Yogyakarya, Anetry.Net – Sekolah Dasar Negeri (SDN) Giwangan menjadi Sekolah Pelaksana Pendidikan Berbasis Budaya sejak 2021. Hal itu dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang nilai-nilai yang terkandung dalam budaya, terutama Yogyakarta.
Kepala SDN Giwangan Sri Lestari
mengatakan, Pelaksana Pendidikan Berbasis Budaya adalah sebagai bentuk basis
pendidikan bagi siswa yang tidak lepas dari budaya lokal. Karena sekolahnya
berada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), maka budaya setempat yang
diberikan.
“Kami melaksanakan Pendidikan Berbasis
budaya ini karena ada dasarnya. Dasarnya adalah Undang-undang (UU) No. 13 tahun
2012 tentang keistimewaan Yogyakarta, yang kemudian UU tersebut dijabarkan melalui
Peraturan Gubernur DIY dan Pemerintah Daerah Yogyakarta tentang penguatan tata
nilai budaya Yogyakarta dan pengelolaan penyelenggaraan berbasis budaya,”
ungkapnya, Rabu lalu.
Disebutkan, pendidikan berbasis budaya itu tidak dilakukan
dalam pembelajaran saja, namun terstruktur dalam kurikulum dan visi misi
sekolah. Dengan kegiatan itu, maka visi SDN Giwangan sejak tahun 2021 menjadi
sekolah ramah anak, unggul dalam Imtak dan Imtek, berkarakter berbudaya, dan
berwawasan keimanan.
“Sehingga dengan kata berbudaya dalam
visi, maka kita jabarkan ke dalam misinya yaitu membuat siswa mencintai budaya
Yogyakarta, menumbuhkan budaya Jawa melalui tata krama yang tercermin dalam
sikap dan perilaku,” paparnya.
Dengan begitu, ia mengharapkan siswa
dapat mencintai budaya lokal. Hal ini dilakukan dengan beberapa cara. Salah
satunya dengan memberikan wayang, baik itu asli maupun dalam bentuk lukisan di
kelas.
“Kami juga memberikan pelatihan membatik
khas Yogyakarta untuk memberikan pengetahuan bagaimana cara proses dalam
pembuatannya. Sehingga siswa dapat paham dan mengerti lebih dalam terkait
budaya Yogyakarta,” tuturnya.
Bel sekolah pun dibuat dengan memberikan
aksen budaya Yogyakarta, sehingga siswa dapat mendengar bagaimana kayanya
budaya Yogyakarta. Dengan begitu, murid terbiasa untuk mendengar dan
menyaksikan budaya Jawa dalam keseharian.
“Kami selalu menginginkan siswa
berwawasan global, namun kearifan lokanya masih terus dilestarikan. Karena
dalam pendidikan di sekolah, Bahasa Inggris juga masih ada untuk siswa,”
ujarnya.
Dalam pelaksaannya ,ada tim khusus untuk
budaya yang bertugas melaksanakan indikator yang sudah ditentukan. Sehingga
pendidikan berbasis budaya itu tidak jalan sendiri, tetapi guru dan staf
sekolah terus mengawal.
“Maka dengan pendidikan berbasis budaya
ini, kami harapkan siswa tetap mencintai budayanya. Tidak lepas dengan budaya
luhur DIY, namun harus berwawasan global,” imbuhnya. (joglojateng/ Rizky Adri Kurniadhani/Joglo Jogja)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.