Ganti Menteri Ganti Kurikulum? Nadiem pun Menjawab - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Senin, 09 Januari 2023

Ganti Menteri Ganti Kurikulum? Nadiem pun Menjawab


Jakarta
, Anetry.Net
– Terjadinya perubahan kurikulum pendidikan, seolah terus menjadi bola panas tiap pergantian menteri pendidikan. Tak jarang menuai pro kontra di tengah masyarakat.

 

Mendikbudristek Nadiem Makarim ketika berada di Tomohon dalam kunjungan kerjanya, juga mendapat kritikan terkait pergantian kurikulum dari Kurikulum 20134 (K-13) menjadi Kurikulum Merdeka. Menjawab kritikan tersebut, Nadiem menyebut perubahan kurikulum perlu sebab selama ini siswa tidak diberikan kemerdekaan dalam belajar.

 

"Ya okelah saya siap dikritik ganti menteri ganti kurikulum. Tapi jawab saya, apakah semuanya senang dengan kurikulum sebelumnya? Apakah memang tidak ada masalah sama sekali? Apakah jumlah materi berbondong-bondong memadatkan siswa dengan materi, yang kemudian jadi pertanyaan juga, apa pentingnya materi sebanyak itu?" ujar Nadiem balik bertanya dalam Dialog Penggerak di SMP Lokon St. Nikolaus Tomohon, Jumat lalu.

 

Nadiem menuturkan pendalaman logika, literasi, dan kemampuan nalar selama ini sama sekali tidak dites. Padahal, semakin banyak siswa dijejali informasi, semakin tipis kemampuan mereka berpikir mendalam.

 

"Karena yang penting bukan apa yang diajarkan, Bapak Ibu, ini seharusnya mulai sadar. Apalagi di sekolah-sekolah yang baik seperti SMP Lokon St. Nikolaus, yang penting bukan apa yang diajarkan. Apa yang diajarkan memang penting, tapi yang lebih penting bagaiaman cara ajarnya," ujar Nadiem.

 

Sebab, informasi seumur hidup akan berubah dan ilmu akan selalu ter-update. Terpenting, anak bisa belajar mandiri, menjadi pembelajar sepanjang hayat, mempunyai tingkat logika dan kemapuan bernalar yang sangat tinggi, dan karakter-karakter yang hebat.

 

Anak juga mesti memiliki karakter tangguh, karakter yang mampu menghadapi berbagai macam tantangan dan tentunya bisa terus berkembang.


"Inilah alasan kenapa sekolah wajib menyenangkan. Kenapa? Kalau dari kecil anak kecil mengasosiakan sekolah yaitu pendidikan sebagai suatu pengalaman yang buruk, membosankan, bikin stres, dia tidak akan mengasosiakan belajar sebagai sesuatu yang positif," tutur Nadiem.

 

Dia mengakui Kurikulum Merdeka banyak mendapat dispersepsi. Banyak yang menilai Kurikulum Merdeka membebankan sebab ada project based.

 

"Tetapi, bagi anak-anak terutama yang saya (ajak bicara) bicarakan.  Walaupun kelihatannya guru sama orang tua lebih banyak stresnya karena sekarang banyak kerja kelompok dan memerlukan koordinasi. Bagi anak-anak ini jauh lebih masuk akal buat mereka, jauh lebih seru karena harus berkoorodnasi, kerja kelompok, menghasilkan kerja-kerja nyata bukan diceramahi oleh guru lalu dites," ujar Nadiem.

 

Nadiem menyebut tidak ada di dunia ini skill terpenting dengan menghafal lalu dites. Dia mengatakan karier di masa depan dan sekarang semuanya adalah kerja kelompok menggunakan logika dalam pemecahan permasalahan, kemampuan berkomunikasi, dan integritas.

 

"Hal-hal yang enggak bisa dites dengan persoalan multiple choice dari tes-tes kita," tutur dia.

 

Hal itu pula, kata Nadiem, yang membuat  Asesmen Nasional dibuat lebih mendasar. Dia mengakui perubahan signifikan semuanya sulit. Namun, semakin sulit mengindikasikan perubahan sangat signifikan. Apabila semuanya datar artinya tak signifikan.

 

Dia menyebut membutuhkan keberanian luar biasa dari kepala sekolah untuk mencoba pola baru. Guru-guru juga mesti memiliki mindset atau pola pikir baru yang berani keluar dari zona nyaman.

 

Nadiem mengatakan sudah berpuluh-puluh tahun guru di Indonesia diatur jadwalnya, hal-hal yang harus diajarkan, bentuk tes, hingga hasil tes. Sehingga, guru-guru mengajar untuk ujian nasional.

 

Hal ini membuat sekolah menjadi tempat untuk mencapai ujian nasional yang diperburuk dengan hal-hal zonasi. Sehingga, ujian nasional menjadi tekanan bagi orang tua untuk memasukkan anak mereka ke sekolah-sekolah terbaik di SMP, SMA, dan lainnya.

 

"Konsekuensinya adalah anak-anak kita tidak bisa menjadi kreatif dan inovatif karena guru gurunya dan kepala sekolahnya tidak diperbolehkan menjadi inovatif. Itu sebenarnya tragedi yang terjadi dalam sistem pendidikan kita yang harus berubah," tegas Nadiem. (medcom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad