Delapan Strategi Mengatasi Siswa Malas Belajar - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Sabtu, 02 September 2023

Delapan Strategi Mengatasi Siswa Malas Belajar


ANETRY.NET
– Berbagai pengalaman sejak mengabdi sebagai honorer, telah penulis jalani. Bukan saja persoalan membimbing siswa berkebutuhan khusus, juga memiliki keterampilan lain dalam menghadapi karakter siswa.

 

Namun, masalah siswa malas belajar adalah persoalan yang rumit bagi penulis. Sebab biasanya siswa kelas VI, tidak mengenal kata malas dalam mengikuti pelajaran. Hal itu karena mereka sudah tahu pembelajaran di kelas akhir itu harus kejar target, karena mereka akan mengikuti banyak macam ujian sampai tamat.

 

Pada saat yang di harapkan, penulis ingin melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif pada siswa yang malas belajar, dengan beberapa cara, yaitu, 1) Observasi. Cara ini terbagi dalam 2 bagian yakni langsung dan tidak langsung. Perbedaannya terletak pada alat yang digunakan, secara langsung tidak menggunakan alat, sedangkan secara tidak langsung menggunakan alat khusus yang sengaja dibuat.

 

Selanjutnya, 2) Interview atau wawancara. Untuk cara ini, penulis akan terlebih dahulu menyiapkan pertanyaan, wawancara tidak hanya akan dilakukan pada sang anak, tapi juga pada teman dekatnya dan orang tua nya. Seterusnya, 3) Dokumentasi. Penulis akan mengumpulkan bukti-bukti tertulis pada tahap ini untuk membuat kesimpulan dari penelitian.

 

Setelah mendapat kesimpulan dari penelitian yang penulis lakukan, penulis telah memiliki strategi dalam menghadapi peserta didik yang malas belajar. Berikut ini adalah strateginya, pertama, menciptakan kesiapan belajar. Kesiapan belajar ini sangat penting, baik peralatan yang akan digunakan, sarana dan prasarana, fisik serta mental siswa dan guru akan sangat mempengaruhi proses balajar mengajar.

 

Kedua, memberikan motivasi. Strategi ini akan sangat berdampak baik pada kondisi kejiwaan peserta didik juga akan meningkatkan keharmonisan antara guru dan siswa. Memberikan motivasi pada waktu-waktu tertentu terutama saat jam-jam terakhir saat para siswa mulai lelah akan menambah semangat para peserta didik.

 

Ketiga, mengurangi marah yang berlebihan. Terkadang sebagai seorang pengajar, penulis berhadapan dengan kondisi yang tidak menyenangkan yang dilakukan siswa, seperti mereka lebih memilih bermain-main daripada mengerjakan tugas yang diberikan.

 

Kondisi seperti itu terkadang membuat penulis merasa kesal bahkan marah, namun memarahi mereka akan membuat mereka semakin malas, tidak nyaman. Bahkan terkadang membuat penulis ditemui oleh orang tua mereka, yang akan membuat suasana antara guru dan orang tua kurang baik.

 

Keempat, menciptakan keharmonisan. Mengurangi marah akan menciptakan keharmonisan antara pengajar dan peserta didik serta orang tua mereka. Suasana yang harmonis tentu akan menghasilkan suasana belajar yang aman, nyaman, damai, dan tentram.

 

Kelima, memberikan bimbingan seperlunya. Guru adalah pembimbing, pembimbing dalam ilmu, pembimbing dalam akhlak dan pembimbing dalam psikomotrik. Namun, guru hanya bisa membimbing di sekolah, jadi waktu singkat di sekolah harus digunakan sebaik mungkin agar hasilnya maksimal.

 

Dalam hal ini juga, penulis akan banyak berkomunikasi dengan orang tua agar ikut membimbing anaknya dirumah, sehingga akan menghasilkan peserta didik yang menguasai ilmu pengetahuan, berakhlak yang baik dan memilki keterampilan yang handal.

 

Keenam, menyelipkan jenaka sebagai transisi pembelajaran. Belajar dalam waktu yang cukup lama akan membuat siswa bosan, sehingga dalam prosesnya diperlukan hiburan agar proses belajar menjadi menyenangkan. Tidak perlu hiburan yang luar biasa, jenaka-jenaka kecil dalam penyampaian materi yang membuat siswa tertawa sudah cukup untuk sekedar merilekskan pikiran dan suasana belajar.

 

Ketujuh, membangkitkan efek rasa malu. Efek ini hanya kan digunakan pada hal-hal yang edukatif, seperti menyebutkan siswa yang belum mengumpulkan tugas. Efek ini akan cukup efektif untuk menambah motivasi belajar siswa jika dilakukan secara rutin.

 

Kedelapan, memberikan hadiah. Strategi ini sangat efektif pada banyak kasus, karena jiwa kompetitif siswa akan terpacu oleh hadiah, melihat temannya mendapat hadiah saat berhasil menjawab dengan benar akan membuat dia juga ingin menjawab dengan benar.

 

Inilah penelitian dengan pendekatan kualitatif yang penulis lakukan pada kasus peserta didik yang malas belajar. Selain itu juga terkait strategi-strategi yang penulis terapkan untuk meningkatkan motivasi siswa agar tidak lagi malas belajar.

 

Setelah melakukan strategi-strategi ini selama beberapa minggu, hasilnya adalah para peserta didik yang malas belajar sudah termotivasi untuk meningkatkan semangat belajarnya. Diharapkan akan terus semangat mengikuti pembelajaran hingga mereka lulus nanti. (*)

Penulis: Masna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad