Banyuwangi, Anetry.Net – Seiring meningkatnya kasus perundungan atau kekerasan, intoleransi, dan pelecehan seksual, Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi Suratno menyatakan, akan menguatkan satuan tugas (Satgas) antikekerasan di sekolah.
Langkah pencegahan lainnya, Dinas
Pendidikan Banyuwangi akan menambah dan mengubah pola pelatihan rutin bagi
para guru dan tenaga kependidikan.
Materi yang diberikan kepada para
pendidik, lanjut Suratno, tak hanya soal pengembangan dunia pendidikan saja.
"Tapi akan kami kuatkan juga
melalui materi-materi yang berkaitand dengan risiko perundungan atau kekerasan,
pelecehan seksual, dan intoleransi," lanjutnya.
Materi-materi itu akan difokuskan pada
beberapa jenis pelatihan yang rutin diterima oleh para tenaga pendidik. Sebut
saja di antaranya, program guru penggerak dan in house trainning (IHT).
Dalam sebulan terakhir, kasus yang cukup
menonjol di Kabupaten Banyuwangi adalah kekerasan seksual pada anak.
Catatan kepolisian, saat ini ada lima
kasus kekerasan seksual anak yang ditangani. Dimana dalam kasus ini
para pelakunya adalah kerabat, tetangga dan salah satunya adalah Kepala
Sekolah. Sementara korbannya merupakan anak-anak yang berusia sekolah.
Dinas Pendidikan, kata Suratno, akan
terus berupaya agar para anak korban kekerasan seksual bisa mendapatkan
hak-haknya.
Selain pendampingan psikologis lewat
organisasi perangkat daerah terkait, pihaknya juga bakal memastikan agar para
korban tetap bisa menempuh pendidikan.
"Selain itu, upaya kami adalah
mencegah agar tidak terjadi hal tersebut di lingkungan sekolah,"
lanjutnya.
Suratno mengatakan, tiga masalah besar
yang dihadapi anak sekolah itu merupakan tanggung jawab bersama.
"Di rumah ada peran orang tua, di
sekolahan ada peran guru, dan di lingkungan ada peran masyarakat. Kami mengajak
semua pihak untuk bergotong-royong mencari cara untuk mencegah hal
tersebut," tuturnya.
(liputan6/Foto: Hermawan Arifianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.