Membentuk Karakter Siswa Melalui Permainan Cak Bur Khas Sumatera Barat - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Kamis, 31 Agustus 2023

Membentuk Karakter Siswa Melalui Permainan Cak Bur Khas Sumatera Barat


ANETRY.NET
– Nilai-nilai afektif pendidikan, sedikit demi sedikit mulai hilang dalam diri siswa akibat efek globalisasi dan modernisasi (Susanto, 2013).

 

Perilaku dan karakter generasi muda cendrung mengabaikan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi dan mengakar dalam perilaku keseharian bahkan telah jauh dari nilai-nilai ke Indonesianan yang penuh dengan kereligiusan, keramahtamaan, kerendahan hati, kebersamaan, kejujuran, santun, gotong royong, ketika pendidikan dan teknologi belum maju seperti saat ini. Nilai-nilai tersebut mulai tergerus oleh budaya asing yang cendrung konsumerisme, individualistik, materialistik, sehingga nilai karakter tersebut dianggap tidak lagi penting jika bertentangan dengan tujuan yang ingin dicapai (Darmiyati, 2015).

 

Hal itu disebabkan oleh hilangnya pendidikan karakter dalam dunia pendidikan baik dalam satuan pendidikan keluarga maupun masyarakat (Sayektiningsih dkk, 2017). Penyebab siswa bisa melakukan hal-hal di luar kewajaran, salah satunya adalah lingkungan. Lingkungan yang abai terhadap pendidikan karakter siswa, akan berdampak negatif pula bagi perkembangannya. Lingkungan keluarga dan masyarakat memiliki pengaruh besar terhadap perilaku kriminal yang dilakukan oleh siswa-siswa (Ihsan, 2006).

 

Faktor lain yang menyebabkan siswa melakukan perilaku menyimpang, selain lingkungan, adalah kecanggihan teknologi, yang dirasakan oleh semua kalangan baik usia muda hingga usia dewasa (Mastura & Santaria, 2020). Generasi kaum muda yang notebene sangat erat dan kental dengan kecanggihan teknologi, seperti maraknya game online, ataupun game yang mudah diakses atau didownload pada smartphone berbasis Android (Garris, Ahlers, & Driskell, 2002; Yee, 2006). Hal ini sudah tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi dan manusia saling membutuhkan.

 

Namun, teknologi bisa menjadi dampak negative bagi pengguna terutama bagi siswa yang belum mengenal bagaimana pengguna gadget dengan baik (Butler et al, 2014). Di sisi lain yang akan terjadi adalah pengerusan karakter, etika sopan dan santun, jujur dan disiplin sudah tidak diindahkan lagi (Husain & Walangadi, 2021).

 

Pendidikan di Indonesia lebih menitik beratkan dan hanya diukur dari keunggulan ranah kognitif, tatapi kurang menekankan ranah afektif dan moral (Uno & Lamatenggo, 2016). Pendidikan karakter adalah nilai-nilai yang mengandung sesuatu khas yang baik yakni mengerti nilai kebaikan, maupun berbuat baik, berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku.

 

Sebagaimana juga dinyatakanoleh Lickona (2006 :56) dan Walker, et al (2013: 84) bahwa karakter terdiri atas nilai-nilai kebaikan yang digunakan sebagai pedoman dalam berprilaku. Nilai karakter merupakan salah satu Upaya dalam membentuk siswa secara utuh (holistik), yaitu mengembangkan siswa dari aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, dan intelektual secara optimal (Beachum,et. al, 2015).

 

Pengintegrasiaan pendidikan nilai karakter pada setiap pembelajaran menjadi sangat penting demi kesiapan siswa dalam menghadapi setiap permasalahan dalam kehidupannya (Bahtiar, 2017). Penanaman nilai-nilai karakter yang bertumpu kepada strategi tunggal sudah tidak memadai sebagai strategi dan cara penyampaian nilai-nilai karakter kepada siswa (Revell & Arthur, 2007).

 

Leslie & Grier(2012) dan Lickona (2006) mendapati bahwa di antara keberhasilan penerapan nilai-nilai karakter kepada siswa dapat dilaksanakan melalui multi pendekatan, di antaranya adalah : melalui media atau alat-alat permainan tradisional yang dekat dan sudah familiar oleh siswa.

