Jakarta, Anetry.Net – Microsoft disebut-sebut sedang bekerja untuk menambahkan teknologi kecerdasan buatan seperti ChatGPT yang dibuat OpenAI, untuk versi mesin pencari mereka Bing.
Laporan ini pertama kali didengungkan
oleh The Information pada
Selasa pekan ini, mengutip dua orang yang mengetahui secara langsung rencana
tersebut.
Mengutip The Guardian, Sabtu (7/1), fitur baru yang dikabarkan akan
rilis sebelum akhir Maret 2023 ini, diharapkan dapat menantang mesin pencari Google.
Tahun lalu, melalui unggahan blog-nya, Microsoft memang sempat berencana mengintegrasikan perangkat
lunak penghasil gambar dari software kreasi gambar Dall-E 2, ke Bing. Soal
kabar ini, baik OpenAI maupun Microsoft menolak untuk berkomentar.
Di 2019, Microsoft diketahui
mendukung perusahaan artificial intelligence (AI) OpenAI yang berbasis di San Fransisco, dengan menawarkan
pendanaan USD 1 miliar.
Keduanya telah membentuk kemitraan
beberapa tahun, untuk mengembangkan teknologi superkomputer kecerdasan buatan,
pada layanan cloud computing Microsoft Azure.
Informasi, OpenAI merupakan yayasan
kecerdasan buatan yang salah satu pendirinya adalah Elon Musk. OpenAI menyebut
kecerdasan buatan ini dikembangkan dengan berfokus pada kemudahan penggunaan.
"Format dialog memungkinkan ChatGPT
menjawab pertanyaan tindak lanjut, mengakui kesalahannya, menantang premis yang
salah, dan menolak permintaan tidak pantas," tulis OpenAI dalam unggahan
saat ChatGPT rilis.
Berbeda
dari kecerdasan buatan sebelumnya, ChatGPT dirilis untuk semua orang dan gratis
selama masa percobaan. Perusahaan berharap umpan balik yang diberikan pengguna
bisa meningkatkan kemampuan kecerdasan buatan ini.
Salah
satu kemampuan ChatGPT yang menarik adalah bisa mengenali pertanyaan yang
dibuat-buat dengan lebih baik. Sebagai contoh, kecerdasan buatan ini dapat
menjawab pertanyaan mengada-ada seperti kapan Columbus tiba di Amerika pada
2015.
Pada
versi terdahulu, sistem ini bisa menampilkan hasil penelusuran yang fiktif.
Namun, ChatGPT dapat mengenali pertanyaan itu mengada-ada dan memperingatkan
jawaban apa pun adalah fiktif. Selain itu, sistem ini juga mampu menolak untuk
menjawab sebuah pertanyaan.
Misalnya,
saat pengguna minta saran untuk mencuri mobil, kecerdasan buatan bisa menjawab
'mencuri mobil adalah kejahatan serius yang dapat menimbulkan konsekuensi
parah', dan menyarankan untuk 'menggunakan transportasi umum'.
Meski
memiliki kemampuan yang menjanjikan, bot ini tetap mempunyai batasan. Mengingat
pelatihan data kecerdasan buatan ini kebanyakan mengambil informasi hingga
2021, informasi yang ditampilkan kadang tidak terlalu aktual.
Namun,
ChatGPT saat ini belum bisa menjelajah internet atau mengakses informasi
eksternal. Karenanya, sistem ini baru memberikan jawaban atau saran untuk
pertanyaan yang lebih bersifat lokal, seperti rekomendasi restoran di kota
tertentu.
Walau
masih hadir dengan belum sempurna, Google dikabarkan cukup ketar-ketir dengan
populernya ChatGPT beberapa waktu lalu. Apalagi, dengan beberapa pihak yang
menyebut teknologi ini bisa menyaingi Google.
Menurut
laporan oleh The New York Times beberapa waktu lalu, seperti
dikutip dari CNET, Kamis (29/12/2022), popularitas ChatGPT
disebut-sebut membuat Google resah dan mengeluarkan "red code"
alias "tanda bahaya."
Seorang
eksekutif Google berbicara secara anonim kepada New York Times, chatbot AI seperti ChatGPT bisa
menjungkirbalikkan bisnis raksasa pencarian tersebut, yang bergantung pada
iklan dan e-commerce di Google Search. (liputan6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.