Jambi, Anetry.Net – Tanjung Jabung Barat atau disebut bumi “Serengkuh Dayung Serentak Ke Tujuan” adalah salah kabupaten di Provinsi Jambi.
Empat rumah ibadah di Kecamatan Tungkal
Ilir, Tanjung Jabung Barat, Jambi. (Kemenag)
Jarak antara ibu kota provinsi dengan
Ibukota Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Kuala Tungkal) sekitar 3,5 - 4 jam
perjalanan darat. Luas wilayahnya 5.009,82 km² dengan populasi 323.240 jiwa,
berdasarkan data 2021.
Di daerah ini, terdapat fakta potret
keberagaman dan kerukunan antar umat beragama. Mereka hidup harmonis dan saling
rukun. Bahkan, di Desa Sungai Nibung, Kecamatan Tungkal Ilir, tidak jauh dari
Kantor Kementerian Agama Kab. Tanjung Jabung Barat, terdapat beberapa rumah
ibadah berlainan agama (Masjid, Gereja, Vihara, Klenteng).
Ada juga Pondok Pesantren Albaqiyatush
Shalihat dan Riyadusshalihin yang saling berdekatan. Desa Sungai Nibung pun
telah dicanangkan sebagai Desa Kerukunan Umat Beragama tingkat Provinsi Jambi.
Selain itu, di Kelurahan Tebing Tinggi,
Kecamatan Tebing Tinggi, juga terdapat Kampung Pancasila. Nama Pancasila
mencerminkan kebenekaragaman masyarakat di sana, baik agama dan suku, namun
tetap satu, Indonesia.
Kerukunan di wilayah ini tentu tidak
lepas dari peran Kementerian Agama Kab. Tanjung Jabung Barat dalam menyemai
penguatan Moderasi Beragama. Melalui Seksi Bimas Islam dan Kantor Urusan Agama
Kecamatan, jajaran Kementerian Agama di sana terus berupaya menguatkan ‘paham keagamaan
yang moderat’, tidak hanya untuk ASN saja namun juga kepada masyarakat.
Hal itu antara lain dilakukan dengan
mengoptimalkan peran Penyuluh Agama, PNS maupun Non PNS, di wilayah kerjanya
masing-masing.
Keberadaan Desa/Kelurahan Sadar
Kerukunan adalah fakta akan hasil kerja keras dan sinergi Kemenag dengan
masyarakat dalam merawat keguyuban.
Berdirinya berbagai tempat ibadah umat
beragama secara berdampingan di Kelurahan Sungai Nibung, serta terbentuknya
Kampung Pancasila atas prakarsa masyarakat adalah fakta lainnya. Kawasan ini
dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam menjalin kerukunan dan toleransi
antar umat beragama.
Nilai dan praktik toleransi antar umat
beragama (paham moderasi beragama) di kawasan ini seakan tumbuh natural
(alamiyah). Sebab, nilai-nilai tersebut tumbuh atas kesadaran masyarakat (bottom up), bukan semata karena
kebijakan (top down).
Kesadaran masyarakat yang berpadu dengan
kinerja penyuluh mampu menggerakan mereka untuk terus merajut dan merawat
kehidupan yang rukun dan saling menghargai. (kemenag)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.