Jakarta, Anetry.Net – Peningkatan literasi masyarakat Indonesia mesti didukung sejumlah hal. Namun, salah satu faktor peningkatan literasi yakni akses bacaaan justru menjadi titik terlemah.
"Akses bacaan yang terjangkau,
akurat, terkini, dan terlengkap ini menjadi titik paling lemah bagi
Indonesia," kata Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Syarif Bando
dalam Rapat Komisi X DPR RI, Kamis (16/2).
Ia menyebut, sulitnya akses itu membuat anak-anak tidak bisa meraih
bahan bacaan. Hal itu membuat kemampuan membaca sangat minim.
Dia mengungkapkan dalam Indeks Literasi
Masyarakat (ILM) 2022 tingkat pemahaman anak dalam membaca sangat rendah.
Survei menunjukkan tingkat pemahaman anak hanya 15 persen dari naskah yang
ditawarkan.
"Hanya 15 persen yang mampu
dimengerti dari naskah yang ditawarkan dalam 25 halaman ini," beber dia.
Syarif menyebut ada lima hal tingkatan
literasi yang dibagi menjadi kedalaman dan kemampuan dasar. Pertama, kemampuan
baca, tulis, hitung, dan pembentukan karakter.
Kedua, memiliki akses bahan bacaan
terjangkau, akurat, terkini, terlengkap, dan tepercaya. Ketiga, memahami hal-hal
yang tersirat dan tersurat.
Keempat, mampu berinovasi dalam
kreativitas. Hal ini sebagai antisipasi terhadap perkembangan teknologi
informasi.
"Kelima memiliki ilmu pengetahuan
dan keterampilan yang dapat diimplementasikan untuk menciptakan barang atau
jasa yang dapat digunakan dalam kompetensi global," tutur dia. (medcom/Foro: screenshot video YouTube DPR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.