 

Permainan tradisional memiliki ciri unsur tradisi, dan berkaitan erat dengan kebiasaan atau adat suatu kelompok masyarakat tertentu. Bukan hanya sebagai permaian namun juga memiliki nilai-nilai karakter dan unsur-unsur nilai budaya yang terkandung di dalamnya (Purwanungsih, 2006). Unsur nilai budaya yang terkandung dalam permainan tradisional adalah nilai kesenangan atau kegembiraan, nilai kebiasaan, rasa berteman, nilai demokrasi, nilai kepemimpinan, rasa tanggung jawab, nilai kebersamaan dan saling membantu, nilai kepatuhan, melatih cakap dalam berhitung, melatih kecakapan berpikir, nilai kejujuran dan sportivitas.

 

Setiap permainan tradisional menampilkan sisi tersendiri untuk perkembangan kecerdasan siswa baik kecerdasan intelektual, spiritual maupun emosional. Fungsi permainan tradisional di antaranya perkembangan fisik motorik siswa, pembentukan karakter, sebagai salah satu cara untuk menstimulus keterampilan sosial pada siswa usia dini, kecerdasan siswa. Seperti yang kita ketahui bahwa permainan tradisional berpengaruh dalam pembentukan karakter (Aqobah dkk, 2020).

 

Permainan tradisional dapat membantu siswa dalam keterampilan sosial. Melalui permainan, siswa dapat mengekpresikan dirinya, sehingga akan melahirkan berbagai kreatifitas dan keterampilan yang kelak dapat menunjang keberhasilan dalam kehidupan seperti dapat melatih kepemimpinan, Kerjasama, kedisiplinan, kejujuran dan kemandirian.

 

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah suku, tatanan adat, Bahasa dan kebudayaan Masyarakat terbanyak di dunia. Hebatnya, pada setiap Masyarakat tersebut terdapat pula berbagai jenis budaya dan permainan rakyat yang berbeda-beda. Setiap daerah memiliki cara yang berbeda untuk membentuk karakteristik siswa menyesuaikan dengan kebudayaan yang berlaku dan berkembang di daerahnya masing-masing.

 

Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan warisan budaya dan tradisi. Salah satu aspek budaya yang dapat dimanfaatkan untuk membentuk karakter siswa adalah dengan permainan tradisional. Salah satu permainan tradisional yang khas dari Sumatra Barat adalah Cak Bur. Permainan ini tidak hanya memberikan hiburan semata, tetapi juga memiliki potensi untuk membentuk karakter siswa dengan berbagai nilai positif.

 

Permainan ini disebut Cak Bur, karena pada saat permaian dimulai penjaga mengatakan “Cak” dan Ketika permainan berakhir pemain mengatakan “Bur”. Permainan ini dilakukan oleh 2 tim yang dimana setiap tim terdiri atas beberapa orang. Salah satu tim bertugas untuk penjaga garis dan satu tim bertugas sebagai penerobos.

 

Permainan tradisional yang dilakukan dengan jumlah yang banyak dengan kata lain dilakukan secara berkelompok. Akan tetapi banyak generasi sekarang yang tidak mengenal permainan ini dikarenakan lebih banyak berdampingan dengan gadget atau gawai.

 

Terdapat beberapa nilai-nilai karakter yang bisa diterapkan dalam permainan Cak Bur, nilai-nilai karakter tersebut di antaranya : kejujuran, keuletan, menghargai, ketelitian, kerja keras dan nilai lainnya. Permainan ini dilakukan secara kelompok untuk menimbulakn rasa demokrasi antar teman main dan alat permainan yang digunakan relative sederhana.

 

Dalam mengintergrasikan Cak Bur ke dalam Pendidikan, pendidik perlu merancang kegiatan yang meransang pengalaman belajar yang mendalam. Ini dapat melibatkan refleksi setelah permainan, diskusi tentang nilai-nilai yang diambil dari permainan, serta menghubungkan pengalaman bermain dengan situasi kehidupan nyata di luar permainan. (*)

 

Referensi

1.         Almabruri, M. L., Kholifah, N. M., & Jannah, (2020). Pendidikan dan Budaya. Jurnal Ilmiah Al-Hadi, 5(2), 142-154.

2.         Yuliananingsih, H. R. (2021). Menggali Nilai- Nilai Karakter dalam Permainan Tradisional. Edukasi: Jurnal Pendidikan, 19(1).

3.         Beachum, F. D., et.al. (2015). Support and importance of character education: pre service teacher perceptions. Journal of Education and Practice, 11(3), 34-42.

Penulis: Ririn Karnila, S.Pd (UPT SD Negeri 15 Rambatan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad