Jakarta, Anetry.Net – Pengembangan sel punca di Indonesia sering kali menghadapi banyak tantangan, salah satunya karena penelitian sel punca yang masih dilakukan secara individual.
Untuk mengakomodir tingginya minat para
peneliti sel punca, diperlukan adanya kerjas ama dari berbagai pihak agar
pelaksanaannya dapat terintegrasi dengan baik.
Kepala
Organisasi Riset Kesehatan BRIN, NLP Indi Dharmayanti mengatakan, teknologi,
riset, dan ilmu pengetahuan akan terus maju dan berkembang pesat seiring
berjalannya waktu.
“Dengan
segala potensi riset dan inovasi yang dimiliki Indonesia saat ini, BRIN
berperan mewadahi para peneliti melakukan riset hingga kolaborasi guna
mendukung kemajuan penelitian dalam bidang medis, terutama di bidang
pengembangan produk sel punca,” ungkapnya Jumat (13/1).
Kepala Pusat Riset Vaksin dan Obat BRIN,
Masteria Yunovilsa Putera menjelaskan, riset tentang sel punca telah lama
dilakukan dan dikembangkan oleh periset BRIN. Ia merinci, dalam perjalanan
riset tersebut, mereka telah menghasilkan publikasi dan paten.
Pertama, Teknologi mikroenkapsulasi berbasis alginat dapat memelihara
viabilitas sel punca mesenkim (Journal of Stem Cell Research & Therapy dan
Galenika Journal of Pharmacy). Aplikasinya akan digunakan untuk terapi
luka kronis.
Kedua, sitokin dan faktor pertumbuhan dapat mendiferensiasikan sel punca
mesenkim menjadi sel osteosit (Journal of Stem Cell Research and Therapy) dan
Paten terdaftar (S00201800977) serta sel kondrosit (Paten terdaftar No
P00201911582).
Ketiga, tim periset BRIN melakukan penelitian sel punca mesenkim
terkait aging (H A Y AT I Journal of Biosciences dan Medical Science Monitor
Basic Science); Keempat, Proses Produksi Conditioned Medium dari Human Adipose
Tissue – Derived Mesenchymal Stem Cells (CM-hATDMSCs) yang Mampu Menghambat
Penuaan Dini pada Sel Fibroblas yang Diinduksi H2O2 telah diperoleh 1 paten
granted (No. IDP000081367).
“Untuk itu kami berharap melalui
kegiatan ini dapat mewadahi pertukaran dan penyebaran informasi serta ide-ide
untuk mendukung riset sel punca di Indonesia, mengintegrasikan berbagai pihak
yang berkaitan dengan riset sel punca di Indonesia, dan mendukung terwujudnya
kolaborasi antarpara peneliti untuk meningkatkan kemajuan riset sel punca di
Indonesia,” rinci Masteria.
Pengobatan berbasis sel punca terbukti
memiliki potensi untuk terapi regeneratif. Angka publikasi jurnal ilmiah yang
tinggi di Indonesia menunjukkan besarnya potensi dan minat para peneliti dalam
melakukan riset sel punca.
Oleh karena itu, Badan Riset dan Inovasi
Nasional (BRIN) dan Asosiasi Sel Punca Indonesia (ASPI) berkolaborasi agar
dapat mendukung pertukaran dan penyebaran informasi serta ide-ide yang berhubungan
dengan sel punca, sel, dan turunannyadalam Collaborative Seminar and Workshop
Series BRIN-ASPI 2023 “The Rising Tide of Stem Cell Elaboration: Creating a
Bigger Platform for Research and Community” pada Jumat, (13/1). (medcom/Foto: MI/Rommy Pujianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.