ANETRY.NET – Membaca, merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang disajikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia selain keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis.
Kegiatan membaca,
tidak hanya memerlukan adanya pengamatan dan ingatan yang baik untuk memusatkan
perhatian terhadap tulisan yang ada di dalam bacaan tetapi kegiatan membaca
juga membutuhkan indera mata dengan suara agar informasi yang diperoleh dapat
diterima dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Muhyidin (2018:31).
Kemampuan membaca dan
memahami teks pada peserta didik tingkat sekolah dasar, merupakan hal yang
pokok dan sangat mendasar. Khususnya dalam perkembangan di masa mendatang agar
informasi yang ada dapat ditangkap dan diserap. Sehingga, ketika peserta didik
mencapai pendidikan yang lebih tinggi dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Membaca, perlu
ditekankan di kelas rendah terutama kelas 1. Dengan kemampuan membaca permulaan
yang merupakan modal utama untuk keberhasilan pendidikan berikutnya. Membaca
permulaan umumnya dimulai sejak peserta didik mulai masuk kelas 1 sekolah
dasar. Menurut Abdurrahman (2012:201), tahap membaca permulaan umumnya dimulai
sejak peserta didik masuk kelas 1 sekolah dasar yaitu pada saat usia sekitar 6
tahun.
Peserta didik pada
saat mulai memasuki kelas awal sekolah dasar, diharapkan mampu mengenal huruf
terlebih dahulu. Membaca permulaan merupakan keterampilan peserta didik dalam
membaca berbagai rangkaian huruf vokal, konsonan, gabungan konsonan dalam suatu
kata, dan kalimat dengan penggunaan lafal dan intonasi yang tepat secara lancar
dan jelas.
Membaca permulaan bagi
peserta didik di kelas renda, bermanfaat untuk memiliki kemampuan memahami dan
menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar sebagai dasar untuk dapat
membaca lanjut. Tujuan pembelajaran membaca permulaan, pada dasarnya memberi
bekal pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik untuk mengenal tentang
teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik.
Nurani dkk,
(2021:1463) menyebutkan, proses membaca permulaan dimulai dengan pengenalan
huruf vocal dan huruf konsonan. Setelah peserta didik mengenal huruf vocal dan
huruf konsonan peserta didik dikenalkan untuk merangkai huruf-huruf tersebut
menjadi sebuah suku kata. Selanjutnya suku kata yang telah dikenalkan kemudian
dirangkai menjadi sebuah kata dan kalimat sederhana.
Pada saat sekarang ini,
banyak terliht dari peserta didik yang kemampuan membaca permulaannya masih
kurang terlihat dalam proses pembelajaran karena masih ada peserta didik yang
perhatiannnya tidak terarah dalam pembelajaran. Hal itu membuktikan bahwa masih
terlihat peserta didik yang kurang dalam membaca permulaan.
Kemampuan membaca
permulaan merupakan kemampuan membaca pada tahap awal yang mencakup beberapa
kegiatan seperti mengenali huruf, kata-kata, dan menjadi sebuah kalimat.
Bercerita dengan media buku bergambar menjadi stimulasi atau pendorong yang
efektif bagi peserta didik kelas 1 SDN 08 Balimbing, karena pada waktu itulah
minat baca pada peserta didik mulai tumbuh. Minat tersebut yang harus diberi
lahan yang tepat antara lain melalui kegiatan bercerita.
Dalam proses
pembelajaran membaca pada peserta didik akan berhasil jika di dalamnya
mengunakan media yang menarik perhatian peserta didik. Media yang digunakan
adalah media yang menyenangkan bagi peserta didik dengan cara bermain sambil
belajar.
Bagi peserta didik
kelas 1, dunia bermain sambil belajar merupakan hal yang sangat digemarinya.
Untuk itu dapat mengembangkan membaca pada peserta didik merupakan metode yang
tepat, salah satunya ialah metode bercerita. Metode bercerita dalam
pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar dimana cerita yang dibawakan
harus menarik dan mengundang perhatian peserta didik. Untuk mendukung media
yang tepat dalam membaca permulaan yang digunakan adalah buku cerita bergambar.
Buku cerita bergambar
dalam pembelajaran membaca permulaan terbukti sangat efektif karena dengan hal
tersebut peserta didik termotivasi belajar dengan gembira, bebas, aktif, dan produktif.
Terlihat ketika peserta didik melaksanakan membaca yang semula mula malu dan
takut untuk membaca menjadi lebih bergairah, gembira, dan semangat.
Anak dalam membaca
permulaan, dari yang kurang mampu membaca huruf, suku kata, kata atau kalimat
menjadi tertarik membaca sampai bisa mengevaluasi kalimat sederhana dengan
baik. Karena adanya cerita bergambar tersebut. (*)
Penulis: Effi
Maslinda, S.Pd (Guru Kelas I Upt Sdn 08 Balimbing)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.