sebagai mana yang ada di dalam KBBI. Kata anjir yang dipakai oleh banyak orang itu artinya bukan mengacu pada kamus, melainkan umpatan yang merupakan varian lainnya dari kata anjing (Dheka Dwi Agustiningsih, Dosen Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)).

 

Dalam dunia pendidikan, salah satu adab seorang siswa terhadap guru adalah tidak mengucapkan kata-kata kasar. Selain itu didalam kelas hendaknya tidak mengobrol, tertawa terbahak-bahak, apalagi mengucapkan kata-kata kasar yang bisa menyinggung orang lain.

 

Sebagaimana diungkapkan oleh Imam An Nawawi, salah satu adab siswa terhadap gurunya yaitu tidak mengobrol, bergunjing, dan berkata-kata kotor saat guru menjelaskan pelajaran. Begitu juga jika dikelas, adab seorang siswa, yaitu tidak boleh mengeraskan suara tanpa kebutuhan, menghindari tertawa dan jangan banyak bicara. Untuk mengeraskan suara saja kita harus menghindarkannya, apalagi mengeluarkan kata-kata yang berkonotasi negatif, yang bisa merusak martabat sendiri bahkan bisa menyinggung orang lain.

 

Kejadian miris ini seharusnya menjadi perhatian bagi semua pihak yang berkaitan dengan siswa, baik itu keluarga, sekolah, maupun masyarakat, peran keluarga, terutama orang tua. Orang tua sangat berperan dalam proses pembentukan karakter anak,terutama tutur kata anak. 

 

Proses pembentukan yang dilakukan oleh orang tua adalah, seharusnya melihat bagaimana kondisi anak dan memahami sifat mereka kemudian orang tua hadir untuk menjalankan perannya memberikan ketauladanan untuk anak-anak dan menjadi contoh yang baik. Hal ini harus didukung sarana dan prasarana yang memadai, lingkungan yang baik, dan dukungan dari keluarga. Karena kebanyakan faktor penghambat dalam pembentukan karakter anak adalah siaran televisi dan penggunaan handphone secara berlebihan, senangnya anak bermain, kesibukan orang tua, dan lingkungan pertemanan.

 

Begitu juga peran sekolah, sebagai rumah kedua  bagi siswa. Semua tindak tanduk guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan menjadi totok ukur dan contoh bagi siswa. Jika semua pihak sekolah memberikan contoh prilaku yang baik, maka akan diadaptasi menjadi perilaku yang baik oleh siswa, begitu juga sebaliknya. Selain itu guru juga menjadi pendamping, pembimbing, dan pengingat bagi siswa dalam karakter kehidupannya sehari-hari dilingkungan sekolah.

 

Terakhir, peran masyarakat tidak terlepas dalam pembentukan karakter siswa, terutama karakter berbicara. Dalam hal ini yang dimaksud dengan masyarakat disini adalah orang yang lebih tua yang “ tidak dekat “, “ tidak dikenal “ “ tidak memiliki ikatan famili “ dengan anak tetapi saat itu ada di lingkungan sang anak atau melihat tingkah laku si anak. Orang-orang inilah yang dapat memberikan contoh bagaimana bertutur kata yang baik dan santun.

 

Jadi, menjadi tanggung jawab kita bersama dalam menciptakan dan menjaga generasi penerus bangsa kita yang berkarakter baik, berbudi pekerti luhur, dan berakhlak al karimah. Kita usahakan jangan sampai terdengar lagi kata-kata umpatan yang keluar dari siswa dan anak kita yang menjatuhkan derajat dan harga dirinya sendiri. (*)

Referensi:

1. https://www.sonora.id/read/423859434/apakah-arti-kata-anjir-yang-sebenarnya-dalam-kamus-bahasa-gaul

2. Sutri Cahyo Kusumo dan Salis Irvan Fuadi, Adab Guru Dan Murid Menurut Imam Nawawi ad-dimsyaqi, Jurnal Al Qalam, Volume 20, Nomor 1, Juni 2019. Link: https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/al-qalam/article/download/1066/559/

3. Asma Nur, Rusli Malli, Peran Orang Tua dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini Di Desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, Universitas Muhammadiyah Makassar, Indonesia. Link: https://journal.unismuh.ac.id/index.php/ijpai/article/download/8551/4999

4. Karkono, Peran Sekolah dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik. Link: http://fkip.univetbantara.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/materi-karkono.pdf

5. Jito Subianto,  PERAN KELUARGA, SEKOLAH, DAN MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BERKUALITAS , LPPG (Lembaga Peningkatan Profesi Guru), Jawa Tengah, Indonesia. https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Edukasia/article/download/757/726

Penulis: Zulfawan Syafri, S.Pd.I (UPT SDN 09 Simawang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad