Bagaimana Mendengarkan dengan Mata dan Hati dalam Memimpin? - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Sabtu, 16 September 2023

Bagaimana Mendengarkan dengan Mata dan Hati dalam Memimpin?


ANETRY.NET
– Memimpin dengan cara mendengarkan dengan mata dan hati, ini yang penulis terapkan dalam menjalankan amanah yang telah diberikan pemerintah. Penulis telah menjadi kepala sekolah selama lebih kurang lima belas tahun.

 

Menjadi kepala sekolah di empat sekolah yang mempunyai karakter penduduk berbeda-beda, tentu mempunyai kesulitan yang beragam pula. Berbekal satu slogan ini yaitu ‘mendengarkan dengan mata dan hati’ yang artinya memimpin itu bukanlah soal memerintah, tapi dimulai dengan memberi contoh nyata bukan hanya teori semata.

 

Belajar untuk memahami dan melihat berbagai hal dari sudut pandang orang lain, benar-benar penting untuk menjalin kerja sama dan hubungan yang penuh rasa percaya untuk mencapai keberhasilan bersama. Berbicara atau menyampaikan pesan dan perintah kepada seorang guru, penulis menempatkan posisi sebagai guru dari dekat.

 

Ketahui kesulitan dan kelemahannya. Usahakan mencarikan solusi persoalan yang dihadapi, sehingga merasa lebih dekat. Begitu juga kalau berbicara dengan penjaga sekolah, penulis berusaha menempatkan diri sebagai posisi penjaga, sehingga apa yang disampaikan mencapai sasaran.

 

Mendengarkan dengan mata dan hati, tidak dapat dilakukan dari jauh. Seperti membaca laporan dan mendengar berita yang bukan langsung dari sumbernya. Penulis berusaha mempelajari keunikan pribadi dari guru dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah.

 

Dengan mengetahui keunikan dari guru dan tenaga kependidikan, maka akan memudahkan melakukan kerja sama dan menyampaikan informasi. Dengan penulis memberi perhatian dan mendengarkan secara dekat setiap hal yang terjadi di sekolah membuat penulis lebih diketahui dan dipahami oleh orang-orang di sekolah.

 

Dengan mengenal lebih dekat rekan-rekan guru dan tenaga kependidikan di sekolah, mereka juga berusaha membalas lebih mengenal penulis. Dengan begitu, kerja sama dan kepercayaan terbangun dengan baik.

 

Penulis berusaha menerapkan dalam setiap kegiatan apapun di sekolah mengambil keputusan bersama dengan melibatkan semua pendidik dan tenaga kependidikan dengan menggunakan bahasa kita. Sehingga semua warga sekolah merasa terlibat dan merasa punya kepentingan.

 

Jangan punya harapan orang bisa memahami, tanpa bisa memahami orang lain. Dalam prosesnya, pemimpin akan memahami dengan baik, bagaimana cara memberi pengakuan dan menghargai seseorang secara tulus, dan dapat mengetahui siapa mereka, apa yang mereka sukai, serta apa yang mereka lakukan.

 

Mendengar dengan mata dan hati, lebih bersifat empati. Empati adalah kemampuan untuk memahami seseorang atau sesuatu perspektif orang lain (Axley, 1996). Ini adalah upaya tulus dan berkelanjutan untuk menghargai bagaimana dan mengapa orang lain menafsirkan hal-hal tersebut, dan untuk memahami sesuatu dengan cara orang memahami itu.

 

Atwater (1992) menggambarkan, mendengar dengan mata sebagai mengalami orang lain dari dekat. Menunjukkan keinginan untuk memahami, membantu untuk mempertahankan hubungan dengan dengan aktif.

 

Berbekal dengan moto mendengar dengan mata, dan berprinsip memahami rekan rekan kerja, ini adalah modal penulis untuk dapat menjalankan tugas kepemimpinan di empat sekolah dasar di kecamatan Rambatan. Dari empat sekolah itu, tiga sekolah inti dari gugus yang berbeda. Jadi penulis pernah menjadi ketua gugus dari tiga gugus di Kecamatan Rambatan.

 

Lebih berusaha memahami karakter rekan-rekan kerja dan menyesuaikan. Sehingga seperti apapun lingkungan kerja, tidak menjadi hambatan yang berarti. Pernah penulis alami di suatu gugus, semua kepala sekolahnya laki-laki, dan penulis sendiri sebagai ketua gugus perempuan. Alhamdulillah bisa berjalan kerja sama dengan baik dan lancar.

 

Memperlakukan orang dengan ramah, menyenangkan dengan cara yang positif, serta memperhatikan kebutuhan dapat meningkatkan motivasi kerja (Kouzes. 2002). Hal serupa juga terjadi ketika penulis melakukannya. Penulis memberikan input dan masukan yang dibutuhkan rekan-rekan guru dan tenaga kependidikan, jawaban yang responsif terhadap pertanyaan-pertanyaan, umpan balik terhadap hasil kerjanya.

 

Kedua faktor itu, meningkatkan pembelajaran dan memperbesar kemungkinan tercapainya kompetensi dan penguasaan serta menghalangi pengulangan kesalahan atau kebiasaan-kebiasaan yang tidak efektif.

 

Emosi pemimpin bersifat menular. Dalam arti sebenarnya, suasana hati merupakan virus sosial dan dapat tertular suasana hati. Jadi penulis berkesimpulan dalam memimpin adalah menghadapi tantangan untuk membentuk, menginspirasi, dan memotivasi orang yang dipimpin untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Untuk bisa mencapai itu semua pemimpin perlu mendengarkan dekat dekat, setiap persoalan dan keluhan-keluhan yang terjadi. (*)

Penulis: Shermi Gaos (Kepala UPT SDN 04 Balimbing Kec Rambatan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad