Tiga Dasar Pembentukan Akhlak Mahmudah - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Kamis, 31 Agustus 2023

Tiga Dasar Pembentukan Akhlak Mahmudah


ANETRY.NET
Memiliki anak didik yang berakhlak mahmudah adalah keinginan dari semua guru. Hgal itu menjadi tujuan akhir pembentukan karakter anak didik di satuan pendidikan manapun.

 

Begitu juga dengan penulis, seorang guru kelas di sebuah sekolah dasar yang pada saat penulis menulis artikel ini memiliki anak didik sebanyak 26 orang. Terdiri dari 14 orang laki-laki dan 12 orang perempuan dengan karakternya masing-masing. Ada yang periang, pemalu, pemarah, usil, vokal, suka ribut, dan yang suka mengganggu teman.

 

Melihat hal seperti itu, ada keinginan dalam hati untuk mengembalikan lagi insting (garizah) yang dibawanya sejak lahir. Mengembalikan  kebiasaan tidak baik yang dimiliki oleh beberapa orang  anak didik  menjadi anak yang memiliki akhlak mahmudah.

 

Sebenarnya, akhlak tidak perlu dibentuk karena akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Masalah akhlak adalah pembawaan diri manusia sendiri, yaitu kecenderungan kepada kebaikan atau fitrah yang ada dalam diri manusia, dan dapat juga berupa kata hati atau intuisi, yang selalu cenderung kepada kebenaran.

 

Namun, akhlak juga tidak selamanya berasal dari pembawaan diri semata, tetapi perlu juga proses dan pembentukan agar menjadi maksimal dalam pelaksanaannya yaitu dengan usaha pembinaan pembentukan kerohanian, pembiasaan dan pembentukan sikap dan minat.

 

Berbicara akhlak mahmudah, kata mahmudah itu sendiri berasal dari kata حمد yang berarti terpuji. Maka pengertian akhlak mahmudah adalah menghilangkan adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam agama islam serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik, melakukan dengan mencintainya. Maka dari seseorang haruslah membiasakan untuk berbuat baik dan dalam melakukan perbuatan itu disertai dengan rasa cinta.

 

Akhlak yang mulia (husnul khuluq) adalah semua sikap yang mencakup kebaikan, ketaatan dan amal. Pada hakikatnya, akhlak adalah sebuah sifat dalam nafs yang mendorong seseorang untuk melakukan berbagai perbuatan dengan mudah tanpa berpikir sebelumnya. Akhlak dibagi dua, mulia dan tercela. Secara global yang dimaksud dengan akhlak mulia adalah hubungan dan persahabatan yang baik dengan Sang Pencipta dan ciptaan-Nya.

 

Proses pembentukan akhlak mahmudah dalam pandangan pengantar studi akhlak, terdiri atas tiga dasar pembentukan, yaitu pembentukan kerohanian yang luhur, pembentukan kebiasaan, pembentukan minat dan sikap. Pertama, pembentukan kerohanian yang luhur. Potensi rohaniah yang ada dalam diri termasuk didalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati,hati nurani haruslah dibina secara optimal agar benar-benar dalam pelaksanaannya sesuai dengan ajaran islam. Yaitu kepercayaan diri, di antaranya: 1) Iman kepada Allah, 2) Iman kepada malaikat-malaikat-Nya, 3) Iman kepada kitab-kitab-Nya, 4) Iman kepada rasul-rasul-Nya, 5) Iman kepada qadha dan qadar, dan 6) Iman kepada hari kiamat.

 

Dari pernyataan di atas, dengan kepercayaan pada rukun iman yang telah disebutkan, akan menjadikan manusia bertutur kata dan bersikap akan selalu hati-hati dan penuh pertimbangan, sehingga dapat diterima oleh masyarakat lebih-lebih akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.

 

Kedua, pembentukan pembiasaan. Pembiasaan ini sesuai pula dengan salah satu dasar-dasar perkembangan manusia, pembinaan yang lebih banyak memerlukan tenaga-tenaga yang lebih jasmaniah. Karena lebih mudah dan dapat dilaksanakan dari pada tenaga-tenaga yang bersifat rohani seperti shalat, mengucapkan sesuatu (hapalan), puasa dan sebagainya.

 

Pembentukan pembiasaan ini, haruslah diatur secara terus-menerus agar menjadi terbiasa. Kalau membiasakan untuk berlaku yang positif, maka hasilnya pun juga positif. Namun kalau membiasakan untuk yang negatif maka hasilnya juga akan negatif. Maka dari itu harus selalu berusaha untuk melakukan hal yang positif. Di sekolah tempat penulis mengajar, anak-anak didik setiap harinya melakukan pembiasaan dan selalu dilakukan pengecekan terhadap anak-anak didik tentang pembiasaan yang telah mereka lakukan.  

 

Ketiga, pengertian pembentukan minat yang sikap. Pengertian pembentukan meliputi pembentukan minat dan sikap yang tujuannya adalah untuk memberi pengertian dan pemahaman tentang aktifitas yang akan dilaksanakan serta menghayati makna ucapan dalam upaya membangkitkan dan memupuk minat, agar seseorang terdorong kearah perbuatan positif.

 

Selain itu, pembentukan minat juga ditujukan untuk mewujudkan sikap istiqamah, sikap yang dibentuk meliputi kecintaan kepada Allah SWT, dan segala yang berhubungan dengannya. Dengan adanya pengertian pembentukan,  diharapkan akan terbentuklah keteguhan sikap dan pandangan positif tentang makna dari lafaz yang diucapkan akan terbentuk sikap diri yang positif seperti menjauhkan dengki, menepati janji, ikhlas, jujur, suka berkorban, toleran dan sebagainya.

 

Daftar Pustaka

1.   www.ejournal.an-nadwah.ac.id. At-Ta’lim, Jurnal Kajian Pendidikan Agama Islam e- ISSN: 2656-9728, p-ISSN: 2656-971X, Volume 3, Edisi 1 (April 2021)

2.  Asmaraman as, Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994

3.  Hamka. Tasawuf Modern, Jakarta: Yayasan Nurul Ihsan)

Penulis: Fifi Gusni, S.Pd.I (UPT SDN 03 Rambatan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad