Jakarta, Anetry.Net – Sebagai sebuah keterampilan berbahasa, menulis cerpen merupakan kombinasi dan refleksi yang terdiri atas kemampuan lingual dan imajinasi yang kompleks.
Oleh karena itu, untuk mencapai
kemampuan ini, Badan Bahasa Kemdikbudristek menghimpun para penulis muda
berbakat untuk diarahkan di bawah bimbingan para penulis cerpen (cerpenis) yang
berpengalaman. Tujuannya agar dapat menghasilkan penulis muda yang terampil
meramu cerita yang menarik dan enak dibaca sebagai salah satu sarana efektif
dalam meningkatkan minat masyarakat terhadap pelestarian bahasa daerah.
“Para pemenang Festival Tunas Bahasa Ibu
Nasional (FTBIN) bidang cerpen kami fasilitasi melalui kegiatan lanjutan berupa
Kemah Cerpen agar kemampuan mereka terus berkembang dan terasah dengan lebih
baik,” ujar Kepala Badan Bahasa, E. Aminudin Aziz, di Jakarta beberapa waktu
lalu dalam Peluncuran Antologi Cerpen Berbahasa Daerah yang menjadi rangkaian
dari puncak peringatan FTBIN 2023.
Ia berharap, para penulis cerpen muda
menjadi tunas baru calon penerus penulis karya sastra daerah di masa depan di
daerahnya masing-masing.
“Model pembinaan yang intensif dan
berkelanjutan seperti ini kami yakini akan menjadi solusi untuk mengurangi
kekhawatiran hilangnya minat penutur muda bahasa daerah dalam berkarya sastra,
khususnya bahasa daerah mereka sendiri,” ungkap Aminudin Aziz.
Pada kesempatan yang sama, siswa
pemenang lomba menulis cerpen berbahasa daerah yakni Aura Kasih Berlian siswa
kelas 6 SD Negeri No. 1 Dompu, Nusa Tenggara Barat, menceritakan pengalaman
mereka dalam mengikuti lomba.
Aura Kasih Berlian yang menulis cerpen
dalam bahasa Mbojo. Berlian, begitu ia biasa disapa, merupakan siswa kelas VI
SD Negeri No. 1 Dompu, NTB. Gadis berusia 11 tahun ini menulis cerpen yang
berjudul “Sa’e Mone”.
Cerpen tersebut mengangkat kisah tentang
seorang kakak laki-laki yang sangat menyayangi adiknya tetapi adiknya
menunjukkan sikap yang berlawanan dan tidak mau mendengarkan. Kemudian, sang
adik pun menyadari tentang sikapnya yang kurang baik dan meminta maaf kepada
kakak laki-lakinya.
“Pesan yang terkandung dalam cerpen ini
yaitu agar para kakak laki-laki di luar sana dapat menjaga dengan baik,” ungkap
Berlian yang sejak kecil sudah senang menulis ini.
Berlian mengaku sangat senang bisa
mengikuti FTBI 2022. Berkat keikutsertaannya di sini, kemampuan menulis yang ia
miliki semakin terasah. “Terutama setelah mengikuti rangkaian pelatihan singkat
selama empat hari,” ucapnya.
Guru pendamping Berlian yang turut hadir
dalam kesempatan ini adalah Sulfiani. Guru SMP Negeri 13 Mataram ini
mengungkapkan rasa bangganya karena anak didiknya memiliki bakat yang bagus
dalam bidang menulis. “Dalam empat hari dia bisa membuat dua cerita,” tuturnya
bangga.
Sulfiani lebih lanjut menjelaskan bahwa
tahap pembuatan cerpen selama empat hari melewati beberapa proses. Pertama,
anak-anak bebas untuk mencari tema sendiri. Setelah menentukan tema, pembimbing
akan menyuruh anak-anak untuk memilih gagasan yang akan mereka kembangkan
menjadi satu cerita.
Setelah karya anak-anak sudah selesai
ditulis tangan, para pembimbing membantu mengetiknya. Kemudian, cerita-cerita
tersebut akan diteruskan ke kurator untuk diperiksa. Jika ada diksi yang tidak
sesuai, maka akan diubah dengan kata yang lebih baik. (SP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.