Jakarta, Anetry.Net – Investasi pendidikan sebaiknya fokus membangun sistem pembelajaran fleksibel memberdayakan potensi para pelajar.
Hal ini menjadi perhatian Komisi X DPR
RI, lantaran investasi pendidikan saat ini dinilai lebih banyak dihabiskan
untuk membiayai pembangunan fisik.
Pernyataan ini disampaikan oleh Wakil
Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi
X DPR RI dengan para perwakilan Yayasan/Perusahaan Penyelenggara Pendidikan
Tinggi Vokasi di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Selasa (31/1).
Berdasarkan informasi yang ia terima, 70
persen lulusan sarjana tidak sanggup beradaptasi dengan dunia industri.
“Kami bertanya kepada Kadin (Kamar Dagang
dan Industri Indonesia) dan HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) sebagai
pengelola dunia usaha, mereka menyampaikan lulusan sarjana hampir lebih dari 70
persennya, tidak sanggup menerima tugas yang diberikan oleh
dunia usaha dan dunia industri. Jangan sampai AI (Artificial Intelligence)
mengambil alih dunia pendidikan kita,” ungkap Dede.
Di sisi lain, Politisi Fraksi Partai
Demokrat itu ingin dunia pendidikan di Indonesia bisa mengejar ketertinggalan
perubahan teknologi yang semakin dinamis. Oleh karena itu, ke depannya,
keberadaan prodi-prodi di perguruan tinggi Indonesia bisa menyesuaikan dengan
kebutuhan dunia usaha maupun dunia industri.
“Jangan sampai kita membuka prodi atau
apapun, ending-nya siswa hanya
mendapatkan gelar sarjana saja tapi tidak bisa bekerja. Sehingga, sebenarnya
investasi terbesar itu bukan habis pada fisik bangunannya kecuali vokasi karena
membutuhkan laboratorium praktik,” pungkas legislator Daerah Pemilihan Jawa
Barat II itu.
Sebagai informasi, Komisi X DPR RI menggelar
forum bersama sejumlah stakeholder pendidikan
untuk memperoleh perspektif baru dalam menangani isu pendidikan perguruan
tinggi.
Perspektif baru ini dinilai penting oleh
Komisi X DPR RI agar solusi yang dilahirkan bisa menuntaskan permasalahan secara
tepat dan efektif.
Dalam forum tersebut, dihadiri oleh para
perwakilan dari Universitas Pertamina, Politeknik Perkeretaapian Indonesia,
Institut Teknologi PLN, dan STIE Bank BPD Jateng. (parlementaria)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.