Jakarta, Anetry.Net – Kebutuhan guru madrasah terus meningkat, baik sari segi kuantitas terlebih lagi kualitas.
Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan
(GTK) Madrasah M Zain mengatakan setiap tahun, lebih 4.000 guru madrasah
memasuki masa pensiun atau purba bhakti.
Persoalan ini dibahas bersama dalam
Rapat Kerja Program Direktorat GTK Madrasah, di Jakarta, Senin (15/5) lalu. "Jumlah
pendidik yang memasuki masa purna tugas (pensiun) mencapai lebih dari 4.000 per
tahun. Permasalahan ini harus diselesaikan segera, karena waktu berjalan
terus," terang M Zain.
"Sebagai salah satu solusi,
penyelenggaraan PPG Prajabatan tidak bisa tidak harus dilaksanakan,"
sambungnya.
Menurut Zain, pemenuhan jumlah kebutuhan
guru dan peningkatan kualitas mereka mendesak dilakukan. Sebab, kualitas
pendidikan madrasah betul-betul ada di tangan para guru. Ke depan, program
harus diarahkan untuk peningkatan kompetensi pendidik.
"Tagline guru hebat dan madrasah
bermartabat tidak akan pernah terwujud jika elemen inti pendidikan malah
melempem," jelasnya.
Hal senada disampaikan Kepala Subdit
Bina GTK MA/MAK, Anis Masykhur yang juga selaku Sekretaris Panitia Nasional PPG
Kemenag. Menurutnya, pemenuhan kebutuhan guru menjadi hal penting dan mendesak.
Berdasarkan data jumlah guru berbasis
mata pelajaran dan rombongan belajar yang diplot setiap semester di Simpatika,
jumlah kebutuhan guru di madrasah negeri sebanyak 57.245, sedang di madrasah
swasta mencapai 527.555.
"Pengangkatan PPPK yang mencapai
puluhan ribu tidak menyelesaikan masalah kekurangan guru ini, karena P3K hanya
perubahan status guru," kata Ainur Rofiq, Kasubdit Bina GTK MI/MTs.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah
peningkatan kualifikasi guru. Dalam data base disebutkan bahwa jumlah guru yang
saat ini belum berkualifikasi hampir mencapai 40.000.
Jumlah ini tergolong besar, mengingat
berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 dan Peraturan turunannya bahwa sejak tahun 2015,
seyogyanya sudah tidak ada lagi guru yang belum S1. Maka, Program Beasiswa
Indonesia Bangkit (BIB) Kementerian Agama adalah momentum yang tepat untuk
menjawab masalah ini meski secara kuantitatif tidak sebanding dengan jumlah
guru yang ada.
Pemerataan sebaran guru yang tidak
proporsional adalah "penyakit" lama yang juga tidak kunjung selesai.
Arif Nugra, Sub Kordinator yang menangani masalah data menyebutkan bahwa
SIMPATIKA dapat dijadikan landasan menentukan ke mana guru akan ditugaskan.
"Dalam sistem tersebut sudah ada
informasi kebutuhan guru di madrasah. Silakan buka menu peta kebutuhan
guru," jelasnya lebih lanjut.
Forum merekomendasikan kepada semua
elemen pejabat pendidikan madrasah di pusat dan daerah untuk bersinergi dan
membangun komitmen menyelesaikan masalah secara bertahap. (kemenag)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.