Daya Serap Anak Rendah, Ini yang Harus Diperhatikan Guru - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Sabtu, 16 September 2023

Daya Serap Anak Rendah, Ini yang Harus Diperhatikan Guru


ANETRY.NET
– Setiap anak memiliki karakteristik berbeda-beda dalam proses belajarnya, Salah satunya adalah kemampuan daya tangkap.

 

Tak semua anak mudah mencerna materi pelajaran yang disampaikan secara klasikal (pola pembelajaran di mana dalam waktu yang sama, kegiatan dilakukan oleh seluruh anak sama dalam satu kelas). Perbedaan kemampuan daya tangkap anak, membuat anak-anak tertentu dilabeli “bodoh” dan “pintar”.

 

Padahal, setiap anak dianugerahi potensinya masing-masing. Namun tak semua anak mampu mencerna materi dengan pola belajar klasikal. Menghadapi perbedaan daya tangkap ini membuat sebagian guru merasa gagal dalam mengajar.

 

Anak yang memiliki daya tangkap lemah, belum tentu bisa anak tersebut dikatakan bodoh hanya karena kurang memahami suatu masalah dalam mata pelajaran tertentu. Penulis percaya, anak tersebut pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Jangan mudah mencap anak, dan bilang pada anak, kamu bodoh. Hal ini akan mempengaruhi pemikiran dan mental anak tersebut.

 

Pertama, lihat dulu cara belajar anak tersebut dan dukungan orang tuanya. Kadang anak tersebut mudah memahami suatu pelajaran mungkin dengan cara bermain sambil belajar. Kadang ada anak mudah memahami suatu pelajaran hanya dengan mendengar, dan kadang juga ada anak melihat saja serta ada pula dengan mendengar, menyimak dan melihat.

 

Guru perlu melihat dalam faktor keluarga. Terkadang dalam keluarga anak tersebut sudah semaksimal mungkin orang tuanya berusaha untuk memberikan yang terbaik. Dalam hal ini makanya terjadilah semacam bully yang didapatkan anak tersebut dalam suatu sekolah, yang mana anak yang mempunyai daya tangkap yang cepat, langsung bilang pada temannya yang daya tangkapnya kurang. Ada yang mengatakan anak tersebut bodoh. Ini akan membuat mental si anak lemah dan tidak mau bangkit.

 

Dalam permasalahan ini, guru harus melihat juga dahulu faktor yang menyebabkan anak tersebut lambat dalam memahami pelajaran. Pertama, lihat dari segi perhatian anak tersebut, karena perhatian manusia itu ada batasnya. Jika seseorang tidak memberikan perhatian yang cukup, maka akan menjadi sebuah kesulitan memahami. Adapun kesulitan lainnya adalah memberikan perhatian, tetapi terbagi perhatiannya dengan hal lain di saat bersamaan.

 

Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah masalah faktor kesehatan anak tersebut. Baik karena kelemahan tubuhnya, maupun perhatian teralihkan ke bagian tubuhnya yang sedang sakit. Dalam hal ini kadang seorang guru merasa gagal dalam mendidik dan mengajar. Untuk itu, sebagai guru harus mengerti setiap kondisi anak didik yang notabene yang mempunyai latar belakang yang berbeda pada.

 

Untuk itu, sebagai seorang guru, harus bisa dan mengetahui dan juga memahami cara dan strategi menghadapi karakter anak yang latar belakangnya berbeda. Guru perlu tips dan strategi yang bisa membawa kepada kepercayaan diri pada anak tersebut.

 

Strategi dan tips yang pertama yang penulis lakukan adalah, memahami karakteristik belajar anak karena anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Di sini, sebagai seorang guru harus mengenali satu per satu siswanya terlebih dahulu untuk melihat gaya belajar apa yang cocok untuk anak tersebut.

 

Ada gaya belajar visual, auditory dan kinestetik, dengan mengetahui kitu, guru bisa memilih cara menyampaikan materi yang disesuaikan. Tetapi apakah bisa mengajar siswa satu per satu? Tentu tidak, pembelajaran masih berbasis klasikal secara umum, namun bisa menggunakan variasi pembelajaran atau bisa mengkombinasikan visual, auditory dan kinestetik.

 

Strategi yang kedua adalah tugas yang diberikan lebih bervariatif. Biasanya, pemberian tugas untuk siswa lebih banyak dengan latihan soal atau jenis-jenis tugas dengan output menulis. Di era teknologi sekarang, anak-anak lebih tertarik dengan hal yang berkaitan dengan perkembangan teknologi, minimal mereka bermain media sosial, atau sekedar menonton video melalui platform Youtube.

 

Pemberian tugas bisa disesuiakan dengan teknologi yang ada. Jika siswa diberikan tugas latihan soal matematika, alangkah lebih variatif jika siswa diberikan soal matematika yang lebih sedikit jumlahnya, tetapi diharuskan membuat video menjelaskan penyelesaian soal-soal tersebut. Anak akan mengusahakan jawaban soalnya. Selain meningkatkan kreativitas, tugas semacam ini juga mengembangkan rasa percaya diri dan keberanian untuk tampil pada diri anak tersebut.

 

Strategi yang ketiga adalah komunikasi dengan orang tua. Orang tua adalah orang terdekat bagi anak. Mereka mengetahui lebih banyak tentang anaknya. Dengan demikian, guru bisa mengomunikasikan tentang lambatnya anak dalam mencerna materi pelajaran.

 

Selain itu, guru bisa menanyakan perilaku anak di rumah. seperti apa cara orang tua memperlakukan anak dan bagaimana pendampingan belajarnya di rumah. Dengan mengetahui hal tersebut, guru bisa memberikan arahan kepada orang tua. Memberikan arahan pada orang tua bukan hal yang mudah jika anak tersebut berada di keluarga yang kurang harmonis, atau dengan pola asuh permisif (anak dibiarkan semaunya). Tetapi cara ini cukup membantu, orang tua akan lebih memperhatikan perkembangan anaknya.

 

Strategi yang selanjutnya adalah berhenti melabeli anak. Guru pasti bangga memiliki siswa yang pintar, tanggap, cerdas, kreatif dan percaya diri. Tetapi guru juga pasti selalu ingat dengan siswa yang dianggap nakal, nilai akademis rendah dan pemalu.

 

Tidak salah mengingat mereka dengan kelebihan dan kekurangannya, yang menjadi masalah ialah ketika guru melabeli siswanya di mata umum. Biasanya hal ini terjadi ketika guru memberikan peringatan yang menurunkan harga diri anak. Peringatan dan ujaran kekesalan dibalut menjadi satu. (*)

Penulis:                Halfitri Yanti (SDN 09 Simawang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad