ANETRY.NET – Berbagai pengalaman sejak mengabdi sebagai honorer, telah penulis jalani. Bukan saja persoalan membimbing siswa berkebutuhan khusus, juga memiliki keterampilan lain dalam menghadapi karakter siswa.
Namun, masalah siswa malas belajar
adalah persoalan yang rumit bagi penulis. Sebab biasanya siswa kelas VI, tidak
mengenal kata malas dalam mengikuti pelajaran. Hal itu karena mereka sudah tahu
pembelajaran di kelas akhir itu harus kejar target, karena mereka akan
mengikuti banyak macam ujian sampai tamat.
Pada saat yang di harapkan, penulis
ingin melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif pada siswa yang malas
belajar, dengan beberapa cara, yaitu,
1) Observasi.
Cara ini terbagi dalam 2 bagian yakni langsung dan tidak
langsung. Perbedaannya
terletak pada
alat yang digunakan, secara langsung tidak menggunakan alat, sedangkan secara tidak
langsung menggunakan alat khusus yang sengaja dibuat.
Selanjutnya, 2) Interview atau wawancara. Untuk cara ini, penulis
akan terlebih dahulu menyiapkan pertanyaan, wawancara tidak hanya akan
dilakukan pada sang anak, tapi juga pada teman dekatnya dan orang tua nya. Seterusnya, 3) Dokumentasi. Penulis akan
mengumpulkan bukti-bukti tertulis pada tahap ini untuk membuat kesimpulan dari
penelitian.
Setelah mendapat kesimpulan dari
penelitian yang penulis lakukan, penulis telah memiliki strategi dalam
menghadapi peserta didik yang malas belajar. Berikut ini adalah strateginya, pertama, menciptakan
kesiapan belajar. Kesiapan belajar ini sangat penting, baik peralatan yang akan
digunakan, sarana dan prasarana, fisik serta mental siswa dan guru akan sangat
mempengaruhi proses balajar mengajar.
Kedua, memberikan motivasi. Strategi ini akan sangat berdampak baik pada
kondisi kejiwaan peserta didik juga akan meningkatkan keharmonisan antara guru
dan siswa. Memberikan motivasi pada waktu-waktu tertentu terutama saat jam-jam
terakhir saat para siswa mulai lelah akan menambah semangat para peserta didik.
Ketiga, mengurangi marah yang berlebihan. Terkadang sebagai
seorang pengajar, penulis berhadapan dengan kondisi yang tidak menyenangkan
yang dilakukan siswa, seperti mereka lebih memilih bermain-main daripada
mengerjakan tugas yang diberikan.
Kondisi seperti itu terkadang membuat
penulis merasa kesal bahkan marah, namun memarahi mereka akan membuat mereka
semakin malas, tidak nyaman. Bahkan terkadang membuat penulis ditemui oleh orang tua mereka, yang akan membuat
suasana antara guru dan orang tua kurang baik.
Keempat, menciptakan keharmonisan. Mengurangi marah akan
menciptakan keharmonisan antara pengajar dan peserta didik serta orang tua
mereka. Suasana yang harmonis tentu akan menghasilkan suasana belajar yang
aman, nyaman, damai, dan tentram.
Kelima, memberikan bimbingan seperlunya. Guru adalah pembimbing,
pembimbing dalam ilmu, pembimbing dalam akhlak dan pembimbing dalam
psikomotrik. Namun, guru hanya bisa membimbing di sekolah, jadi waktu singkat
di sekolah harus digunakan sebaik mungkin agar hasilnya maksimal.
Dalam hal ini juga, penulis akan banyak
berkomunikasi dengan orang tua agar ikut membimbing anaknya dirumah, sehingga
akan menghasilkan peserta didik yang menguasai ilmu pengetahuan, berakhlak yang
baik dan memilki keterampilan yang handal.
Keenam, menyelipkan jenaka sebagai transisi pembelajaran. Belajar dalam waktu yang
cukup lama akan membuat siswa bosan, sehingga dalam prosesnya diperlukan
hiburan agar proses belajar menjadi menyenangkan. Tidak perlu hiburan yang luar
biasa, jenaka-jenaka kecil dalam penyampaian materi yang membuat siswa tertawa
sudah cukup untuk sekedar merilekskan pikiran dan suasana belajar.
Ketujuh, membangkitkan efek rasa malu. Efek ini hanya kan
digunakan pada hal-hal yang edukatif, seperti menyebutkan siswa yang belum
mengumpulkan tugas. Efek ini akan cukup efektif untuk menambah motivasi belajar
siswa jika dilakukan secara rutin.
Kedelapan, memberikan hadiah. Strategi ini sangat efektif pada banyak kasus,
karena jiwa kompetitif siswa akan terpacu oleh hadiah, melihat temannya
mendapat hadiah saat berhasil menjawab dengan benar akan membuat dia juga ingin
menjawab dengan benar.
Inilah penelitian dengan pendekatan
kualitatif yang penulis lakukan pada kasus peserta didik yang malas belajar. Selain itu juga terkait
strategi-strategi yang penulis terapkan untuk meningkatkan motivasi siswa agar
tidak lagi malas belajar.
Setelah melakukan strategi-strategi ini
selama beberapa minggu, hasilnya adalah para peserta didik yang malas belajar
sudah termotivasi untuk meningkatkan semangat belajarnya. Diharapkan akan terus
semangat mengikuti pembelajaran hingga mereka lulus nanti. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.