Fenomena Pendidikan di Timur Indonesia - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Sabtu, 18 Februari 2023

Fenomena Pendidikan di Timur Indonesia


Kupang, Anetry.Net
– Beberapa waktu lalu, seorang bocah bernama Caesar Archangel Hendrik Meo Tnunay atau Nono menjadi viral di Indonesia dan di jagad maya. Bocah berusia 7 tahun itu berhasil menjuarai International Abacus World Competition 2022.

 

Prestasi yang membanggakan sekaligus mengharumkan nama bangsa dan negara. Lebih istimewa lagi sang juara ini ternyata berasal dari daerah yang selalu berada di papan bawah di bidang pendidikan, Nusa Tenggara Timur.

 

Dalam beberapa wawancara di stasiun televisi tersirat maupun tersurat bahwa ternyata bisa ada prestasi yang mampu diukir anak dari daerah dengan banyak keterbatasan.

 

Ada masalah

 

Agaknya anggapan tadi cukup beralasan mengingat daerah NTT atau pun kebanyakan daerah Indonesia timur pada umumnya sering kali dililit oleh persoalan pendidikan. Selain melilit, persoalan ini merentetkan juga banyak persoalan lain, baik itu kesehatan maupun ekonomi.

 

Di daerah seperti NTT atau kebanyakan daerah timur Indonesia, selain topografi yang menantang, kondisi ekonomi pun mengkhawatirkan. Belum lagi dengan kondisi aspek kesehatan yang jarang berada pada kondisi baik. Tahun 2022, NTT sudah didapuk menjadi provinsi dengan penduduk rawan terkena stunting (bkn.go.id, 2022).

 

Persoalan-persoalan infrastruktur maupun kualitas pendidikan di daerah Timur sudah seperti lagu lama yang dirasakan biasa. Tahun 2009, misalnya, Sirilus Belen dengan artikelnya Menukik Lebih Dalam, mendeskripsikan peringkat sekolah dasar di NTT yang menempati rangking ke 30 dari 33 provinsi di Indonesia (Kleden & Madung, 2009).

 

Berhadapan dengan situasi ini, ada sekolah yang melakukan berbagai cara dengan pembenaran untuk menyelamatkan wajah sekolah. Banyak yang tidak berpikir bahwa meskipun kondisi dan kinerja sistem persekolahan bisa diselamatkan, namun peserta didik atau generasi muda yang dihasilkan adalah generasi muda dengan pendidikan seadanya.

 

Dalam istilah orang NTT, generasi pele-pele angin. Eksistensi generasi yang seadanya ini, terus diproduksi dan semakin subur pun menjamur ketika bangsa ini memasuki masa Covid 19.

 

Oase Pendidikan

 

Meskipun demikian, di tengah karut-marut persoalan di atas, prestasi Nono seperti menjadi oase di tengah gurun atau banyaknya persoalan pendidikan di NTT atau di wilayah Timur Indonesia. Kemenangan seorang anak kecil di level internasional menunjukkan bahwa asa bisa terus dijaga di tengah situasi sulit.

 

Walaupun mengalami banyak kesulitan dan tantangan, sebagaimana pengalaman sang juara menunjukkan, bukan hal yang mustahil apabila ada usaha. Meskipun demikian, orang tidak boleh hanya melihat dan mengagumi oase saja.

 

Tidak boleh hanya berhenti mengapresiasi prestasi yang dibuat Nono. Situasi di sekitar mesti tetap diperhatikan, karena kondisi dan permasalahan pendidikan harus tetap menjadi hal yang perlu ditanggapi secara serius.

 

Hal ini penting untuk menghindari kecenderungan selebrasi yang kemudian menghilangkan substansi untuk melihat persoalan-persoalan krusial di bidang pendidikan. Banyak pihak yang bahagia, bangga, dan turut memviralkan sang pemenang tanpa mendampingi proses sampai pada juara.

 

Viralnya Nono tidak boleh mengaburkan posisi atau kondisi pendidikan di NTT dan wilayah Indonesia timur lain yang gersang dan mengkhawatirkan. Bertolak dari situasi ini juga, penting untuk diperhatikan bahwa persoalan pendidikan bukanlah persoalan pemerintah saja.

 

Persoalan ini mesti menjadi persoalan bersama, entah itu menjadi milik keluarga atau masyarakat luas yang harus diatasi bersama. Di tengah keluarga, misalnya, sosok seperti Nono tidak mungkin ada jika tidak ada orangtua yang membantu dan mendukung prestasinya.

 

Dengan langkah itu, euforia dan berbagi kebahagiaan atas prestasi, tidak dengan serta merta menghilangkan rentetan permasalahan yang ada di daerah timur Indonesia. Sebab, sebuah oase hanya penting karena ada gurun tandus di sekitarnya.

 

Artinya, prestasi yang ada tentu berangkat dari proses dan tempaan situasi pendidikan dan berbagai situasi sulit. Hal ini mestinya tidak membuat kita hanyut dalam oase keberhasilan Nono, tetapi mestinya kita menciptakan oase-oase baru, Nono-Nono baru dari daerah Indonesia Timur. (kompascom/Foto: Sigiranus Marutho Bere)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad