Blora, Anetry.Net – Sejumlah pesantren telah dijadikan pilot project implementasi program kemandirian pesantren, di antaranya adalah Pesantren Al Alif dan Pesantren Al Fatah yang terletak di Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah.
Bengkel produksi parfume pewangi laundry
Pesantren Al Fatah, Blora
Kedua pesantren ini telah mendapat
bantuan Inkubasi Bisnis Pesantren pada 2022. Tim Inspektorat Jenderal Kemenag
tahun ini melakukan evaluasi untuk melihat geliat tumbuhnya unit bisnis pada
pesantren penerima bantuan inkubasi, termasuk Al Alif dan Al Fatah.
Evaluasi dilakukan pada akhir Maret
2023. Tim Itjen mengunjungi Pesantren Al Alif yang jaraknya sekitar 7 Km dari
Ibu Kota Blora, tepatnya terletak di desa Tamanrejo Kec. Tunjungan. Pesantren
ini telah berhasil memproduksi “Kacang Asin” merek Jago.
Hasil produksi mereka telah dipasarkan
di kabupaten Grobongan dan sekitarnya, termasuk sudah merambah pada beberapa
pesantren di Kabupaten Demak dan Jepara.
Geliat unit bisnis juga tampak pada
pesantren Al Fatah. Lembaga pendidikan ini terletak sekitar 30 Km dari Ibu Kota
Blora, tepatnya pada Desa Cepu Kecamatan Kunduruan Al Fatah berhasil
memproduksi parfum pewangi laundry merek MOU CLEAN.
Pangsa pasarnya bahkan sudah berhasil
merambah ke Kalimantan, Jawa Barat, dan daerah lain melalui penjualan online
dan promosi melalui media iklan yang dilakukan.
Dari pantuan ini, Tim Itjen menemukan,
bantuan dana inkubasi mampu menstimulasi (mendorong) tumbuhnya pengembangan
potensi unit bisnis pesantren masing-masing.
Namun, dari hasil konfirmasi kepada
pihak pengelola unit bisnis dan pengurus yayasan yang mengelola unit bisnis, ada
sejumlah kendala yang perlu menjadi perhatian. Kendala tersebut antara lain,
peralatan yang masih terbatas sehingga proses produksi dilakukan secara manual,
termasuk packaging produk.
Tim Itjen menilai ke depan ada sejumlah
hal yang bisa dilakukan agar unit bisnis pesantren secara produksi dan pemasaran
bisa lebih bersaing, baik di market lokal maupun nasional.
Pertama, pemberian bantuan dana inkubasi
setidaknya tidak hanya sekali tapi berkelanjutan sampai pada taraf pengembangan
dan pemasaran produk, sehingga pesantren benar-benar mandiri. Tentu diperlukan
juga bimbingan dan pantauan tim ahli saat proses berlangsung sampai benar-benar
jadi dan berkembang.
Kedua, kebutuhan alat produksi (mesin
produksi) perlu didukung untuk peningkatan kuantitas produk yang dihasilkan dan
kualitas produk yang akan dipasarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.