Jakarta, Anetry.Net – Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) kembali menyelenggarakan program Roots Indonesia Anti Perundungan.
Program itu merupakan program
kerjasama antara Puspeka dengan United Nations Children’s Fund (Unicef)
Indonesia. Mendikbudristek
Nadiem Anwar Makarim, mengutarakan, Indonesia memiliki urgensi besar untuk segera mengatasi perundungan
yang ada di lingkungan satuan pendidikan secara efektif dan berkelanjutan.
Ia menyampaikan hasil Asesmen Nasional
Tahun 2021 atau Rapor Pendidikan tahun 2022 menunjukkan, sekitar 25 persen
peserta didik di Indonesia mengalami berbagai bentuk perundungan, baik fisik,
verbal, sosial/relasional, ataupun secara daring (cyberbullying).
“Salah satu upaya yang tengah kami
lakukan untuk mengatasi perundungan di satuan pendidikan adalah menerapkan
program Roots Indonesia.
Sebagai sebuah gerakan tentunya upaya ini harus kita lakukan bersama.
Pendidikan yang maju berawal dari sekolah yang bebas dari kekerasan,” ujar Mendikbudristek
dalam sambutan pembukaan kegiatan Sosialisasi Program Roots Indonesia
Anti Perundungan Tahun 2023, Selasa (16/5).
Pemerintah daerah, kata Nadiem, perlu mendukung
sekolah yang melakukan program Roots, warga sekolah harus berkolaborasi
mencegah dan menangani tindak kekerasan, orang tua harus menciptakan lingkungan
rumah yang aman dan mendorong anak-anak menjadi agen perubahan, dan masyarakat
sekitar harus bergotong royong melindungi anak dari kekerasan.
Untuk semakin memperluas gerakan dan
dampak manfaat dari program Roots, tahun ini Puspeka kembali memulai
rangkaian program Roots Indonesia yang diawali dengan
sosialisasi kepada seluruh dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota
se-Indonesia secara hybrid, di Bogor, Jawa Barat, mulai Senin (15/5)
sampai dengan Rabu (17/5).
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemdikbudristek
Suharti menjelaskan peran krusial dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota
dalam mendukung pelaksanaan program Roots Indonesia 2023.
Peran tersebut antara lain, memastikan
keikutsertaan satuan pendidikan terpilih untuk mengikuti bimbingan teknis
(bimtek), memfasilitasi penggunaan dana Bantuan Operasional Satuan Pendidikan
(BOSP) untuk pelaksanaan program Roots Indonesia, mengawal dan memastikan
satuan pendidikan sasaran menerapkan program Roots Indonesia
setelah mengikuti bimtek kepada fasilitator guru.
Selain itu, dinas pendidikan provinsi
dan kabupaten/kota juga diharapkan dapat mengembangkan program Roots Indonesia
di daerah masing-masing agar terus berjalan, berkelanjutan, dan disebarluaskan
pada satuan pendidikan lainnya.
“Semoga kita dapat bersama menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, berkebinekaan, dan aman bagi semua. Mari bersama atasi perundungan,” tegas Suharti. (*)
source: kemdikbudristek editor: redaksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.