Jakarta, Anetry.Net – Jika ingin membudidayakan kelor, jangan khawatir, karena pembudidayaannya sangat mudah.
Perbanyakan dapat dilakukan secara
vegetatif dengan stek batang dan generatif dengan biji. Perbanyakan dengan stek
batang dan biji masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Perbanyakan dengan stek batang dapat
menghasilkan daun dan buah yang lebih cepat. Namun, dalam usaha budidaya
intensif dan luas, pemenuhan kebutuhan batang sebagai bahan stek akan menjadi
masalah.
Hal ini karena batang yang digunakan
untuk stek dengan probabilitas keberhasilan tinggi harus memenuhi beberapa
kriteria, seperti batang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, panjang 1
meter, dan diameter 5-10cm. Kelemahannya, akar yang terbentuk melalui metode
stek tidak terlalu kuat sehingga lebih mudah roboh.
Berbeda dengan metode perbanyakan dengan
biji yang lebih aplikatif untuk budidaya intensif. Viabilitas metode biji cukup
tinggi. Akar yang akan terbentuk kuat, tidak mudah roboh, dan penanaman lebih
mudah. Untuk masa panen daun juga relatif cepat (mulai 3-4 bulan setelah
tanam). Namun, untuk produksi buah membutuhkan waktu cukup lama, yaitu sekitar
1,5-2 tahun, tergantung kondisi lingkungan tumbuhnya.
Perawatan tanaman kelor sebenarnya tidak
terlalu susah. Pengairan secukupnya dan jangan sampai tergenang. Jika kelebihan
air tanaman kelor sangat rentan terkena penyakit busuk akar. Di Indonesia,
distribusi kelor hampir tersebar di seluruh pulau dan memiliki potensi lain
yaitu untuk memperoleh variabilitas genotipe unggul dengan produksi biomassa
daun dan kandungan flavonoid yang tinggi.
"Saya bersama tim pernah melakukan
uji coba penanaman kelor di sepuluh pulau di Indonesia yaitu Sumatra, Jawa,
Madura, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua dalam
polibag berkapasitas 10 kg. Hasilnya, kami menemukan Sumatera merupakan aksesi
yang memiliki daun tertinggi dengan produksi biomassa yang dikombinasikan
dengan kandungan total flavonoid dan aktivitas antioksidan yang paling tinggi,
dibandingkan dengan yang lain. Aksesi Sumatra direkomendasikan sebagai aksesi
yang sangat baik untuk budidaya dengan tujuan menghasilkan flavonoid,"
terang Doktor lulusan Institut Pertanian Bogor, Ridwan.
Jadi sederet bukti telah menunjukkan
jika kelor merupakan tanaman ajaib dan mampu bersaing dengan ginseng yang telah
mendunia. Gerakan mengkonsumsi kelor kiranya perlu didukung, karena dapat
menjadi alternatif upaya swasembada pangan secara mandiri. (infopublik - Sumber dan Foto: Humas BRIN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.