9 Tips Mencegah Perundungan di Sekolah - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Minggu, 17 September 2023

9 Tips Mencegah Perundungan di Sekolah


ANETRY.NET
Beberapa tahun terakhir, sepertinya istilah bullying ramai digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan istilah bullying atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan perundungan, tidak hanya dijumpai pada kalangan siswa sekolah dasar,  tetapi terjadi juga pada siswa SMP, SMA  bahkan sampai ke perguruan tinggi.

 

Kasus perundungan atau bullying, ada yang secara verbal dikaitkan atau ditutupi dengan embel-embel bercanda atau guyonan. Tetapi membuat korbannya merasa tidak nyaman. Contoh perundungan dalam skala atau intensitas yang besar, misalnya dikucilkan oleh orang-orang di sekolahnya karena korban memiliki perbedaan tertentu, bisa karena fisik, kognitif bahkan dari segi materi. Dan ada juga bullying ini dilakukan dengan menyakiti tubuh korban, atau menyakiti fisik korban.

 

Berkaca dari beragam kondisi perundungan dan penyebab bullying tersebut, sepertinya penting bagi untuk memahami lebih dalam mengenai bullying atau perundungan. Harapannya dengan mengetahui lebih baik mengenai perundungan, semua pihak dapat menekan perilaku tersebut sehingga tidak ada lebih banyak korban bullying lainnya di luar sana.

 

Bullying dapat dikelompokkan ke dalam  beberapa kategori: Pertama, Bullying fisik merupakan jenis bullying yang kasat mata. Perilaku ini bisa dilihat karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dan juga korbannya. Contoh dari bullying fisik adalah memukul, menarik baju, menyenggol dengan bahu, menjewer, menjambak, menampar, memalak, melempar dengan barang, menendang hingga meludahi.

 

Kedua, Bullying Verbal. Bullying verbal dapat terdengar oleh telinga kita. Contoh dari bullying verbal adalah menghina, memaki, meledek, mencela, meneriaki, menyoraki, mempermalukan di depan umum, menyebar gosip, menuduh, menjuluki hingga memfitnah.

 

Ketiga, Bullying Mental/Psikologis. Bullying mental menjadi jenis bullying yang paling berbahaya. Sebab, hal ini tidak tertangkap oleh mata dan telinga orang-orang di sekitarnya. Contoh dari bullying mental adalah memandang sinis, mengucilkan, memandang penuh ancaman, meneror, mendiamkan, hingga memelototi.

 

Dampak bullying dapat mengancam setiap pihak yang terlibat, baik anak- anak yang di-bully, anak-anak yang mem-bully, anak-anak yang menyaksikan bullying, bahkan sekolah dengan isu bullying secara keseluruhan. Bullying dapat membawa pengaruh buruk terhadap kesehatan fisik maupun mental anak. Pada kasus yang berat, bullying dapat menjadi pemicu tindakan yang fatal, seperti bunuh diri dan sebagainya.

 

Dampak dari bullying adalah, depresi dan marah, juga rendahnya tingkat kehadiran dan rendahnya prestasi akademik siswa, serta menurunnya skor tes kecerdasan (IQ) dan kemampuan analisis siswa.

 

Bagi pelaku bullying atau pelaku perundungan, dampaknya adalah pelaku memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula, pelaku cenderung bersifat agresif dengan perilaku yang pro terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak keras, mudah marah dan impulsif, toleransi yang rendah terhadap frustasi. Ia akan memiliki kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain dan kurang berempati terhadap targetnya.

 

Dampak bagi siswa lain yang menyaksikan bullying (bystanders). Jika bullying dibiarkan tanpa tindak lanjut, maka para siswa lain yang menjadi penonton dapat berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang diterima secara sosial. Dalam kondisi ini, beberapa siswa mungkin akan bergabung dengan penindas karena takut menjadi sasaran berikutnya dan beberapa lainnya mungkin hanya akan diam saja tanpa melakukan apapun dan yang paling parah mereka merasa tidak perlu menghentikannya.

 

Cara menghadapi anak-anak yang menjadi pelaku bullying, 1) Dengarkan cerita versi mereka. 2) Soroti perilaku yang tidak pantas dan tidak dapat diterima dan ingatkan mereka akan aturan dan pedoman anti-bullying yang dibuat di tingkat sekolah/kelas. 3) Bantu mereka dengan memahami alasan di balik perilaku bullying mereka (seperti apakah mereka punya masalah di rumah, kurangnya perhatian, pengalaman bullying sebelumnya, dll).

 

Kemudian, 4) Tunjukkan empati dan kasih sayang dengan membagikan perasaan anak yang di-bully. 5)Terapkan konsekuensi tertentu untuk membantu mereka belajar dari situasi ini. Konsekuensi yang diberikan harus berhubungan dengan kesalahan mereka, tetap menghormati anak sebagai pelaku, masuk akal dan logis, serta dapat diterima untuk mengajarkan anak agar berperilaku lebih baik.

 

Selanjutnya, 6) Anak harus memperbaiki kesalahannya. Misalnya, dengan meminta maaf kepada anak yang di-bully, melakukan sesuatu yang baik padanya agar dia merasa lebih baik, membantunya menyelesaikan sesuatu yang sedang dia kerjakan, memperbaiki atau mengganti sesuatu yang mereka hancurkan atau curi, dll.

 

Berikut, 7) Menghargai dan mengenali segala perubahan perilaku yang positif, termasuk mengakui kesalahan. 8) Jelaskan bahwa untuk menerima hak di kelas/sekolah, mereka harus mematuhi peraturan. Hak tersebut misalnya untuk berpartisipasi dalam acara sekolah, bergabung dalam ekskul, perjalanan study tour, pelajaran olahraga, kegiatan pentas seni, atau apa pun yang dianggap sesuai dan menarik oleh anak agar mereka tetap berusaha berbuat baik. Serta, 9) Bicaralah kepada orang tua mereka dan saling menyetujui rencana agar berbuat baik. (*)

Penulis: Evitrayanti, S.Pd.SD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad