JAKARTA, ANETRY.NET – Massive Open Online Course (MOOC) Pintar banjir peminat. Platform pendidikan dan pelatihan online yang dikembangkan Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Kemenag ini sudah digunakan lebih dari 140 ribu peserta.
Kunjungan BDK Palembang ke Pusdiklat
Ciputat
Kepala Pusdiklat Teknis, Mastuki,
mengatakan bahwa pengembangan MOOC Pintar terus dilakukan dalam rangka
mengoptimalkan layanan peningkatan kompetensi melalui skema pelatihan agar
semua masyarakat bisa mendapatkan manfaatnya.
Hal ini disampaikan Mastuki saat
menyambut rombongan dari Balai Diklat Keagamaan Palembang yang sedang melakukan
banch marking ke Pusdiklat Teknis, di Ciputat, Senin (31/7) lalu.
Menurutnya, MOOC Pintar dalam satu tahun
terakhir telah diikuti oleh 143 ribu peserta. “Kita telah banyak
menjalin komunikasi dengan stakeholder, dengan berbagai direktorat yang ada di
kementerian agama, juga organisasi lain,” terangnya.
Menurutnya, layanan pelatihan harus
ditingkatkan, diperluas dan dipercepat karena banyaknya masyarakat yang harus
dilayani.
“Massive Open Online Course Pintar yang
dikembangkan Pusdiklat ini dirancang untuk meningkatkan dan membantu
mempercepat layanan. Karenanya, Pintar ini tidak hanya milik Pusdiklat semata,
tapi didedikasikan untuk Kementerian Agama, bisa dipakai bersama,” tuturnya.
“Dengan menjadikan Pintar sebagai milik
bersama, kita berharap percepatan layanan pengembangan pengetahuan juga bisa
dipercepat karena didukung berbagai pihak,” tambahnya.
Mastuki menyambut baik kedatangan tim
dari BDK Palembang. Hal itu menunjukkan BDK Palembang juga ikut mendukung
pengembangan MOOC Pintar.
“Sudah ada lima BDK yang bekerja
bersama-sama dengan Pusdiklat untuk mengembangkan konten pelatihan, dan ini
bagus sebagai platform bersama. Saat ini sedang proses editing, sebentar lagi
bisa diumumkan di masyarakat sebagai produk pelatihan,” terangnya.
Mastuki pada kesempatan ini juga
menjelaskan tentang pemanfaatan teknologi dalam pelatihan tatap muka.
“Kita telah memiliki Digital Smart
Class, pelatihan tatap muka tapi dengan cara kerja berbasis teknologi. Semua
proses belajar dipandu dengan teknologi sehingga muncul ekosistem berbasis
digital. Semua proses pembelajaran dilakukan dengan paperless, dan semua
peserta terhubung ke dalam sayu device, terhubung ke sumber-sumber belajar yang
ada di liar kelas,” pungkasnya. (kemenag)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.