ANETRY.NET – Bermain layangan itu sepertinya mudah. Namun saat ikut bermain layangan apalagi itu pengalaman pertama, maka terasa sangat sulit sekali. Jika terlalu ditarik layangan akan putus, tapi jika terlalu diulur maka layangan akan jatuh.
Orang yang telah mahir
dan profesional dalam bermain layangan, maka ia akan paham kapan saat menarik
benang layangan dengan kuat, kapan saatnya layangan itu diulur dengan santai.
Layangan di tangan orang yang tepat, akan terbang bebas sesuai keinginan
pemainnya, bebas lepas namun pasti. Melenggang seolah mengisyaratkan
kebahagiaan dan kepuasan hati.
Tugas kepala sekolah,
bisa diibaratkan dengan pemain layangan pada analogi di atas. Sebagai seorang
kepala sekolah, memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam mengelola sekolah.
Sekolah tidak akan bisa menjadi baik, hanya oleh seorang kepala sekolah, campur
tangan guru dan stakeholder sangatlah penting.
Seberapa hebatnya
seorang kepala sekolah, tak akan berpengaruh jika tidak adanya dukungan dari
guru serta stakeholder. Demikian juga
sebaliknya, sekolah dengan guru-guru yang profesional, tak akan berkembang
tanpa adanya dukungan kepala sekolah hebat di dalamnya.
Menjadi kepala sekolah
hebat, tidaklah mudah, namun juga tidak sesulit yang dibayangkan. Sebuah
lembaga dengan berbaurnya beberapa orang di dalamnya demi satu tujuan yang sama
yaitu menjadikan sekolahnya unggul, siswanya berprestasi dan berbudi, dan yang
tak kalah pentingnya adalah merasa nyaman dengan lingkungan sekolahnya
tersebut.
Kenyamanan hati serta
kebahagiaan saat menjalankan tugas masing masing, memerlukan upaya untuk membangun rasa tersebut dan itu
tidaklah mudah. Watak serta karakter yang berbeda menjadi tantangan bagi
seorang kepala sekolah dalam mengelola sekolahnya. Harus ada trik yang jitu
untuk menjadikan semua itu bersatu mewujudkan impian dan tujuannya.
Kepala sekolah
bukanlah seorang pimpinan yang harus
selalu dipatuhi, selalu didengarkan dan selalu memerintah saja. Namun,
kepala sekolah merupakan seorang tempat berkeluh kesah tentang tingkah siswa
dan kesulitan guru di kelasnya. Juga tempat bertanya bila terbentur sesuatu
masalah, serta tempat untuk meminta segala keperluan menyangkut
perkembangan tugas dan sekolahnya.
Begitu banyak beban
yang terletak dipundak seorang kepala sekolah jika salah dalam mengambil
langkah bisa dibayangkan mau jadi apa sekolahnya. Setiap ASN termasuk kepala sekolah dan guru, memiliki tupoksi
yang wajib diemban dan dilaksanakan dalam wujud nyata.
Salah satu tugas guru,
adalah mendidik dan mengajar siswanya dengan baik dan benar. Mendidik dan mengajar
siswa tidak bisa dilakukan tanpa pedoman dan persiapan yang matang. Pedoman dan persiapan mengajar akan tersedia
jika adanya control dari kepala sekolah. Pelaksanaan pembelajaran juga akan
baik jika adanya pengawasan dari kepala sekolah.
Namun tidak semua
keinginan itu berjalan sesuai dengan rencana. Tiap sekolah terdapat karakter serta keinginan yang berbeda . Bagaimana cara
menempatkan diri menjadi kepala sekolah pada situasi tersebut? Kembali pada
analogi awal, dengan tarik ulur yang cerdas, maka kepala sekolah akan
menjadi idola bagi gurunya.
Saat seorang guru
telah berjalan sesuai dengan koridornya, dan memiliki banyak inovasi dalam melaksanakan
tugasnya, serta hasil yang dicapai siswanya memuaskan, maka kepala sekolah akan
menjadikannya senior dengan pendekatan yang baik untuk membantu rekan guru yang
lainnya. Hal itu merupakan penghargaan yang luar biasa dirasakan oleh seorang
guru, maka dia akan memegang kepercayaan itu dengan baik, menjadi lebih baik
dari guru yang lain dalam segala hal tanpa menjadikannya sombong atau merasa paling benar.
Namun, jika seorang
guru agak sedikit melenceng dari ketentuan yang ditetapkan, maka kepala sekolah
harus bisa menarik kembali dengan halus, serta cara yang elegan untuk kembali
menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan benar. Menarik kembali guru yang
lalai dengan tugasnya memerlukan waktu serta kesabaran seorang kepala sekolah.
Jika kepala sekolah
mengulur keadaan tersebut, maka dampak yang ditimbulkan akan berimbas kepada
guru yang lain. Namun kepala sekolah tidak bisa dengan serta merta menarik
dengan paksa guru menjalani aturan yang dibuat, karena itu bisa menjadi
boomerang bagi sekolah dan kepala sekolah.
Diperlukan kesabaran
serta upaya yang berulang agar kembali berda di jalurnya. Bila upaya tersebut
sudah terlalu kuat maka perlu diulur kembali, berikan waktu untuk berfikir
tentang perlunya pemenuhan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru.
Namun semua itu juga bisa dituntaskan dengan menjadikan kepala
sekolah itu contoh dan tauladan bagi guru tersebut. Contoh sederhana yang bila
dibiarkan akan menjadikan sekolah tidak maju adalah seringnya terlambat datang
ke sekolah.
Jika kepala sekolah
disiplin dengan waktu datang, pulang sekolah,kepala sekolah menjalankan
disiplin itu terlebih dahulu maka otomatis para guru akan segara datang ke sekolah
dan pulang tepat waktu tanpa harus kepala sekolah nyinyir. Jadi keteladanan
merupakan jurus ampuh dalam menarik kembali para guru untuk menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya dengan baik.
Jika semua guru telah
melaksanakan tugas sebagaimana mestinya maka tugas kepala sekolah menjadi
ringan, susana kekeluargaan akan sangat terasa dan sekolah menjadi tempat tugas
ternyaman bagi guru. Guru akan merindukan saat saat mereka di sekolah, liburan
yang lama membuat mereka tetap ingin saling berkomunikasi menyatakan kerinduan
mereka akan melaksanakan tugasnya.
Tanpa mereka sadari
mereka telah diikat dengan kuat untuk selalu bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya secara tulus ikhlas. Para guru akan selalu mengembangkan
diri dengan baik, mengikuti perubahan perubahan demi kemajuan dunia pendidikan.
Para guru selalu bahagia dan bangga menjadi seorang guru. (*)
Penulis: Desi
Winarni (Kepala Sekolah UPT SDN 03 Rambatan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.