Jakarta, Anetry.Net – Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemdikbudristek bekerja sama dengan United Nations Children’s Fund (UNICEF) laksanakan program pencegahan perundungan berbasis sekolah atau dikenal dengan Roots.
Program Roots telah
dilaksanakan rutin dalam dua tahun terakhir. Sejak tahun 2021, telah dilakukan
pendampingan kepada 7.369 sekolah yang berasal dari
489 kabupaten/ kota di 34 provinsi di Indonesia. Program tersebut juga telah
melatih 4.517 fasilitator guru anti-perundungan di jenjang SMP, dan 9.273 guru
pada jenjang SMA dan SMK.
Kepala Puspeka Kemdikbudristek Rusprita Putri
Utami menjelaskan, program Roots Anti-Perundungan
Kemdikbudristek bertujuan untuk memberdayakan peran siswa di sekolah sebagai
agen perubahan untuk menyebarluaskan pesan dan perilaku baik di lingkungan
sekolah, khususnya kepada teman sebaya.
“Melalui program Roots,
Kemdikbudristek terus mendorong lahirnya siswa agen perubahan. Harapannya
setelah mendapatkan materi dari modul pembelajaran saat Roots, mereka akan mampu menjadi
penggerak upaya-upaya pencegahan terjadinya perundungan atau kekerasan di
sekolah,” ujar Rusprita di Jakarta, Jumat (24/2).
Siswa agen perubahan adalah 30 siswa paling
berpengaruh di sekolahnya yang dipilih oleh siswa-siswi lain berdasarkan teori
jejaring sosial. Berdasarkan data hasil monitoring program Roots tahun 2021,
telah terbentuk 43.442 agen perubahan.
“Program Roots tahun
2022 juga telah kita perluas dan telah melahirkan lebih banyak agen perubahan
anti perundungan. Tentu harapannya, Roots
di tahun-tahun mendatang akan menghasilkan semakin banyak lagi siswa agen
perubahan yang dapat turut menyuarakan pesan anti-perundungan,” tandas Rusprita.
Sebagai wujud aksi nyata dalam mencegah
terjadinya perundungan di sekolah, agen perubahan mengadakan Hari Deklarasi
Anti Perundungan (Roots Day). Roots Day dipimpin oleh agen
perubahan dengan melibatkan semua elemen sekolah, termasuk siswa, guru, tenaga
kependidikan, orang tua, penjaga sekolah, dan lain-lain.
Selain melaksanakan Roots dan membentuk agen-agen
perubahan, Puspeka Kemdikbudristek juga turut melakukan kampanye dalam rangka
memperingati International Stand
Up to Bullying Day yang jatuh tepat hari ini, yaitu 24
Februari 2023.
Puspeka Kemdikbudristek bekerja sama dengan
UNICEF Indonesia mengadakan tantangan media sosial melalui akun instagram @cerdasberkarakter.kemdikbudri
dan @unicefindonesia mulai tanggal 10-20 Februari 2023.
Tantangan media sosial tersebut mengajak para
agen perubahan dan fasilitator guru untuk ikut serta dengan mengirimkan
konten-konten bertema pengalaman mengikuti program Roots atau
pesan anti-perundungan, baik dalam bentuk gambar berupa foto, poster,
ilustrasi, komik, dan lain-lain atau dalam bentuk video reels seperti lagu, story telling, puisi, role play, dan animasi.
“Banyak antusiasme dari agen perubahan dan
fasilitator guru yang ikut tantangan media sosial ini. Konten-konten yang
dikirim bukan sekadar kreatif, namun yang paling penting kita semua dapat
mengambil pesan-pesan yang tersirat dalam upaya untuk mencegah perundungan,”
tutup Kapuspeka. (SP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.