ANETRY.NET – Pertama menjalani profesi sebagai, yang menjadi kesempatan sekaligus tantangan, yaitu berkontribusi mendukung perkembangan siswa.
Saat pertama kali melakukan profesi, penulis merasa kebingungan
dan gugup, karena pertama awal mulai melakukan pekerjaan. Penulis harus bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat bekerja saat ini, UPT SDN 25 Simawang.
Awalnya, penulis hanya kenal dengan seorang guru yang bernama Azanni, lalu penulis oun mulai berkenalan
dengan guru-guru lainnya. Lama kelamaan, mulai mengenal guru-guru yang ada di UPT SDN 25
Simawang. Dan sebagai penganti guru yang akan pensiun saat itu yakni Ermayeni, yang
mengajar dikelas 3.
Saat masuk kelas, penulis merasakan
bagaimana beradaptasi dengan siswa-siswa yang ada di kelas, karena sebelumnya
hanya memiliki pengalaman mengajar di waktu praktik lapangan. Setelah mulai mengajar, penulis akhirnya mengetahui, siswa-siswa memiliki karakter yang berbeda-beda. Sebagai guru, mengetahui
karakter anak merupakan hal yang paling penting.
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia Poerwadarminta (Elmubarok, 2008:102),
karakter diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, watak, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Selain itu juga merupakan sifat
nyata yang ditunjukkan berbeda antara individu satu dengan individu lainnya,
dalam sejumlah atribut yang dapat diamati (Gulo,1982:29).
Berakar dari pengertian tersebut, karakter kemudian diartikan
sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya melahirkan suatu pandangan
bahwa karakter adalah pola perilaku yang bersifat individual, keadaan moral
seseorang. Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya, di mana manusia
mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri.
Karakter siswa di kelas 3 tidak
sama, ada anak yang memiliki pemahaman yang cepat dan ada yang lambat, ada anak yang suka dengan
pembelajaran matematika dan ada anak yang menyukai pembelajaran lainnya. Dari perbedaan
karakter yang dimiliki siswa, sebagai guru sangat ingin mencari metode pembelajaran yang sesuai. Hal itu ditujukan agar siswa dapat memahami pembelajaran. Sebagai guru tidak boleh menganggap anak bodoh atau sejenisnya. Karena
setiap anak pasti mempunyai kelebihannya.
Bukan hanya itu, penulis juga memahami
bahwa kondisi siswa saat itu ada yang suka diperhatikan, siswa yang suka berjalan-jalan saat
belajar, siswa yang suka menganggu temannya dan siswa yang berkelahi. Namun,
dengan karakter yang berbeda-beda ini, penulis berpikir harus mendekatkan anak-anak dan
mengetahui karakter masing-masing anak. Penulis mulai bertanya ke anak itu kenapa dia demikian, awalnya sedikit tertutup, akhirnya jadi terbuka. Penulis
akhirnya memahami. Setelah itu dilakukan pemberian nasehat. Lama-kelamaan anak tersebut
akan sadar dan berubah lebih baik.
Selanjutnya ada
masalah lain, persoalan pergantian tempat duduk, ada
anak yang protes. Siswa tidak mau duduk dengan ini dan itu, lalu penulis bertanya kenapa
tidak mau? Lalu
siswa bersangkutan menjawab, temannya selalu mengganggu. Penulis pun
menyampaikan, di kelas, seluruh siswa tidak boleh berperilaku
tidak baik. Penulis memberikan pemahaman,
Allah tidak menyukai MakhlukNyya yang memiliki perilaku tidak baik. Dan semua manusia, termasuk siswa di kelas sama semuanya, semua adalah makhluk ciptaan Allah. Melalui pendekatan dan pemahaman yang diberikan, alhamdulilah mereka bisa mengerti dan
memahaminya.
Mencermati banyak karakter yang ditemui selama dalam proses pembelajaran, penulis berpikir bahwa guru harus bisa memahami dan
selalu mencari hal-hal yang terbaik untuk mengerjakan pekerjaannya. Menjadi
guru tidaklah mudah karena membutuhkan berbagai proses serta kompetensi.
Penulis: Tesha Yuliantari,
S.Pd (UPT SDN 25 Simawang, Kec. Rambatan, Kab. Tanah Datar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.