Jakarta, Anetry.Net – Kabid Litbang Pendidikan Perhimpunan Persatuan Guru (P2G), Feriansyah, ingatkan guru dan organisasi guru tidak terjebak pada politik praktis.
Apalagi, membawa peserta didik, warga
sekolah, madrasah, hingga satuan pendidikan terjebak dalam kampanye politik
praktis. Hal itu mengingat Indonesia bakal menggelar pemilihan umum (Pemilu)
pada 2024 dengan rangkaian Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden, dan Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada).
"Satuan pendidikan harus netral dan
bersih dari politik elektoral seperti kampanye. Organisasi guru dan guru pada
khususnya harus bersikap cerdas dan bijak dalam menghadapi tahun pemilu,"
ujar Feriansyah dalam keterangan tertulis, Selasa (2/5).
P2G juga mengimbau siapa pun tidak boleh
membawa atau mengklaim guru memilih calon presiden tertentu. "Organisasi
guru jangan mempolitisasi guru, memobilisasinya dalam kampanye menjadi vote getter misalnya," kata
Feriansyah.
Dia meminta organisasi guru yang
jumlahnya puluhan mengawasi kualitas proses pemilu. Hal itu agar terwujud
pemilu yang luber jurdi yakni langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Sementara itu secara
terpisah, pimpinan lembaga Pusat Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
(P3SDM) Melati saat dihubungi media ini menyampaikan, selain netralitas guru
dan organisasinya, yang perlu diingatkan juga para politis dan kepala daerah
setempat yang bakal maju kembali (incumbant).
“Yang kini jadi kepala
daerah dan masih akan maju lagi, jangan gunakan kekuasaan untuk memobilisasi
dukungan pada dirinya di kalangan ASN. Ini harus dicermati oleh seluruh elemen
agar tidak terjadi,” tegasnya.
Bila itu terjadi,
sambung Nova, tentunya akan bermdampak sangat buruk bagi dunia pendidikan yang
dapat saja terpecah karena berbeda dukungan.
“Kita harus berusaha
hindari dampak buruknya dengan menjaga seluruh elemen agar tidak melakukan hal
itu,” pungkasnya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.